024 - disappeared

40 9 0
                                    

Matahari bersinar terang, sangat menyilaukan sampai membuat kedua mata Shinta menyipit ketika sang sinar mengenai netranya.
Sangat panas sampai-sampai Syera harus mengilih wajahnya menggunakan buku tipis.
Bulan yang dimana seharusnya lebih dingin karena sering terjadinya hujan, kini bak omongan tetangga.

"Gila, neraka lagi bocor apa ya?. Panas banget sialan." ucap Aryan yang kegerahan.

Shinta terkekeh kecil. "Gue lagi berdoa, mungkin itu yang buat lo kepanasan.." jawabnya yang langsung di hadiahi tatapan tajam dari Aryan.

"Gimana tadi urusan lelaki lo sama Nathan?," tanya Syera seraya menjadikan sebuah buku sebagai kipasnya.

"Anda laki-laki?, karena urusan para lelaki tidak ada yang boleh ikut campur." ringis lelaki itu setelah mendapat sebuah geplakan di kepalanya.

Syera berdecih. "Sok-sokan lo, cabe kriting."

"Kalian tau keberadaan kak Nanda gak?," tanya Shinta yang sebelumnya tengah memeriksa room chat bersama Nanda. Sementara, Aryan dan Syera menggeleng tanda tak tahu.

"Tuh orang biasanya kayak setan, suka tiba-tiba ada, tiba-tiba hilang. Tapi akhir-akhir ini kak Nanda gak pernah keliatan lagi." ucap Syera seraya memakan sepotong roti yang ia beli di kantin sekolah.

Shinta menghela napasnya kasar, kemudian ia memilih untuk memejamkan kedua matanya di atas tumpukan lengannya.

Secara tiba-tiba Shinta terbangun dari tidurnya, membuat Aryan dan Syera yang sedang bergosip menjadi terkejut. Shinta berlari keluar kelasnya, hal pertama yang ia temui adalah beberapa siswa-siswi sedang berkumpul beramai-ramai. Gadis itu mengerutkan keningnya ketika tiga orang lelaki memapah tubuh seorang lelaki yang dari postur tubuhnya, sangat Shinta kenali.

Syera menepuk bahu sahabatnya itu. "Paling mereka bertengkar, ayo masuk udah bel pergantian." Shinta mengangguk, mengikuti saran Syera untuk memasuki kelas.

Sementara Aryan memilih untuk mengikuti arah tujuan tiga orang lelaki itu. Aryan cukup curiga dengan siapa seseorang berpostur tubuh gagah nan berani itu, bisa-bisanya pingsan sampai di papah beberapa orang.

***

Pelajaran terakhir tengah berlangsung, Shinta dan Syera terlalu fokus terhadap mata pelajaran mereka hari ini sehingga mereka tak sadar bahwa Aryan telah pergi hampir satu jam pelajaran.

Jangan salah, kedua gadis itu adalah siswi yang pintar, hanya saja mereka sama seperti murid lainnya yang selalu mudah bosan dengan pelajaran, membenci ilmu fisika dan matematika, lupa mengerjakan tugas, dan lain sebagainya.

"Bisa pecah pala gue ngerjain soal fisika ini." gumam Shinta yang masih bisa di dengar oleh Syera.

Syera terkekeh. "Eh, lo sadar gak kalau Aryan dari tadi gak balik-balik?," tanya gadis itu. Shinta menghentikan aktivitas menulisnya, lalu menatap kearah sahabatnya. "Lah, gue kira dia tidur. Pantesan sunyi banget.."

Shinta menangkup kedua pipinya. "Menurut lo, gue terlalu memaksakan perasaan gue ke kak Nanda gak sih?," tanya gadis itu.

"Sejujurnya, iya. Sekarang lo harus lebih tegas, tentukan siapa pilihan hati lo sendiri. Coba misalnya, lo punya permen sisa dua biji, Nathan dan kak Nanda sama-sama minta permen lo, siapa yang akan lo kasi lebih dulu?." tanya Syera.

Shinta kembali berpikir. "Kak Nanda.."

Syera tersenyum seraya menepuk pundak sahabatnya. "Selamat, lo harus perjuangin Nathan lagi. Karena, di sini menunjukkan bahwa lo memberi satu permen terakhir yang lo punya untuk Nathan."

KRING!!!

"Ayo buruan nyari Aryan!."

Shinta berdecak. "Santai kali buk, pacar lo gak kemana kok."

Kedua gadis itu berkeliling mencari keberadaan Aryan yang tiba-tiba ikut menghilang seperti Nanda.
Seseorang berteriak memanggil nama Shinta dan Syera, membuat kedua gadis itu secara bersamaan menatap sumber asal suara tersebut.
Si Aryanjing. Lelaki itu dengan tampang tak berdosanya, berdiri di samping sebuah mobil seraya melambaikan kedua tangannya di atas udara.

Kedua gadis itu lantas berlari menghampiri Aryan. "Kemana aja lo?," tanya kesal Shinta.

"Maaf tante-tanteku, ini adalah urusan lelaki di antara Nanda dan diriku sendiri. Para gadis di larang es campur!," jawan Aryan, sementara Syera berdecih sambil menendang kaki lelaki itu.

Aryan meringis. "Kalau kita suami istri, gue laporin tindakan KDRT ya lo, jingan." ancamnya pada Syera. Aryan beralih menatap Shinta. "Lo pulang sama gue, karena Nanda lagi ada di luar kota selama beberapa hari kedepannya, dan di sana susah sinyal."

Shinta berdecak. "Santai amat ngurus izinnya.."

"Ada bokap mah santuy dia.."

Shinta mengangguk paham kemudian berjalan memasuki mobil Aryan.

***

Setelah mengantarkan Shinta sampai rumahnya dengan selamat sentosa, Aryan segera kembali menuju rumah sakit.
Aryan terkekeh geli, di saat keadaan yang masih lemah, dia masih bisa mengkhawatirkan gadisnya itu.

Aryan segera berlari memasuki lorong rumah sakit, serta mencari ruang rawat yang di huni oleh 'Nanda Abimayu'.

Tanpa aba-aba, Aryan segera memasuki ruang rawat kakak tingkatnya itu. "Gimana Shinta, udah lo anter kan?. Aman kan?, dia gak tau keadaan gue kan?."

Belum sempat Aryan menutup kembali pintu ruangan itu, sudah terlebih dahulu di serbu beberapa pertanyaan dari pasien bernama Nanda itu.

"Lo bisa diem gak?, keadaan lo lagi lemah. Pikirin dulu keadaan lo, Shinta baik-baik aja.." jawab Aryan membuat kekhawatiran Nanda mereda.

Aryan menarik kursi sebelah ranjang, kemudian mendudukinya. "Gimana, penyakit lo masih bisa di sembuhin kan?."

"Gue kelihatan lemah banget ya?," jawab lelaki itu sambil menertawakan keadaannya yang sangat lemah, kini.

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang