Jangan lupa komen kalau ada typo😁
Selamat membaca,,,
Vira kembali menatap langit malam yang indah, sampai membuatnya tidak bisa berpaling. Bahkan, tidak ada yang bisa membuatnya berpaling.
Vira tersenyum, ia teringat dengan masa kecilnya bersama Aji. Masa di mana hanya ada bermain dan bermain bagi Vira dan Aji.
"Kalau lo di suruh milih antara bulan, bintang dan matahari, lo mau pilih yang mana?" tanya Vira tanpa menoleh menatap lawan bicaranya.
Aziz berpikir sebentar sebelum menjawabnya. "Aku pilih langit."
Vira menoleh ke arah Aziz dengan wajah bingung. "Kok langit? Kan ngga ada di pilihan yang gue sebutin tadi. Ah terserah deh, apa alasan lo pilih langit?"
"Karena, langit yang paling setia. Meskipun matahari, bulan dan bintang ngga selalu ada menemaninya, setidaknya langit tetap ada di tempatnya, dan jadi tempat bulan, bintang sama matahari kembali bersinar menerangi bumi."
Vira sedikit menganga mendengar jawaban Aziz, jawaban itu sama persis seperti saat terakhir kali ia melontarkan pertanyaan yang sama untuk seseorang di masa lalu. Dan malam ini, Vira kembali mendengar jawaban yang sama. Jawaban yang dulu pernah diucapkan oleh Aji.
"Kamu sendiri pilih apa?" tanya Aziz yang berhasil membuyarkan lamunan Vira.
"Bulan," jawab Vira cepat.
"Apa alasannya?"
"Bulan selalu sendirian, tetapi dia tegar, kuat. Dan gue belajar dari bulan," papar Vira sambil menatap keberadaan bulan yang di kelilingi banyak bintang.
Aziz menoleh ke arah Vira, gadis itu tengah tersenyum, seperti menyapa bulan yang ada di atas sana. Melihat senyuman itu, hati Aziz lebih tenang dan selalu ingin menatapnya lebih lama.
"Tapi bulan selalu berubah."
"Gue tau, bentuknya mungkin berubah, tapi tidak dengan tempatnya, yaitu selalu berada di dekat bumi."
Jawaban Vura verhasil membuat Aziz terkesima, jawaban gadis itu tetap sama, dari kecil Vira selalu memuji bulan. Ia bahkan berkeinginan menginjakkan kaki di bulan. Ternyata tidak banyak yang berubah pada diri Vira.
Vira menoleh, merasa jika dirinya tengah di perhatikan cukup lama dan intens oleh seseorang di sampinya.
"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?"
Aziz tersenyum simpul. "Kamu tambah cantik, kalau lagi senyum," tuturnya.
Senyum Vira memudar seketika, kedua pipinya terasa memanas. Apakah ia tengah blushing karena ucapan Aziz? Vira lantas memeangi kedua pipinya. Ia bersyukur karena pencahayaan di taman tidak terlalu terang, Aziz tidak akan bisa melihat seperti apa pipi Vira saat ini yang mungkin sudah memerah seperti tomat, padahal hanya dengan kalimat sederhana.
"Udah, Ra. Pipinya jangan dipegangin mulu. Nanti tambah merah," goda Aziz yang sebenarnya tahu, jika Vira sedang blushing karena ucapannya tadi. Ia hanya mengulum senyum.
Vira tergelak mendengar ucapan Aziz, apakah dia mengetahui kondisi pipinya?
"A--apaan sih!" gerutu Vira kemudian memalingkan wajahnya dari Aziz, untuk menghindari kontak mata dengan laki-laki itu.
Aziz terkekeh melihat perubahan sikap Vira. Gadis ini seperti tengah salah tingkah.
♧♧♧
Setelah lama berbincang dan bergurau layaknya teman akrab yang baru bertemu. Aziz mengedarkan pandangannya, menatap suasana taman yang semakin malam semakin ramai pengunjung.
Tidak sengaja, mata Aziz tertuju pada sepasang kekasih yang duduk tidak jauh dari tempatnya. Dari kejauhan, Aziz sudah mengetahui siapa mereka.
Dia Ken, laki-laki itu tengah bersama seorang gadis yang tidak ia ketahui, kini Aziz sudah mengerti seperti apa Ken. Aziz lebih dibuat khawatir dengan Vira, ia khawatir Vira merasakan sakit hati karena dicurangi oleh Ken.
Bagaimana jika Vira melihat pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat, Aziz tidak ingin merusak suasana hati Vira yang saat ini sedang stabil. Ia harus membawa Vira pergi dari tempat ini.
"Kita pulang, yuk. Udah jam sebelas malam," ajak Aziz kemudian bangkit dari duduknya.
"Gue belum mau pulang," tolak Vira yang enggan bangkit dari duduknya. "Lo pulang duluan aja sana."
"Besok sekolah, Ra. Kamu mau terlambat ke sekolah terus kena hukuman dan akhirnya reputasi kamu jadi buruk, ngga mungkin'kan seorang Zavira dihukum karena terlambat ke sekolah."
Vira berpikir sebentar, benar juga. Ia sangat tidak ingin dihukum di tengah lapangan dan ditemani terik matahari. Cahaya matahari bisa merusak wajahnya yang sudah lama ia rawat dengan skin care yang mahal.
"Oke deh."
Mereka berjalan menuju tempat di mana motor Aziz terparkir.
Begitu Aziz menaiki motornya, Vira segera duduk di belakang Aziz. Ia baru mengenal Aziz sekarang, ternyata Aziz sama sekali tidak patut ia benci, lalu kenapa Vira bisa begitu benci dengan Aziz? Vira sendiri bingung, hanya saja ... ia merasa jika Aziz adalah seseorang yang selalu bisa membuatnya ingin menyampaikan perasaan kesal.
Namun hari ini, Vira telah salah. Bahkan ia lupa bagaimana bisa hubungannya dengan Aziz sedekat ini, Aziz seperti sosok yang selama ini dia cari.
"Vira jangan ngelamun!" peringat Aziz sambil melirik Vira dari kaca spion.
Vira tersadar dan segera menyahut. Aziz segera menyalakan motornya dan melaju menjauhi area taman.
VOTE AND COMMENT!!!🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIRA
Teen Fiction(SUDAH END) [CERITA HANYA ADA DI WATTPAD, BUKAN DI PLATFORM LAIN] #1 in Goodboy #1 in Imam #1 Selalusabar #13 Highschool #6 fakefriends #1 setia Ketika GOOD BOY dijodohkan dengan BAD GIRL Ketika takdir kembali mempermainkan nasib kedua insan yang me...