17. Vira Hilang

9.7K 484 7
                                    

Selamat membaca,,,

Tiga hari sudah Vira tidak menunjukkan batang hidungnya di sekolah, sama halnya dengan ketiga temannya. Mereka hilang seperti ditelan bumi, tidak ada jejak, informasi atau tanda-tanda keberadaan keempat gadis populer itu.

Aziz semakin gelisah, belum lagi kedua orang tua Vira bertanya kepadanya tentang keberadaan Vira. Aziz benar-benar di buat bingung, apakah Vira menginap di rumah temannya? Mengapa sampai tidak bisa dihubungi dan mengapa gadis itu tidak mengabari kedua orangtuanya?

"Azizky Alfareza!" tegur Bu Susan.

Aziz gelagapan, ia terbangun dari lamunannya.

"Iya, Bu. Ada apa, ya?" Balas Aziz  ragu.

"Kamu tidak memperhatikan pelajaran, apa ada masalah?" tanya Bu Susan yang merupakan guru Bahasa Inggris.

"Maaf, Bu. Saya sedang tidak fokus," ucap Aziz sambil nyengir.

"Kayaknya Aziz kurang Aqua, Bu," celetuk Agam yang duduk di depan Aziz.

Bu Susan geleng kepala dengan kelakuan muridnya. "Ada aja anak jaman sekarang. Sekarang kamu cuci muka, saya tidak mau ada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran saya."

"Bu Susan maunya diperhatiin mulu," celetuk Wahyu yang satu komplotan dengan Agam.

"Sudah diam!" seru Bu Susan.

Aziz bangkit dari duduknya, dan meminta izin keluar kelas menuju toilet.

Selesai cuci muka, Aziz berniat kembali ke kelas.
Saat melewati kantin, pemandangan yang Aziz lihat adalah Ken dengan seorang gadis yang berbeda dari kemarin. Apakah Ken selalu berganti pacar setiap hari?

Aziz tidak begitu menghiraukan, tetapi ia mengingat Vira yang belum diketahui keberadaannya. Mungkin Aziz harus bertanya kepada Ken, bagaimanapun Ken adalah pacar Vira, mungkin lelaki itu mengetahui sesuatu.

Aziz berjalan tanpa ragu menghampiri Ken yang saat itu tengah suap-suapan mie ayam yang tersedia di atas meja, dengan seorang siswi, yang Aziz tidak ketahui.

"Ken," panggil Aziz dan Ken menoleh.

"Kamu tau Vira di mana?" tanya Aziz langsung pada intinya.

Ken membenarkan posisinya yang semula menghadap ke samping menjadi berdiri, berhadapan langsung dengan Aziz.

"Gue ngga tau dan gue ngga mau tau."

"Kamu, kan pacarnya."

"Gue ngga tau, rese banget sih lo! Kalau mau tau, lo cari sendiri lah, paling ke lelab," ucap Ken lagi.

"Kelab?" ulang Aziz, ia sama sekali tidak mengerti dengan tempat itu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah menginjakkan kaki di lantai dansa atau semacamnya. Apa lagi ini, tempat yang Ken sebutkan tadi sangat asing di telinga Aziz.

"Mending lo pergi!" perintah Ken sambil mendorong bahu Aziz dengan kasar.

"Harusnya Vira tau apa yang kamu lakuin di sini." Aziz pergi meninggalkan Ken.

Tidak terasa bel pergantian pelajaran pun berbunyi, sebagian murid banyak yang keluar kelas entah apa motif mereka yang jelas Aziz mendengar beberapa siswi menyebut nama Vira. Hal itu langsung membangkitkan rasa keingintahuannya tentang gadis itu.

"Iya, buktinya Vira sama gengnya ngga keliatan tuh."

"Bener banget, kayaknya mereka lagi asik clubbing."

"Kalian ini, bukannya udah ngga asing lagi kalau mereka berempat ngga ada di sekolah, alias ke kelab."

Begitulah percakapan yang Aziz dengar, mengapa semuanya membahas tempat yang menurut Aziz tempat terkutuk. Ya terkutuk.

Aziz menghentikan langkahnya dan menoleh ke tiga siswi yang tengah asik berbincang di kursi panjang yang ada di koridor, mereka siswi yang tadi membicarakan Vira. Aziz melangkah menghampiri ketiga siswi tersebut.

"Maaf, saya denger kalian nyebut nama Vira dan kelab, ada apa sebenarnya?" tanya Aziz yang sudah sangat penasaran.

Ketiga gadis itu terlihat saling pandang sebelum menjawab pertanyaan Aziz.

"Iya, Vira sama temen-temennya sering ke tempat itu," ucap salah satu siswi.

"Di mana tempatnya?" tanya Aziz lagi.

"Kita ngga tau secara detailnya, tapi mereka paling sering ke Star Club yang ada di jalan Tulip nomor 12," jawab siswi satunya.

Aziz mengangguk mengerti, ia harus mengingat alamat itu demi menemukan Vira.

"Makasih infonya," ucap Aziz dengan ramah sambil tersenyum ke arah ketiga siswi itu.

Ketiga siswi itu terlihat terpana melihat senyuman Aziz yang manis, mereka seperti meleleh hanya karena Aziz memberinya senyuman.

"Eh tunggu, lo Aziz ketua tim basket yang baru itu, kan?" tanya seorang siswi dengan mata berbinar.

Aziz mengangguk sambil tersenyum kecil, ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Ya ampun, ganteng banget sih!" ucap salah seorang siswi sedikit keras sampai Aziz masih bisa mendengarnya, ia hanya tersenyum tanpa sepengetahuan mereka dan kembali melanjutkan langkahnya.

Vote and comment😁

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang