11 : Sebagai Pacar yang Baik dan Berbudiman

34 11 1
                                    

"Gue denger lo pacaran sama kak Vian?"

Aku hanya meliriknya sekilas, lalu lanjut membersihkan tanganku.

"Wah, selamat! Gue gak nyangka lho, Al!"

Aku tersenyum. "Gue juga gak nyangka."

"Kalau gini sih, polanya hampir sama dengan yang lama. Gue tinggal mengulangi lagi aja, kan?"

Karena ini lah aku benci Geisha.

"Omong-omong, gue denger lo punya penyakit jantung? Beneran?" tanyaku sok khawatir. Padahal aslinya aku bodo amat.

Aku gak berharap bisa berteman dengan Geisha lagi kok. Jadi mati pun, aku gak peduli dengannya.

"Wah, ketahuan deh. Pasti kak Vian yang kasih tau." ucapnya lalu mengangguk. "Iya, asma."

"Duh.. Lo gak papa, La? Apa itu gara-gara waktu itu?"

"Mungkin. Ini salah lo sih. Cuma gara-gara lo banyak yang sakit. Ryan dan gue, juga Yoyo dan Rizal. Apa lo udah minta maaf dengan baik ke mereka?"

"Buat apa gue minta maaf? Itu kan salah lo. Kalau lo gak ada, gue gak bakal lakuin itu kan?"

Geisha tersenyum. "Gue udah bilang kan? Gue itu elo. Jadi, gue melakukan semua yang lo maksud itu, karena ada lo."

Ia berbalik dan keluar dari kamar mandi. Aku menghembuskan nafas pelan dan menatap pantulan wajahku di cermin.

Aku ingin kembali ke diriku yang lama.

Tapi aku gak mau disamakan dengan Geisha.

.

.

.

"Kak Vian."

Dia menoleh, tersenyum menyambut kedatanganku. "Hai. Kenapa dateng kesini?"

"Mau aja." jawabku. Aku menunjuk kursi di pojok ruangan. "Boleh duduk disitu kan?"

Kak Vian mengangguk. "Sebentar lagi gue selesai, tunggu ya."

Kata Sora, sebagai pacar yang baik, aku harus peduli pada kak Vian. Jadi jangan selalu berharap aku yang didatangi terus. Sesekali, aku juga harus mencarinya.

Ini hari kamis. Aku tau kalau dia selalu di perpustakaan setiap hari kamis. Dengar-dengar, dia diberi tanggung jawab untuk mendata buku-buku.

Aku bersandar sambil memainkan ponselku. Beberapa kali aku meliriknya yang masih terlihat serius dengan kertas-kertas di tangan dan tumpukan buku dibawah.

Lalu Sora bilang, sebagai pacar yang baik dan berbudiman, aku harus membantunya.

Apa kubantu saja?

Aku meletakkan tasku disitu, juga hapeku, lalu mendekatinya. "Harus ngapain, kak?"

"Duduk aja, Al, lo habis latihan kan?"

Aku mengangguk. "Iya, tapi gak papa. Gue bosen kalau duduk doang."

Kak Vian tersenyum lalu menberikan selembar kertas. "Ini, cukup catet kode buku aja." katanya. "Lo catet yang di sebelah sana ya."

"Oke, oke."

Kak Vian memberiku tumpukan yang paling sedikit.

Tapi kenapa yang selesai duluan malah dia?

Bahkan kak Vian sempat menyelesaikan dua tumpukan lain yang tersisa.



Kalau udah pro emang beda ya.




"Udah, Al?"

Aku mengangguk sambil memberikan kertasnya. "Terus?"

Ia terkekeh. "Terus, nabrak. Udah selesai, kok. Kita bisa pulang sekarang."

"Oh. Kak Vian kan udah kelas 12, gak pensiun?"

"Disuruh kok, cuma karena belum ada yang cocok buat gantiin gue, gue terusin aja." jawabnya. "Awalnya gue juga dimintai tolong karena sering datang ke perpus."

"Buat belajar?"

"Iya. Dulu kan gue sering ikut olimpiade."

Yep. Pacarku itu keren banget! Ikut olimpiade dan selalu menang! Meski gak selalu juara 1 sih. Tapi itu hebat banget!

"Mm.." Aku menunjuk diriku sendiri. "Gue bisa kok."

"Lo bisa?"

"Hm-m. Gampang kalau cuma kaya gitu."

"Beneran?"

"Iya."

"Gak capek?"

Aku menggeleng. "Hari selasa gue luang banget. Jadi kalau bisa ganti hari, ya... gue maunya hari selasa."

"Yaudah, nanti gue coba bilang ke gurunya." Kak Vian mengambil tasnya, begitu juga tasku. "Pulang?" tanyanya sambil memberikan tasku. "Gue anter ya?"

Aku hanya mengangguk-angguk sambil membalas pesan dari orang tuaku yang mengatakan kalau malam ini aku pesan makanan aja.


Yep. Kaya biasanya.

"Atau mau makan dulu?"

Aku menoleh cepat, terkejut. "Apa?"

Kak Vian menatapku, tersenyum manis. "Mau makan dulu?"

"Boleh?"

"Kenapa gak boleh?" Ia mengacak rambutku. "Gimana?"

Aku nyengir sambil mengangguk semangat. "Iya."

><

Mellifluous {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang