4 : Sendirian

35 13 2
                                    

+62xxxxxxxx: Hai?

Aliya: Iya, kak.

+62xxxxxxxx: Gue kira salah nomor.
+62xxxxxxxx: Makasih ya, Al.

Makasih? Buat apa? Apa aku habis melakukan sesuatu yang besar?

Aku turun dari ojek online kesayaganku dan masuk ke dalam rumah, mengambil kunci dari dalam tas, dan membuka pintu.

Sepi.

Tentu saja.

Memangnya kapan rumah ini pernah ramai?

Kalau liburan doang sih iya.







Aku menghela nafas pelan sambil kembali mengunci pintu dan meletakkan kunci itu di dalam tas.

Kadang aku mau berkumpul bersama mereka.

Aku cuma mau duduk di meja makan dan sarapan bersama, itu aja.

Tapi kayanya itu gak mungkin.

Keluargaku sibuk sekali. Papa selalu kerja, berangkat sebelum aku bangun, dan pulang setelah aku tidur. Kalau libur, ia tidur di kamar, dan kadang tetap bekerja. Sementara Mama mengurus adikku yang masih kecil itu dan ia juga bekerja. Dan kakakku bekerja diluar kota, aku jarang ketemu dengannya. Yah, kalaupun ketemu dengan kakakku, ujung-ujungnya juga berantem.


Saat pulang, aku pasti sendirian di rumah.

Makanya kadang aku malas pulang.


Bukannya lebih baik aku di sekolah aja?

Mataku melirik sebuah alat musik di sudut rumah. Alat musik yang sudah terlupakan dan gak pernah dimainkan lagi.

Melihatnya saja sudah muak.
















Sora Bucinnya Anu (5)

Aliya: Ciaouyo, guys~

Sora: Ciao, Al~

Juju: [send a picture]
Juju: UHUK! UHUK! UHUK!

Veve: Apa? Apa? Foto apa itu?

Aku membuka foto itu dan langsung melotot. Foto itu adalah fotoku dan Kak Vian yang tadi duduk bareng! Tepat waktu kak Vian lagi menepuk kepalaku.

Apa-apaan ini!?

Veve: Gila, gila, gila!
Veve: Mantap, Juju!

Juju: *bangga* Yaampun, anak kita udah besar, hiks.

Sora: HUAAA! MAMA BANGGA, NAK!

Laylie: PROK. PROK. PROK. PROK.
Laylie: Hebat, hebat. Gak lama lagi PJ ya.

Aliya: Makasih lah, makasih.
Aliya: Oya. Tadi Kak Vian minta nomer gue lho.

Laylie: Terus? Terus?

Aliya: Gue kasih.

Juju: GOOD JOB.

Veve: Duh, kak Vian gentle banget ya.

Sora: Aahhh, gue suka ini. Kalian berkembang cepet tanpa perlu jaim-jaiman alay. Kak Vian juga gentle dan gas pelan-pelan tapi langsung sampai.

Veve: Iya, iya! Setuju!

Aku diam membacanya.

Ini mereka kan? Apa gak papa kalau aku menceritakan soal dia?

Laylie: Kalian udah chat apa aja?

Aliya: Cuma pastiin nomer doang. Hehe. Gue gak mau nge-gas, ya. Mau balesin chatnya aja butuh keberanian besar.

Juju: Iya, pelan-pelan aja. Kak Vian gak punya cewek lain juga kan.

Aliya: Mungkin punya.

Sora: Hush. Jangan pesimis gitu dong. Semangat, semangat!

Veve: Gak ada. Kak Vian itu gak punya siapa-siapa. Memang punya mantan sih, tapi gak ada lagi sekarang.

Laylie: Putus karena apa?

Veve: Yang cewek yang mutusin. Katanya udah gak suka lagi sama kak Vian.

Sora: Takjub gue tuh.

Juju: Pacarnya udah nyaris sempurna gitu kok diputusin.

Aliya: Btw, Ve, lo tau darimana?

Veve: Tanya ke Ryo, hehe.
Veve: Dia kan sekelas sama kak Vian.

Aliya: VEVEEEEE!

Veve: Tenang, gue udah suruh dia tutup mulut kok.

Sora: Ya Allah, ngakak gue. Ryo itu cowok ember, mau rahasiain gimana coba.

Veve: Dia nurut kok sama gue.

Laylie: Kaya anjing.

Veve: Hooh. Kaya anjing sama pemiliknya gitu.

Aliya: Pokoknya kalau kak Vian tau yang gue habisi ya lo.

Juju: Ati-ati, Ve. Ali mengancam kalau marah.

Veve: Oo, siyap!

Aku meletakkan ponselku di atas kasur. Mungkin lain kali aku akan menceritakannya.

Aku turun, berjalan ke dapur, membuat mie, lalu kembali ke kamarku.

Dan saat kubuka hapeku, sudah ada banyak pemberitahuan. Ck. Ck. Ck.

Sora Bucinnya Anu: 67 pesan tak terbaca.

+62xxxxxxxx: Al.

Aku mengernyit heran melihat nomer tak dikenal itu. Nomor kak Vian udah kusimpan, terus siapa ini? Memangnya siapa lagi yang kukasih nomorku?

Aku gak suka ya, bagi-bagi nomor gitu. Kontak di hapeku aja cuma 97, tambah kak Vian jadi 98. Di whatsapp, aku pakai titik sebagai namaku.

Iya gengs,

Koma

,

Itu aku pakai sebagai namaku di profil.

Jadi kalau gak nanya ya gak ada yang tau kalau itu nomorku.

Makanya, dia tau nomorku darimana?



+62xxxxxxxx: Al.

Aliya: Siapa?

+62xxxxxxxx: Temen lo.
+62xxxxxxxx: Eh, atau cuma mantan ya?

Aliya: Siapa?

+62xxxxxxxx: Ini gue
+62xxxxxxxx: Yoyo.
+62xxxxxxxx: Gue sama Rizal lagi di kota. Bisa ketemuan sebentar gak?

Aku melotot. Ngapain mereka ke sini? Karena satu temennya disini, mereka jadi ikut kesini gitu?

Ikatan batin emangnya!?

Aliya: Gak. Sori.

+62xxxxxxxx: Iya ya. Pasti lo masih marah.

Aku hanya membacanya saja.

Aku gak mau bertemu lagi dengan mereka.

+62xxxxxxxx: Kita manggung di kafe ChocoLatte buat tiga hari kedepan. Kalau mau, gue harap lo bisa datang.
+62xxxxxxxx: Kita cuma mau liat keadaan lo.

><

Mellifluous {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang