014 - what if I let them down this time?

54 9 0
                                    

Hal pertama yang ia simpulkan setelah memijakkan kedua kakinya di rumah megah nan luas itu, sepi dan hampa. Seperti tak berpenghuni, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Masih terbayang hari-hari kelamnya yang kini bisa ia nikmati dengan setenang mungkin.
Sang puan meraih gagang pintu rumahnya, tak terkunci namun tak ada penghuninya. Ah mungkin Mamanya sedang pergi ke warung terdekat untuk membeli bumbu dapur yang telah habis.

TINGG!!

Shinta segera merogoh kantong jaketnya untuk memeriksa siapa gerangan si pengirim pesan itu.

Hai Shinta, lo inget Nanda kan?, ini gue.

Ah iya, mana bisa aku lupa..

Nanti malam senggang?,
Bisa tolong gue sebentar gak?

Iya boleh kak,
hitung-hitung balas budi.

***

Malam pun tiba, dengan balutan gaun hitam, kecantikan dan anggunnya sosok Shinta Nada Anggita semakin terlihat. Kecantikannya yang sangat terpancar jelas, sukses membuatnya menjadi pusat perhatian.

Sang puan menggandeng lengan lelaki di sampingnya yang tak lain adalah Nanda Abimanyu. Lelaki itu tampak menawan dengan jas senada. Ia dengan percaya diri mengenalkan Shinta sebagai calon kekasihnya, sementara Shinta sedikit merasa malu dengan pengakuan Nanda sendiri.

Sejujurnya, Shinta cukup tak percaya diri di depan keluarga besar Nanda. Karena hanya dirinya yang memakai gaun sederhana dengan harga tak terlalu mahal. Jangan sangka bahwa Shinta adalah anak yang terlahir di keluarga sangat berada, itu salah besar karena sebenarnya rumahnya yang megah itu milik peninggalan sang kakek.

"Kak, aku malu banget.." bisik Shinta membuat Nanda terkekeh geli.

Lelaki itu memang sengaja mengajak Shinta ke acara keluarganya, karena ia memang sangat butuh gandengan hari itu agar tak mempermalukan orang tuanya di depan para kolega.

"Tenang aja, ada gue." jawab lelaki itu mencoba menenangkan gadis yang kini terduduk tepat di sebelahnya.

Shinta mulai merasa tak nyaman ketika beberapa kamera terus menyorotnya, serta para lelaki yang terus-terusan mencoba untuk menggodanya. Untung saja ada Nanda di sebelahnya, membuat siapapun tak berani mendekati Shinta.

Nanda tersenyum hangat. "Maaf, gue dan lo baru bertemu dua kali. Tapi apa boleh gue jujur?," tanya lelaki itu yang di angguki Shinta. "Lo bikin gue nyaman, mulai sekarang gue akan memperjuangkan lo. Tunggu saja sampai kata gue dan lo jadi kita..."

Berkat ucapan hangat meyakinkan dari lelaki itu, Shinta sukses dibuat salah tingkah. Selama ini belum ada yang berterus terang untuk memperjuangkan hatinya. Entah untuk siapakah hatinya ini nanti, tetapi Shinta tak ingin mengecewakan siapapun.

Nanda terkekeh kecil seraya mengusap lembut rambut Shinta, karena tak ingin merusak tataan rambutnya. "Gak usah di pikirin, biar itu jadi urusan gue."

Tentu saja itu juga urusan Shinta, karena itu juga menyangkut hatinya yang entah untuk siapa. Tetapi gadis itu hanya mampu mengangguk serta tersenyum kaku.

Kedatang seorang gadis membuat Shinta kembali mengagumi sosoknya. Gadis itu menyapa bahkan merengkuh sekilas tubuh Nanda. Lelaki itu juga tampak tak menolaknya. Siapa dia?

"Oh iya kenalin ini sepupu gue, Karlina." ucap Nathan memperkenalkan gadis bernama Karlina itu. Begitu pun sebaliknya dengan Shinta yang juga memperkenalkan dirinya sendiri pada Karlina.

Merekapun saling mengobrol dengan di selingi candaan biasa. Tak lupa juga Shinta dan Karlina saling menukar nomor sebagai pertemanan baru mereka.
Karlina tampak asik di mata Shinta, tak ada salahnya untuk menambah teman bukan?. Karlina juga tampak sangat baik dan sopan, serta umur mereka yang sama.
Setelah itu, Shinta izin berpamitan untuk segera pulang karena besok ia juga harus sekolah.

Dear My Best [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang