Aku kaya gak punya harapan hidup.
Untung aku kebagian jaga keamanan gerbang depan.
Jadi gak perlu sibuk kesana kemarin.
Tapi tetap aja rasanya capek.
Semalaman aku cerita ke Sora dan yang lainnya tentang Geisha. Tapi aku gak cerita tentang Ryan, karena aku udah ngantuk.
Pengennya sih akhir minggu nanti bakal jadi Girl's Day. Kami mau jalan-jalan dan menikmati hari libur, juga menginap lagi di rumah. Akhir minggu aku juga selalu sendirian karena keluargaku gak di rumah.
Jadi mau berantakin rumah pun gak bakal dimarahi.
Aku duduk di samping pos satpam sambil tetap mengawasi jalannya event.
Tapi tiba-tiba saja seseorang dengan kostum burung hantu berbaju basket datang mendekat. Itu maskot sekolah kami. Biasanya supporter sekolah kami punya maskot yang dikeluarkan waktu pertandingan.
Karena sekolah kami SMA Langit, kami pakai burung hantu sebagai maskot. Namanya Owle.
Kepala Owle memiring, seolah menatapku heran. Ia mengulurkan tangannya, memintaku untuk menerimanya dan berdiri. Tapi aku terlalu lelah.
"Capek gue." kataku.
Owle itu mengangguk-angguk, lalu duduk disampingku.
"Apaan sih. Lo siapa?"
Bukannya menjawab, Owle malah meletakkan kedua sayapnya di pipinya lalu menggoyangkan tubuhnya kesana-kemari seolah malu dengan pertanyaanku. Imut sih, tapi ini membuatku teringat mantanku.
Hiks.
"Yaudah lah." gumamku. "Lo bikin gue inget mantan tau gak sih."
Owle menatapku. Dia seakan bertanya mantan? gitu.
"Yep. Gue ketemu dia dulu waktu dia pakai kostum boneka juga." Aku terkekeh. "Curhat sama Owle malu-maluin banget. Owle, lo jangan bocor ke siapa-siapa ya."
Mendadak sebuah papan diulurkan padaku dengan tulisan jelek yang dibaca Udah putus?. Aku berdecak kagum. "Dapet darimana papannya?"
Owle menunjuk satpam yang tersenyum.
"Lanjutin aja mbak. Kalau Owle-nya gak ngomong kan gak enak."
Aku terkekeh. "Makasih deh, pak."
Owle menunjuk-nunjuk tulisan di papan.
"Dibilang putus sih belum, Ow. Soalnya dia gak bilang putus, begitu juga gue. Tapi kita sama sekali gak bisa dianggap pacaran lagi."
Terus kenapa jadi mantan?
"Dia sempat koma. Begitu bangun, dia gak ingat sama gue. Amnesia gitu lho. Amnesia setengah sih, tapi cukup buat dia melupakan gue sepenuhnya."
Aw. Sakit ya.
"Pertamanya gue shock, tapi lama-lama gue biasa aja."
Kemarin Owle liat kak Aliya nangis. Kakak kenapa?
"Hm? Wah. Lo salah satu dari yang gue temui kemarin ya?" tanyaku curiga.
Enggak, kak. Owle cuma liat aja. Owle gak mau kak Aliya sadar kalau ada Owle disitu. Jadi kakak kenapa?
"Gue cuma sedih. Karena orang yang mau gue jadiin target move on, bakal direbut lagi."
Sama PHO?
"Iya, sama PHO." Sedetik kemudian aku tertawa. "Ya, gak lah! Dia bukan PHO kok."
Terus apa?
"Manusia."
Iyain deh, kak.
Membacanya membuatku tertawa. "Ya gitu deh, Owle. Gue tuh udah jadiin dia sebagai target move on, karena gue memang suka sama dia juga. Tapi kalau direbut lagi, mending gue mundur."
Kenapa gak berjuang?
"Gue gak mau gantungin dia. Gue belum move on dan gue gak tau apa yang terjadi kedepannya. Gue suka, tapi gue belum melupakan yang lama. Nanti dia-nya jadi sakit hati sendiri. Gue gak mau itu terjadi. Apalagi kalau dia sakit hati dan milih suka sama PHO itu. Gue juga jadi sakit. Makanya lebih baik dari sekarang gak terjadi apapun, kan?"
Hm, gak baik tau, kak Aliya. Owle jadi sedih dengernya.
"It's okay. Hidup gue gak gue serahkan buat masalah hati doang."
Quotes, yak. Owle pergi dulu ya kak, mau gantian kostum. Owle kepanasan nih kak.
"Yep. Makasih ya, udah nemenin gue."
Semangat ya kak Aliya. Pasti ada orang yang suka dan sayang sama kak Aliya kok, yang sabar menanti kakak.
Aku tersenyum. Owle menghapus tulisannya dan kembali menunjukkan satu tulisan yang membuat terkejut.
Kaya Owle nih kak.
"Apaan sih, Owle. Gue gak suka digombalin ya."
Owle mengembalikan papannya lalu kembali menggoyang-goyangkan tubuhnya didepanku sebelum akhirnya pergi.
Lucu deh.
Gemes.
Kira-kira yang didalem situ siapa ya?
><
>~<
Aku juga mau curhat sama boneka unyu, kalau yang didalemnya cowok cakep.~Lir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous {END}
Teen FictionSebenarnya aku sudah memutuskan untuk tidak lagi egois dalam menyukai seseorang. Tapi kehangatanmu membuatku jatuh lebih dalam lagi. Maafkan aku jika aku menyukaimu lebih dari yang seharusnya.