"Gaes." panggilku.
"What?"
"Apa?"
"Hm?"
"Kenapa?"
Buset.
Tadinya aku mau ngomong serius. Tapi begitu lihat respon mereka yang barengan, aku malah ingin tertawa. Lucu gitu lho, mereka kompak lihat ke aku.
Ehem.
Oke, Al.
Serius.
"Nanti pulang sekolah gue mau ke kafe. Ada yang mau temenin gue?"
Lucunya lagi, mereka kompak berwajah cengo. Apa seaneh itu kalau aku bilang mau ke kafe?
"Ya Allah, Ali kesambet!" seru Sora.
"Gila, gila! Ini sih harus diabadikan!" pekik Veve mulai mengarahkan kameranya padaku.
Aku tersenyum, memberi tanda peace. "Iya gaes, gue mau ke kafe. Temenin gue please."
"Gue mau sih, tapi gue ada ekstra." ucap Juju. "Sori."
"Gue ada urusan keluarga." kata Laylie. "Kalau besok, gue bisa."
Aku menatap Sora yang langsung meringis. "Gak bisa ya?" tanyaku sedih.
"Iya.... Maap. Kalau kemarin atau besok gue bisa. Kalau hari ini....... gue harus anterin adik gue check up." jawabnya.
"Oh, ya gapapa, semoga adik lo cepet sembuh ya." Adik Sora itu baru aja keluar dari rumah sakit, habis kecelakaan waktu liburan kemarin. Aku jelas gak bisa memaksa.
"Gue bisa sih. Tapi gue juga udah janji sama Ryo. Kalau boleh, gue ajak Ryo juga... gimana?" tanya Veve ragu.
"Ah, lo, Ve! Milih pacar ketimbang sahabat sendiri!" seru Sora melempar pesawat yang baru dilipatnya.
"Sori ya, gue tetep berusaha nih!"
Aku terkekeh. "Gak papa. Gak masalah kok. Gue kesana cuma mau liat doang, terus pulang."
"Emang ngapain?" tanya Laylie.
"Ketemu teman lama gue."
Yep.
Aku memutuskan untuk datang.
Ini sudah hari ketiga sejak mereka mengirimkan pesan itu, dan setelah menimang selama dua malam, kupikir gak ada salahnya untuk datang. Karena aku juga kangen sekali dengan dua anak bayi itu.
"Temen lama?" Veve mengernyit heran. "Siapa?"
"Mungkin kalian lupa, tapi ini bukan kota asal gue. Em... Dari lahir sampai SMP gue tinggal di tempat yang jauh banget dari sini. Orang yang mau gue temui itu adalah temen-temen gue, mungkin lebih layak disebut mantan sahabat gue." jelasku.
"Oh? Ada masalah?" tanya Juju. Tangannya masih sibuk menyalin catatan dari buku Laylie.
"Ya gitu deh. Dibilang bertengkar sih enggak. Mereka marah sama gue, karena memang gue melakukan kesalahan besar. Tapi sebenarnya itu bukan kesalahan gue, kalau mereka lihat lebih dalam." Aku tersenyum tipis. "Cuma yah, gue gak mau bertengkar sama mereka. Jadi gue mau minta maaf, nanti, kalau gue berani. Makanya gue mau salah satu dari kalian temenin gue."
Laylie mengangguk paham. "Ciri khas lo banget. Minta maaf, padahal bukan lo yang salah," cibirnya. "Lo terlalu membuang-buang waktu untuk mereka yang bahkan gak memikirkan lo."
"Hehehe... Gue cuma gak mau mengulangi hal yang sama kok."
Sora memeluk leherku. "Huweee... Maap! Gue gak bisa temenin lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous {END}
Teen FictionSebenarnya aku sudah memutuskan untuk tidak lagi egois dalam menyukai seseorang. Tapi kehangatanmu membuatku jatuh lebih dalam lagi. Maafkan aku jika aku menyukaimu lebih dari yang seharusnya.