17 : Dapat

25 11 1
                                    

"Excuse, guys!" seruku riang masuk kedalam kelas 11 IPS 3.

"Ali, Ali, Ali, Aliyaaaa~!" panggil seseorang dari deretan pinggir gak kalah riang. "Sini, sini, sini, Al!"

Aku tersenyum, melambaikan tangan. "Ciaouyo~!"

"Ciaouyo, Alii!" balas Vall menggerakkan tangan.

Aku memutar kursi kosong didepan mereka. "Gue cari Hanny nih. Mana dia?"

Jangan kira gue anak ansos ya.

Meski aku penghuni kelas IPA 4, aku punya banyak teman kok. Kelas 11 kelasnya diacak lagi, jadi teman-teman sekelasku di kelas 10 tersebar di beberapa kelas lain. Selain itu, karena aku anak OSIS banyak yang kenal aku. Anak-anak marching band juga baik dan ramah ke aku meski aku baru gabung kelas 11.

Vall salah satu temen deketku di marching band.

"Hanny? Kalau gak salah tadi lagi sama Missy." jawab Vall. "Urusan apa?"

"OSIS, biasa." Aku mengedikkan bahu cuek. "Cuma mau kasih proposal, kok."

"Event baru?"

"Yep."

"Event apa lagi?"

Aku nyengir. "Rahasia dong, hehe."

Vall memutar bola mata malas. "Bentar lagi mereka balik, tunggu sini aja."

Putri, teman sekelasku waktu kelas 10, mengangguk semangat. "Iya! Gue tuh kangen sama lo!"

"Aduh, aduh. Lebay kalian." ejekku.

Tiba-tiba mataku menangkap seorang perempuan yang kukenal duduk dengan perempuan lain, berbicara, yang satunya datar dan satunya lagi terus berbicara. "Itu yang namanya Lily ya?" tanyaku.

Belakangan ini aku baru tau kalau selain Ryan dan Geisha, ada anak baru yang namanya Lily, dan dia masuk ke kelas ini.

"Iya." jawab Putri.

"Gue udah denger masalah kelas kalian dari Hanny." kataku. "Sekarang udah baikan kan?"

Putri mengangguk tapi melirik Vall sambil tersenyum geli. "Udah baikan, tapi ini anak masih gengsi."

Aku menepuk-nepuk pundaknya. "Yep, yep, cup, cup... Gue tau perjuangan lo suka sama Raven kok, Vall."

"Gue masih gak suka." katanya.

"Kalau bukan jodoh, mau gimana lagi."

Vall menghembuskan nafas pelan. "Gue harus move on."

"Nanti kalau lo udah move on, kita rayain ya." ucapku senang.

"Oh! Gue denger dari Hanny lo punya pacar, Al?" tanya Vall mengalihkan topik.

"Iya."

"Sama kak Vian kan!?" tanya Putri histeris. "Gue kenal kak Vian dari kelas 10! Dia kakak kelas gue ekstra! Dia baik, jadi gue setuju dia sama lo."

"Gue udah dikasih tau Putri yang mana orangnya. Gue kagum lo bisa pacaran sama yang keren gitu." sahut Vall.

Aku nyengir. "Gue juga gak nyangka."

"PJ?"

"Udara aja sih. Nih, hirup sepuasnya." balasku.

"Eh, ada Ali! Ngapain Al?"

Akhirnya yang kutunggu-tunggu datang. Aku berdiri dan mendekati Hanny. "Nih, proposalnya sama rincian dana."

"Hm?" Ia mengernyit, membaca judul, lalu mengangguk-angguk. "Iya, iya, nanti gue liat."

"Sip, makasih." kataku lalu melambaikan tangan pada Vall dan Putri. "Bye, guys. Kalau kangen main aja di kelas gue."

"Gak ada yang cakep," cibir Vall lalu memeletkan lidahnya, "ogah."

Aku terkekeh lalu tatapan mataku bertubrukan dengan Zoe, teman sekelasku saat kelas 10 juga. Waktu itu dia cuma diam, jadi aku gak begitu dekat dengannya. Tapi sekarang dia terlihat lebih terbuka.

"Hai, Zoe!" sapaku senang. "Ciaouyo~"

Ia terkejut. Mengangkat tangan ikut melambai, sambil membalas canggung. "Ci... Ciaoyo..? Ci... 'Ci' apa tadi?"

Aku nyengir. "Ciaouyo, Zo! Belajar sama Vall ya!"

Setelah itu aku keluar kelas sambil mengecek hapeku yang bergetar.

Wah.

Lima pesan dari kak Vian.

Hiks.

Jujur aja.

Ini udah seminggu aku gak ketemu kak Vian. Dia juga gak kirim pesan sama sekali.

Sebelumnya dia udah bilang sih.

Katanya dia di karantina buat persiapan beasiswa itu.

Jadi aku gak mau bawel.

Tapi tetep aja.

Kangen.

Hiks.

Kak Vian: Al.

Kak Vian: Nanti pulang sekolah ada waktu?

Kak Vian: Gue mau ngomong.

Kak Vian: Gue lolos tahap pertama.

Kak Vian: Pulang sekolah ya, Al.

Tapi saat aku mau membalas, dia lebih dulu menelfonku.

Aku tersenyum senang dan mengangkatnya sekaligus berjalan cepat mencari tempat sepi.

"Halo, Al?"

"Kak Vian!" pekikku tertahan.

Oke. Senang karena pacar gak masalah kan?

"Hei. Lagi di sekolah?"

"Iya. Bentar kak, gue cari tempat dulu." kataku sambil sesekali menunduk kecil membalas sapaan anak-anak IPS yang mengenalku. Aku menuruni tangga menuju lantai 1 dan berbelok ke perpustakaan.

"Sudah?"

"Hm-m. Gue di depannya perpustakaan ini."

"Gue lolos tahap pertama."

Aku tersenyum. "Gue baru baca barusan kak. Selamat ya!"

"Makasih, Al. Maaf, ninggal lama."

"Ih, gak papa. Nanti kalau kakak dapat beasiswa, kan gue bisa sombong. Hehe."

"....Al. Gue mau ngomong nanti soal beasiswa itu."

Aku jadi ingat kata Laylie. Kalau aku biarkan, tanpa sadar waktunya terus berjalan dan tiba-tiba kak Vian bakal pergi. Aku tau ini pasti terjadi.

"Iya. Pulang sekolah kan? Gue latihan dulu. Bentar lagi semifinal, kak."

"Nanti gue jemput ya."

"Mm-m. Bye, kak!"

Aku menutup telfon, menghembuskan nafas pelan, dan berbalik.

Tapi seorang laki-laki malah membuatku berhenti berjalan.

"Aliya."

"Apa? Ngapain disini? Gak sama Geisha?"

Ia menatapku serius. Lalu tersenyum lembut.

"Aku ingat semuanya."

><

Mellifluous {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang