"Jadi gimana? Gimana? Gimana?"
Aku mengangkat alis. "Apanya yang gimana?"
"Lo sama Vian gimana?"
"Hm? Ah, gue jujur." jelasku. "Sebelumnya gaes, gue juga mau jujur sama kalian. Gue udah memikirkan ini semalaman dan gue rasa kalian juga harus tau."
Laylie tersenyum miring. "Akhirnya."
Sora mengangguk-angguk. "Kita selalu merasa ada hal yang lo sembunyikan. Tapi gue janji gak akan maksa lo buat jujur."
"Jadi, tentang apa?" tanya Veve.
Makasih. Kalian baik sekali.
"Sebenarnya gue gak sepolos yang kalian pikir. Gue pernah punya pacar. Bisa dibilang dia orang pertama yang gue suka dan dia juga orang pertama yang nembak gue. Awalnya gue sama dia cuma berteman biasa. Dia datang dengan kostum boneka. Dia suka main-main dengan kostum itu, bertingkah sok imut dan sebagainya. Lalu dia memberikan gue brosur ekstrakulikuler. Karena tertarik, gue coba dateng ke ruang klub."
"Hm, romantis." komentar Veve. "Terus, terus?"
"Disana gue ketemu dia yang melepas kepala kostumnya. Lucu liat dia kaya gitu, apalagi setelahnya dia langsung minta maaf ke gue, bilang kalau dia terlalu bawel di depan tadi. Sejak itu gue suka dia. Gue sama dia dekat, dan dia sering nganterin gue pulang kalau habis ekstra. Dia juga sering ngajak gue jalan-jalan. Dan kemudian, kita pacaran. Semua anggota ekstra mendukung.
"Sampai kemudian, ada satu orang perempuan, sahabat dekat gue. Dulunya dia di-bully, entah karena alasan apa. Tapi sejak berteman sama gue, dia juga dilindungi sama anggota ekstra gue yang lain. Akhirnya gue ajak di gabung ekstra." Aku menghembuskan nafas pelan. "Mungkin itu kesalahan besar gue. Harusnya gue gak pernah mengajaknya."
Tiba-tiba ponselku bergetar.
Hanny: Gaes, rapat cepetan. Besok ada event dadakan, gue baru dikasih tau guru pembina.
Aku berdiri. "Sori, mendadak ada rapat. Ceritanya dilanjut nanti aja."
"Haa? Oy! Gila!"
"Ya gini ini ngeselin!"
Aku nyengir. "Sori gaes."
Aku langsung keluar dari kelas yang sepi karena istirahat. Tapi panggilan Laylie membuatku kembali menoleh.
"Al!"
"Ya?"
"Nanti pulang sekolah, gue ke rumah lo ya?"
Aku mengangguk. "Oke."
"Bukan 'gue', tapi kita!" seru Sora."
"Iya, iya! Bye, gaes!"
~•~
"Jadi gitu aja ya dek. Gue mau pulang dulu." kataku sambil berdiri dan menutup binder.
"Iya, kak Al."
"Ati-ati, kak."
Aku tersenyum lalu keluar dari ruang OSIS. Ternyata rapatnya sampai pulang sekolah. Untung tugas-tugas udah kutitipkan ke Sora.
Pembina kami tiba-tiba menyuruh untuk mengadakan event. Jadi semuanya disusun secara mendadak dan besok akan diadakan secara mendadak juga.
Yang lainnya sudah pulang apa belum ya? Mereka jadi ke rumah atau nggak?
"Aliya. Hai."
Jantungku mencelos mendengar sapaan itu.
Aku menatap perempuan dengan rambut lurus sebahunya. Ia tersenyum, seolah-olah mengejekku. "Apa?" tanyaku dengan wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous {END}
Roman pour AdolescentsSebenarnya aku sudah memutuskan untuk tidak lagi egois dalam menyukai seseorang. Tapi kehangatanmu membuatku jatuh lebih dalam lagi. Maafkan aku jika aku menyukaimu lebih dari yang seharusnya.