15 : Cerita Rame-rame (2)

148 9 1
                                    

.

.

"Aliya, Ryan!"

Aku dan semua anak di ruang musik langsung menoleh pada seruan Yoyo yang membuka pintu kelewat keras dengan heboh. "Apa?"

Yoyo menunjukkan hapenya, dimana seseorang mengechat lewat DM. "Akun official Vierra ngechat kita!"

"HAAH!?"

Gila! Gak mungkin!

Setelah kubaca berulang kali pun, band Vierra memang mengirimkan pesan pada akun klub musik sekolah.

Aku dan Ryan memang meng-uploadnya di akun klub musik, sekaligus promosi festival yang akan datang.

"Kalau kaya gini kita bisa muncul di TV lebih cepat!" seru Rizal. "Makasih buat kak Leya dan kak Ryan!"

Setelah itu, Langit kembali muncul dan memberi selamat ke kami. Aku gak memikirkan tentang senyumannya yang penuh amarah itu.

Kemudian hari festival klub musik tinggal satu hari lagi. Selama itu, tanpa sepengetahuanku, Langit dan Ryan makin dekat. Aku kalau mereka aktif chatan, but aku gak mikirin itu. Langit sahabatku dan Ryan pacarku, apa salahnya mereka berteman?

Dan pulang ekstra, Geisha bilang sesuatu padaku.

"Aku suka Ryan, Al. Maaf."

"Hah? Apa?"

"Aku suka sama Ryan."

Aku bingung harus berkata apa. Aku gak tau harus membalas apa. Ini semua mengejutkan.

Sejak itu, aku sadar kalau aku makin emosional.

Aku sama sekali gak memperbolehkan Geisha bersama Ryan, bahkan sebelahan pun gak boleh. Aku jadi sinis ke Geisha dan tentu saja apapun yang berhubungan dengan Geisha malah membuatku marah.

"Kamu kenapa sih, Al?"

"Kamu yang kenapa." balasku. "Tadi kamu bilang apa? Nemenin Geisha? Berdua?"

"Makanya aku ngajak kamu kan." Ryan menghembuskan nafas pelan, memegang tanganku lalu menundukkan kepala menyamai tinggiku. "Dari kemarin kamu selalu marah kalau ngomongin Geisha. Bukan cuma aku, tapi Yoyo sama Rizal juga bilang gitu. Kenapa?"

"Aku gak suka sama Geisha."

"Kenapa? Sahabatmu kan?"

"Dia bilang dia suka sama kamu, Yan."

"Ha?"

"Sebelum festival, dia bilang ke aku, kalau dia suka sama kamu."

"Makanya mainmu waktu festival gak begitu bagus?"

Aku hanya mengangguk. "Aku gak mau."

"Aku juga gak mau, Al. Yaudah, iya, gak jadi, aku batalin aja."

Mungkin aku jadi egois. Iya. Aku terlalu memaksa untuk memisahkan mereka.

Padahal kenyataan sudah didepan mata.

Kalau Geisha mulai disukai semua orang.

Geisha mengambil alih posisiku.

Dan puncaknya adalah saat hari ulang tahun sekolah. Semuanya repot mempersiapkan penampilan. Geisha membantu mereka semua, sementara kondisiku yang memang lagi gak baik, membuatku cuma duduk di pinggir.

"Kak, kalau kakak sakit, mending gak usah tampil dulu." kata Rizal. "Biar di gantiin kak Geisha."

Aku menggeleng dan berusaha berdiri. "Gak papa. Aku gak papa, kok. Bentar lagi juga sembuh."

Aku gak mau Geisha gantiin aku.

Satu-satunya posisi yang masih bisa kupertahankan cuma keyboardist.

"Istirahat dulu, Al. Biar cepet sembuh." kata Ryan. "Aku antar pulang ya?"

Karena gak kuat lagi, aku akhirnya memilih untuk pulang. Hasilnya aku terbaring di kamar selama berhari-hari, gak bisa nyentuh hape atau apapun itu. Ryan cuma menjenguk sekali, jelasin tentang perkembangannya, dan nenangin aku.

Kalian tau, kalau aku sakit emosinya gak stabil dan bawaannya sensitif.

Setelah itu, dia gak datang lagi.

H-1 tampil, aku udah merasa baikan. Meski masih pusing dan kalau jalan rasanya kaya lagi terbang.

Jadi aku datang sekolah.

Tapi yang kudapat malah melihat Geisha berada ditengah-tengah mereka, sambil membicarakanku.

Tentang betapa menyebalkannya aku belakangan itu.

Tentang aku yang gak bantuin sama sekali.

Tentang belakangan ini permainanku jelek.

Dan sebagainya.

Intinya mereka ghibahin aku.

Jadi aku masuk ke dalam ruangan dan langsung berbicara.

"Kalian kalau benci aku ya benci aja. Fine! Aku gak butuh kalian juga tuh. Biar Geisha aja yang gantiin aku besok. Pasti kalian udah latihan tanpa aku."

Dan aku berlari pulang ke rumah.

Tapi tiba-tiba Ryan menyusulku.

"Al, Al!"

Tanganku ditarik. Aku menoleh, kepalaku pusing. Aku gak bisa lagi berdiri lebih lama.

"Jangan salah paham, Al..."

"Aku gak salah paham! Kalian memang gak suka lagi sama aku kan!? Yaudah! Aku masih gak baik, jadi besok aku gak bisa datang!" bentakku.

Karena memang jam sekolah dan kerja, jalanan gak seramai itu. Jadi gak banyak orang nonton.

"Dan kamu juga ada disana! Kenapa kamu diam aja!? Kalau kamu udah bosen ya bilang! Tinggal putus aja gak susah kan? Toh udah ada Geisha."

Itu kalimat yang kuucapkan pertama kalinya. Aku terlalu kecewa dengan semuanya.

Lalu aku berbalik dan kembali berlari pulang.

Selanjutnya adalah adegan klise. Dimana sebuah mobil meluncur kearahku. Itu terjadi karena pengendaranya mabuk. Jadi dia tetap lurus meski lampu merah.

Ryan melindungiku. Dengan sok jagoannya, dia lari dan memelukku.

Dan sebelum benar-benar pingsan, dia bilang,

"Aku gak membencimu, Al."

Makanya aku gak pernah bisa melupakannya.

Aku juga koma, luka-luka. Begitu bangun dan datang ke Ryan, dia sudah amnesia, lupa denganku. Dan dia juga sudah mengklaim kalau Geisha adalah pacarnya.

Aku gak datang ke Ryan. Aku cuma lihat dan mendengar mereka dari luar aja.

Aku koma lebih lama dibanding Ryan, karena saat tertabrak, kondisiku juga gak fit. Jadi saat Ryan bangun yang dilihat adalah Langit, yang mirip denganku.

Sejak itu aku sendirian.

Anak-anak ekstra marah padaku. Menganggap semuanya salahku. Dan kegagalan tampil di acara ulang tahun sekolah, juga terjadi karena salahku.

Aku bersyukur sekali karena setelahnya aku pindah rumah.

Jadi aku hanya perlu bertahan satu tahun

.

.

><

Mellifluous {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang