"Hiks. Hiks. Gue sedih dengernya." rengek Veve yang memeluk lenganku.
"Aliya.... Sedih banget." ucap Sora merangkulku.
"Jadi karena itu lo sama Ryan kaya gak ada apa-apa?" tanya Laylie.
Aku mengangguk. "Yep. Itu terjadi karena gue terlalu memaksa buat bersama Ryan. Memaksa biar Ryan gak bareng Geisha, memaksa posisi gue untuk gak berubah. Kalau gue relakan Ryan sama Geisha dari awal, gak akan ada yang sakit hati."
"Lo yang sakit hati." ucap kak Vian.
Aku tersenyum tipis. "Iya. Tapi sekarang gue pikir, gak papa gue sakit hati, kak. Daripada mereka yang terluka karena gue doang."
"Gue gak tau harus komentar apa, Al." celutuk Ryo. "Lo salah, tapi lo juga bener. Egois karena Ryan itu pacar lo, itu gak salah. Tapi... lo terlalu baik ke Geisha. Itu kesalahan lo."
"Iya. Waktu sama kak Vian, gue gak mau memaksa lagi. Gue gak mau hal yang sama terjadi lagi, karena Geisha sudah mulai mengancam dari kemarin." Aku tersenyum tipis. "Gue belum bisa lupain itu. Gue bilang ke kak Vian dari awal, kalau dia gak bisa tahan sama kegaponan gue, mending gak usah. Tapi dia bilang bakal tahan, yaudah."
Hening sejenak hingga tiba-tiba Juju menyelutuk, mencairkan suasana.
"Tapi gue baru tau lo dulu pacaran sampai kaya gitu." katanya. "Maksud gue... kalian masih SMP lho."
Ryo mengangguk setuju. "Nah itu! Dari tadi gue mau komentar soal itu!"
Aku menatap mereka heran. "Apanya?"
"Lo sama Ryan udah..." Ryo menggerakkan tubuhnya aneh. "Itu lho... Anu... Apasih..... Kiss."
Aku melotot. "ENGGAK!" bantahku keras. "ENGGAK! YAAMPUN! ENGGAK!"
"Ya itu... Tadi. Di kepala."
"CUMA DI KEPALA DOANG!"
"Terus pelukan."
"GAK LEBIH YA ALLAH!"
Sora menunjukku sambil menatap kak Vian. "Kak, udah ngapain sama Ali?"
Ia tersenyum. "Pegangan tangan aja gak pernah, dek. Paling cuma sebelahan. Kayanya gue kalah saing sama Ryan."
"NAH LHO!"
"HAYO ALI, HAYO! PACARNYA NGAMBEK!"
"Ih, kak, gak gitu!" seruku.
Laylie mengangkat tangan, membuat semua orang langsung diam. "Lo pacaran sama Ryan udah berapa lama?"
"Hampir dua tahun." jawabku.
Ia mengibaskan tangan. "Udah, Yan, kalah lo." Laylie memang lebih tua dari aku, Sora, Veve, dan Juju, jadi dia gak merasa harus memanggil Vian dan Ryo dengan hormat.
"Ya nanti kalau udah dua tahun gue coba."
"YA AMPUN! GAK GITU, KAK!"
Kak Vian terkekeh. "Iya, iya. Tau kok."
Aku kembali duduk dan meringis. "Maaf."
"Iya."
.
.
.
Tepat sebelum sekolah ditutup, kami pulang. Tentu saja kak Vian mengantarku.
"Gue maklum kenapa lo gak bisa move on, Al."
"Maaf ya, kak. Gue bakal coba kok." balasku. "Kalau kak Vian gak kuat, putusin sekarang aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous {END}
Novela JuvenilSebenarnya aku sudah memutuskan untuk tidak lagi egois dalam menyukai seseorang. Tapi kehangatanmu membuatku jatuh lebih dalam lagi. Maafkan aku jika aku menyukaimu lebih dari yang seharusnya.