Aku tuh rajin ya teman-teman.
Kadang gue suntuk belajar di rumah. Udah sepi, sering ada kejadian horor lagi. Meski aku udah sumpel telinga pakai headphone, tetep aja horor. Jadi aku sering keluar rumah buat belajar.
Biasanya aku belajar waktu hari sabtu, gaes. Kan libur, kalau gak ada kegiatan di sekolah, aku selalu ke perpustakaan dekat rumah.
Perpustakaannya cukup besar. Di lantai satu, tempat resepsionis, kalau minjam buku atau sebagainya, sekaligus tempat kalau mau buat minuman atau beli makanan. Ada air panas dan beberapa sachet kopi atau teh, atau minuman lain. Ada makanan kaya sandwich dan teman-temannya yang lain. Juga sofa-sofa dan beberapa permainan yang gak memancing keramaian, yang tentunya mengasah otak juga. Di lantai dua, baru ada buku-buku pelajaran, ensiklopedia, dan sebagainya. Di lantai tiga, ada komputer-komputer buat browsing atau segala macem. Di lantai empat adalah area merokok sekaligus kantor perpustakaan, di tangga naiknya ada pintu yang tulisannya dilarang masuk selain staff.
Aku suka disini.
Lebih nyaman dibanding rumahku sendiri.
Jam empat nanti Sora dan yang lainnya baru datang. Jadi aku akan pulang jam 3.
Niat awalku belajar dengan ketenangan yang hakiki. Bahkan aku udah memilih tempat di dekat jendela dengan kursi sofa. Dekat AC dan tertutup rak-rak buku.
Tapi tiba-tiba seseorang datang dan duduk di depanku.
"Gue duduk sini ya, Al."
"Ha?"
Kak Vian menatapku, lalu tertawa. "Biasanya gue juga kesini. Ini pertama kalinya gue liat lo disini."
"Ha--Haaahh?"
"Mau belajar kan? Gue juga. Gue gak bakal ganggu kok."
Aku mengerjap. Ya Tuhan. Sadar, Al!
"Yaudah." kataku. "Gue mau ngerjain tugas."
"Silahkan."
.
.
.
Aku tuh gak fokus dari tadi!
Liat muka gebetan yang serius banget itu bikin gemes!
Uwaahhh!
Di dunia ini, jarang banget ada cowok yang mau belajar! Apalagi sampai seserius ini! Aku jadi gemes!
Uohok!
Sadar, Al!
Tahan, tahan jeritan ini sampai rumah!
"Al."
Aku terkejut. "Iya?"
"Gue mau bikin teh. Lo mau juga?"
"Eh... Boleh deh."
Kak Vian tersenyum. "Tunggu ya."
Uakh!
Gila!
Baik banget!
Beberapa menit kemudian, kak Vian datang dengan dua gelas kertas di tangannya. Ia memberikan satunya padaku dan duduk di depanku.
"Rumah lo deket sini?" tanyanya.
Aku mengangguk.
"Berarti lo kesini sendirian?"
Aku mengangguk lagi.
"Kenapa gak belajar di rumah aja?"
Aku mengangkat alis. "Kakak juga, kenapa gak belajar di rumah aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous {END}
Roman pour AdolescentsSebenarnya aku sudah memutuskan untuk tidak lagi egois dalam menyukai seseorang. Tapi kehangatanmu membuatku jatuh lebih dalam lagi. Maafkan aku jika aku menyukaimu lebih dari yang seharusnya.