03. Hukuman

19.3K 779 9
                                    

Selamat membaca,,,

Di kediaman keluarga Beni sedang kedatangan tamu. Malam ini teman lamanya, Hadi, bersama anak dan istrinya mengunjungi rumahnya.

Beni berjabat tangan dan memeluk Hadi ala pria, saling melempar senyum dan menanyakan kabar. "Kamu tidak banyak berubah, Ben." Hadi menepuk pundak Beni beberapa kali.

Beni tertawa renyah. "Aku tetap muda, Di." Seraya menatap anak laki-laki yang berdiri di belakang Hadi. Merasa ditatap anak itu mendekat ke arah Beni.

"Assalamualaikum, Om. Apa kabar?" salamnya sambil mencium punggung tangan Beni.

"Waalaikumussalam, alhamdulillah Om baik," balas Beni dengan ramah.

"Kamu Aziz, bukan?" tanya Beni memastikan.

Aziz mengangguk pelan sambil tersenyum. "Iya, Om."

Beni langsung memeluk Aziz singkat sambil menepuk punggungnya. "Sayang sekali, Zavira belum pulang. Kalian satu sekolah, kan? Kamu ketemu ngga sama dia?" tanya Beni dengan semangat.

Aziz mengangguk. "Iya Om, kita sekelas malah."

Tika mengajak keluarga Hadi untuk duduk di sofa ruang tamu. Mereka membahas apa saja dengan tanpa canggung, hampir di antara dua keluarga itu tidak kehabisan topik pembicaraan.

"Menurut kamu, Vira bagaimana?" tanya Tika pada Aziz yang duduk di depannya.

"Dia cantik, Tante. Pasti banyak yang suka sama dia," ungkap Aziz dan memang benar kenyataannya, banyak yang menyukai Vira, gadis itu sangat cantik. "Tapi kayaknya dia lupa sama aku." Aziz mengatakan kalimat terakhirnya dengan suara pelan.

Senyum Beni dan Tika pudar seketika, sudah banyak yang berubah pada diri putrinya. Dia bahkan tidak mengenali Aziz, teman masa kecilnya.

"Sabar, Ziz. Mungkin nanti Vira bisa ingat kamu," ucap Tika.

Aziz tersenyum dan mengangguk, ia pun berharap seperti itu.

Mereka membicarakan banyak hal, salah satunya tentang perjodohan. Perjodohan antara Aziz dan Vira, terdengar mendadak? Sebenarnya tidak. Beni dan Hadi bersahabat dari kecil, sebenarnya dari kedua orang tua mereka pun sudah bersahabat.

Perjodohan terjadi karena dulu perusahaan Beni hampir bangkrut karena banyak karyawannya yang korupsi, kabar itu terdengar oleh Hadi. Sebagai sahabat, Hadi membantu perusahaan Beni sampai berjaya kembali seperti saat ini. Beni tentunya sangat berterimakasih dengan Hadi.

Mereka menjadi lebih akrab dan berniat menjodohkan anak mereka kelak.
Dan ternyata takdir merestui niat mereka, Tika melahirkan anak perempuan yang bernama Zavira Adzania dan istri Hadi, alias Halimah, melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Azizky Alfareza.

Hadi dan Beni sangat senang, mereka mulai merencanakan perjodohan saat usia Aziz dan Vira menginjak sembilan tahun.

Aziz dan Vira pun menjadi teman baik saat mereka kecil. Hanya saja, saat SMP Aziz dan Vira tidak satu sekolah, karena Aziz masuk pesantren.

Beni juga sempat kehilangan informasi mengenai keberadaan Hadi. Dan baru-baru ini mereka bertemu karena tempat kerja mereka berdekatan.

Aziz hanya diam menyimak pembicaraan kedua orangtuanya, sesekali dia tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya bersama Vira, tetapi ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat di sekolah. Aziz sudah tahu tentang perjodohan ini, dan inilah alasan mengapa ia dipindahkan dari pesantren dan bersekolah di SMA Angkasa, sekolah yang di dirikan oleh kakeknya sendiri.

♧♧♧

Vira berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya, jika ketahuan ayah atau ibunya, dia pasti sudah habis karena pulang larut malam. Bayangkan saja, gadis dengan rambut berwarna merah itu baru pulang dari acara BBQ di rumah Gino, pukul dua belas lebih. Meskipun sudah banyak diberi nasehat dan ancaman sekali pun, ia tetap seperti itu.

"Untung aja aku bawa kunci cadangan," gumam Vira dengan rasa kemenangan begitu berhasil memasuki rumahnya.

Lampu ruang tamu sudah mati, rumahnya sudah gelap gulita, biasanya ini pertanda jika semua orang sudah tidur. Baiklah, ini memudahkan Vira untuk menuju kamarnya.

Vira menutup pintu utama dengan hati-hati, kemudian menguncinya.

"Baru pulang?"

Suara tegas itu langsung membuat Vira terpaku, bagaimana bisa Ayahnya memergokinya seperti ini, padahal bukan pertama kali Vira pulang larut malam. Semua rencananya selalu berhasil, tetapi sekarang keberuntungan tidak berpihak padanya.

Dengan ragu Vira berbalik, tubuhnya gemetar dan keringat dingin menghiasi pelipisnya.

"Daddy belum tidur?" tanyanya sambil tersenyum kecut.

Beni menatap Vira tajam. "Jam berapa ini?! Kamu itu gadis, kenapa pulang selarut ini!" marahnya.

"Maaf Dad, dijalan macet banget." Memang alasan yang klise, tetapi Vira pikir Beni akan mempercayainya, karena sebelumnya alasannya itu selalu dipercaya oleh Beni.

"Jangan bohong! Daddy ngga suka anak yang berbohong, Vira!" bentak Beni.

Vira menunduk dalam, ia takut menatap Ayahnya jika sedang seperti ini, tidak terasa cairan bening lolos begitu saja dari kedua matanya. Meskipun ia seorang Bad Girl, Vira sangat menyayangi kedua orangtuanya dan ia sangat takut jika dibentak apalagi oleh kedua orangtuanya.

Vira terisak dan berkata, "Maaf Dad, Vira terlalu asik main sama temen sampe lupa waktu, maafin Vira."

Beni mengembuskan napasnya kasar, ia menatap anak gadisnya. Jika ia meloloskan Vira, pasti gadis itu akan kembali mengulangi hal yang sama.

"Daddy tau, kamu bakal ngulangin kesalahan yang sama. Oleh karena itu, sebagai hukumannya, mobil kamu Daddy sita, Atm kamu Daddy sita semuanya. Daddy batasin waktu main kamu, Daddy juga bakal nyuruh orang buat ngawasin kamu," tegas Beni.

Vira mendongak tidak percaya, apakah ayahnya benar memberinya hukuman? Seberat itu? Tidak, Daddy-nya yang sangat ia cintai tidak mungkin memberi hukuman seberat ini. "Dad please, jangan mobil. Nanti Vira berangkat sekolah naik apa?" ucap Vira dengan wajah memelas.

"Diantar jemput sama supir, atau suruh aja pacar kamu si Ken itu buat jemput kamu."

"Hukuman Daddy berlaku mulai sekarang dan seterusnya, sampai kamu benar-benar berubah jadi lebih baik," lanjut Beni kemudian pergi meninggalkan Vira.

Tika menghampiri anak gadisnya itu, pasti sulit bagi Vira, tentu saja. Tetapi ini semua demi kebaikan anak semata wayangnya.

"Sekarang kamu tidur, nanti telat ke sekolahnya," papar Tika dengan suara lembut.

"Iya, Mom." Vira berjalan menuju kamarnya sambil menyeka air matanya.

VOTE AND COMMENT!!!

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang