33. Hurt

9.2K 1K 110
                                    

[ My twins - Park jisung ]

"Masih tidak mau mengaku, nak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih tidak mau mengaku, nak?"

Aku menutup mataku rapat-rapat seraya menghela nafas dengan kasar. Sialan, kenapa kepala sekolah tidak percaya kepadaku, sih.

Saat ini, kami—aku dan ryujin— tengah diintrogasi oleh kepala sekolah. Kalian jangan heran kenapa aku bisa ada disini, huft, ini semua karena pada saat itu, pak seungwoo— guru bahasa perancis kami tiba-tiba saja datang.

Dia terkejut saat melihat apa yang terjadi, dan tentu saja, tanpa tahu yang sebenarnya, dia memarahiku, karena ryujin langsung menuduhku. Huh, rasanya aku ingin mencakar wajah pak seungwoo, tapi sayang sih, nanti wajah tampannya itu akan lenyap.

Sedangkan kak jeno dan kak renjun, mereka langsung membawa perempuan yang terluka itu ke ruang kesehatan.

Dan kalian tahu, sedari tadi aku sudah mengatakan kepada kepala sekolah bahwa aku tidak melakukan apapun, dan dengan gobloknya, ryujin terus menuduhku dan mengatakan kepada kepala sekolah, bahwa aku lah pelaku yang telah membully perempuan, yang entah siapa namanya.

"Kamu tahu kan, sekolah ini punya peraturan," pak kepala sekolah memberi jeda seraya menatapku, "Jika ada pembullyan seperti ini, maka pelakunya akan dikeluarkan dari sekolah." lanjutnya.

"Tapi pak, saya gak salah." balasku dengan lesu.

Aku menatap ryujin yang berada di sebelahku dengan tatapan memohon. Dia menatapku sejenak, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah kepala sekolah.

"Kalo dia gak salah, terus siapa, pak?" ryujin angkat bicara, "Masa heejin nyiksa dirinya sendiri," lanjutnya.

Diriku menatap ryujin tak percaya, sial, dia bisa-bisanya memutar balikan fakta bahwa akulah yang menyiksa perempuan— ah, apa tadi? jadi namanya heejin ternyata.

Kulihat, pak kepala sekolah menghela nafasnya dengan kasar. dirinya kemudian mengutak-ngatik ponselnya dan terlihat tengah menelpon seseorang, dia pun kemudian berbalik membelakangi kami berdua.

Aku menatap ryujin dengan penuh amarah, "Lo keterlaluan," ucapku setengah berbisik. Dia membalas menatapku dengan tatapan menantang seraya tersenyum miring.

Melihat itu, aku semakin emosi, huh, jika ini bukan ruang kepala sekolah, aku akan menonjok wajahnya saat ini juga.

"Denger, gue gak pernah punya masalah sama lo, bahkan, kita juga gak saling kenal," aku memberi jeda sejenak, "Tapi, lo dengan santainya fitnah gue." ucapku.

Aku memijat pelipisku sendiri, "Sumpah anjir lo ya, ish!" omelku dengan kesal, diriku hanya menghela nafas dengan kasar, percuma saja, tidak ada gunanya bicara kepadanya.

"Ryujin,"

Kami secara bersamaan mengalihkan pandangan kami ketika pak kepala sekolah memanggil ryujin.

My Twins [Edited]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang