Hari Pertama

170 21 12
                                    

"KAKAK!"

Aku diam, tak berkutik di kamar. Mencoba tetap fokus dengan layar laptopku.

"KAKAK SINI!"

Aku tetap menutup mulut tak menanggapi. Berusaha positive thinking kalau yang dipanggil adalah kakakku.

"KAK ALIYA!"

Aku menggeram kesal. "Apa!?" balasku.

"TEMENIN AKU SINI!"

Kenapa harus aku!? Aku masih punya kerjaan! Kenapa bukan kakakku yang lagi cuti kerja itu saja sih!?

Kerjaan.

Hiks.

Iya guys.

Meskipun aku liburan, masih banyak tugas yang harus kukerjakan.

Makanya aku bela-belain bawa laptop yang berat banget.

*padahal ya gak seberat itu.

Aku keluar kamar dengan ogah-ogahan dan malah berpapasan dengan Ran, kakakku yang paling menyebalkan. Ia kelihatan rapi dengan kemeja dan celana jins. Tanpa perlu bertanya, dia sudah menjawab pertanyaanku.

"Mau ketemu temen." katanya lalu melengos pergi.

Aliya tuh anak baik, gak boleh marah-marah. Jadi aku cuma mendelik dan berjalan pergi membawa laptopku. Aku duduk di bangku taman, bersebelahan dengan nenekku, sambil mengawasi adikku yang asik berenang.

"Mbah, tante mana?" tanyaku pada nenekku.

Tanteku itu masih kuliah. Dia memang tinggal bareng nenekku sih. Yah, nenekku kan gak mungkin ditinggal sendirian. Mbah memang gak mau tinggal bareng aku, jadi tanteku yang bersedia tinggal sama beliau.

Jujur aja, aku lebih menganggap tanteku sebagai kakakku daripada Ran sendiri.

"Kuliah. Bentar lagi pulang." jawab Mbah. "Mbah mau bikin teh. Kamu mau juga?"

Aku paling suka teh buatan keluarga Mama. Karena memang rasanya lebih enak dibanding buatan yang lain.

Lagipula, nenekku juga tinggal Mbah. Nenekku dari Papa sudah meninggal belum lama ini. Kakek-kakekku juga semuanya sudah meninggal waktu aku kecil.

"Mau!" jawabku senang.

Maaf ya.

Tapi aku kesini agar aku bisa egois.

Karena aku juga ingin diperhatikan.

Mirisnya, hanya nenek dan tanteku saja yang benar-benar memperhatikanku.

"Tunggu ya. Adikmu jaga dulu."

"Oooo, suiap!" balasku sambil menunjukkan jempolku.

Setelah nenekku pergi, aku menyetel lagu. Aku langsung mengetik secepat mungkin, menyalin dari buku dan mengeditnya sedikit sesuai yang diperintahkan kakak sekbid. Berkali-kali membaca, berkali-kali hapus, dan kembali mengetik.

Ini harus kukirim email paling lambat nanti malam karena besok kakak sekbidku akan mengeprintnya dan menyerahkannya pada pembina.

Dadakan?

Oya jelas.

Kakak sekbidku yang menyebalkan itu baru memberitahukannya kemarin, saat aku sudah tidur.

Jadi, aku baru mengeceknya hari ini. Jelas langsung kukerjakan begitu sampai disini.

Meski begitu,

Meski aku sudah berusaha sekeras ini,

Tetap saja semuanya sia-sia.

Karena mereka selalu mengabaikan hasil kerja kerasku.

Mellifluous {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang