— just Nanda.
Gue Nanda Abimanyu, lelaki yang selalu berpura-pura. Iya, gue yang suka makan beku.
Sempat berhenti dari hobi gue yang paling aneh itu. Tapi, setelah gue ngerasa bahwa gue semakin melemah, buat apa berlama-lama di dunia ini?.Mungkin karena gue yang terlalu memaksakan diri yang sudah terlanjur lemah, menjadi semakin melemah.
Penyakit yang usianya separuh dari umur gue, sakitnya kembali menguasai tubuh.
Kerusakan pada kedua ginjal, membuat gue harus rutin konsultasi ke rumah sakit walau sudah pernah melakukan tindakan operasi.Mungkin terlalu cepat untuk kalian ketahui, tetapi percayalah..bahwa gue gak mau kisah ini semakin panjang, gue gak mau kisah ini semakin rumit. Gue gak mau jika kisah ini semakin panjang, semakin banyak yang dibuat tersakiti.
Gue tahu, penulislah yang menjadi peran antagonis di sini.Semakin hari, tepatnya akhir-akhir ini fase dimana rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, melebihi sebelumnya.
Gue kaget banget ketika gue memaksakan diri untuk pergi ke sekolah, eh.. bangun-bangun udah di rumah sakit. Parahnya, Aryan juga udah tahu penyakit gue ini, syukurnya cuma Aryan.
Gue ketawa aja, pas lihat wajah kagetnya dia. Iya, gue bisa baca dari raut mukaknya yang naif itu, kalau dia menganggap bahwa sangat tak masuk akal mengenai kondisi manusia yang diluarnya selalu berlagak kuat ini.
Gue gak mau ada yang tahu kalau gue sakit keras. Gue gak suka mereka memandang gue dengan tatapan kasihan. Gue benci.
To be honest, gue belum siap buat memberikan sebuah fakta. Karena semakin banyak orang yang tahu, semakin berat gue buat pergi.
Tapi gue yakin, cepat atau lambat mereka akan tahu. Terutama, Shinta.Sebenarnya, sudah dari lama gue pasrah, sudah dari lama pula gue menyerah. Pikiran yang terlalu naif membuat gue sadar bahwa gue harus selalu ada di samping Shinta, gue harus jaga Shinta, sampai ada seseorang yang menggantikan posisi itu.
Tuhan, tolong kasi gue kesempatan buat mencari sosok pengganti gue nanti, untuk menjaga Shinta.
Bukan untuk sementara tapi selamanya...Semoga bertahan sampai akhir.
Karena dia, pantas mendapatkan itu.***
Terlalu sering berada di tempat bernuansa putih ini, tanpa sengaja membuat gue mengakui bahwa rumah sakit adalah rumah kedua gue.
Haha..bahkan perawat aja udah banyak gue godain, pasien anak-anak maunya gue ajak adu salto tapi gue masih punya otak buat ngelakuin itu.
Bagi gue, dokter, perawat, dan pasien adalah keluarga gue, walau ada juga yang memilih untuk pergi.Gue menghirup perlahan udara malam ini, udara yang tak sehat tapi sangat menyejukkan. Gue lagi menatap lamat langit petang, lihat bulan gemintang, lihat alam semesta ini, sebelum status gue hanyalah menjadi sebuah kenangan.
Indah dan cantik, tapi hanya Shinta yang cantiknya paripurna.Kedua mata gue menangkap dua sosok yang cukup gue kenal, Nathan dan Karlina.
Ah! Gue ingat kalau Om Cahyo alias bokapnya si Karlin, masuk rumah sakit sekitar tiga minggu yang lalu. Dan itu yang ngebuat gue harus berhati-hati biar gak kepergok sepupu gue yang licik itu..
Kenapa licik?, akan gue beri tahu kata kuncinya. Bahwa gue tulus ingin memperjuangkannya, tanpa ada campur tangan kotor, karena tak ada yang boleh mengotori Shinta.Tanpa gue sadari, ternyata Nathan natap gue juga. Reflek gue minggat lalu lari menjauh dari lokasi. Ah sial, tadi dia ngeeh gak sih?
Idih, apa-apaan alay banget pakai peluk-pelukan, lo pikir teletabis?.
Asal lo tahu, gue iri bangsat.—————————
Saya minta maaf, kalau belum bisa memuaskan para hati pembaca.
Membosankan, yah?Semoga di part selanjutnya, lebih baik^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Best [✔️]
Teen Fiction~judul sebelumnya 'My Best Friend Boy'~ Ketika sepasang sahabat saling mencintai, perasaan di antara mereka menjadi di pertaruhkan. Shinta Nada dan Nathan Satria, rela mengorbankan perasaan mereka berdua hanya demi untuk kebahagiaan orangtua mereka...