18. Tempat Terkutuk

9.7K 477 6
                                    

Selamat membaca,,,

Sesuai dengan rencana yang Aziz buat sebelum pulang sekolah tadi. Malam ini, setelah salat Isya, Aziz berencana mencari Vira dengan bantuan Agam dan Bagas.

Sebelumnya Aziz merasa ragu, ia tidak yakin akan mencari Vira di kelab, tempat terkutuk. Seumur hidupnya, Aziz tidak pernah ada niatan untuk memasuki tempat itu, ia bahkan sudah berjanji, tidak akan pernah menatap tempat itu, apalagi memasukinya.

Namun, apa boleh buat, mungkin ini cara agar dia bisa menemukan keberadaan Vira, lelaki itu sangat khawatir dengan keadaan gadis yang disayanginya.

Aziz memakai pakaian serba gelap untuk malam ini, ia memakai celana jeans warna hitam, t-shirt warna navy dan jaket kulit warna hitam.

Aziz menatap penampilannya di cermin. "Aku datang, Ra."

Tidak lama setelahnya, suara notifikasi ponselnya terdengar, Aziz yakin itu dari salah satu temannya.

Lelaki dengan rambut cokelat yang rapi itu, segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas tempat tidur. Tertera jelas nama Agam yang mengirimkannya pesan pribadi.

Agam Faresta

Cepetan Ziz, gue sama Bagas udah ada di depan komplek rumah lo.

Selesai membaca pesan dari Agam, Aziz segera keluar dari kamarnya dan menemui kedua orangtuanya.

"Yah, Bun, aku mau keluar sebentar, ada urusan penting," pamit Aziz kemudian mengambil kunci mobil dan pergi menuju tempat janjiannya dengan Agam.

♧♧♧

Suara dentuman musik terdengar jelas. Sangat mengganggu pendengaran Aziz yang saat ini sudah berada di pintu depan kelab, ia melakukan ini hanya untuk mencari Vira, tidak lebih.

Sekali lagi, musik Dj membuat Aziz tidak nyaman. Ia berdoa dalam hati, semoga ia keluar dari tempat itu dengan selamat bersama Vira.

"Ayo, Ziz." Bagas berjalan mendahului.

Aziz berjalan ragu, Agam langsung merangkulnya dengan wajah santai, karena bukan pertama kali bagi Agam dan Bagas memasuki tempat itu.

Aziz sudah memasuki tempat itu, dilihatnya lautan manusia yang tengah meleok-leokan tubuh mereka di dance floor.

Tempat dengan lampu yang berkelip itu sangat sesak, karena dipenuhi manusia. Bukan hanya itu, bau dari minuman ber-alkohol pun menyeruak, baru kali ini Aziz mencium bau yang amat asing dan menyengat.

Tahan, aku harus bawa Vira pulang. Batinnya bertekad, Aziz mengedarkan pandangannya ke segala arah, pemandangan ini sangat asing dan harusnya tidak ia lihat.

Banyak manusia lawan jenis yang tengah bercumbu mesra secara terang-terangan. Ia juga melihat seorang wanita yang sedang di paksa meminum cairan berwarna keemasan, Aziz tidak tahu itu minumah apa.

Aziz menghela napas, ia kembali mengedarkan pandangannya. Dan pandangannya jatuh kepada seorang gadis yang memakai mini dress berwarna krem.  Gadis itu tengah menari tanpa memperdulikan sekitarnya, banyak laki-laki yang menatap tubuhnya dengan tatapan nakal.

Tangan Aziz mengepal kuat, dia adalah gadis yang dicarinya, buru-buru Aziz menghampiri Vira yang saat itu tengah dikelilingi banyak lelaki, tetapi gadis itu tetap menari.

"Vira!" panggil Aziz saat sudah berada di samping gadis itu.

Vira menulikan telinganya, hanya ada musik yang didengarnya.

"Vira, ini aku, Aziz."

"Hah? Siapa?" Hanya itu yang keluar dari mulut Vira.

Aziz mencium bau alkohol saat Vira mengeluarkan suaranya, bau yang menyengat. Mungkin karena itu Vira tidak menghiraukannya, gadis itu berada dipengaruh minuman keras.

"Ayo kita pulang!" Aziz meraih lengan Vira dan menggandengnya, tetapi Vira menepis tangan Aziz darinya dengan kasar.

"Gue ngga mau pulang!" balas Vira dengan mata terpejam.

Aziz menatapnya tidak percaya, berapa botol yang sudah Vira habiskan sampai seperti ini?

Kedua tangan Vira terangkat ke udara, dengan tidak sadarnya ia mengalungkan tangannya dileher Aziz, matanya sedikit terbuka.

Vira tersenyum. "Mending lo temenin gue di sini," ucapnya dengan suara serak.

Gadis itu melanjutkan menarinya dengan mengalungkan lengannya di leher Aziz. Aziz merasa terpaku, ia tidak bisa menghindar, entah mengapa sangat sulit baginya untuk melepaskan tangan Vira dari lehernya.

Perlahan, namun pasti. Vira mendekatkan wajahnya kepada Aziz, mata gadis itu sedikit terbuka dan berwarna merah. Vira semakin dekat, memangkas jarak antara wajahnya dengan Aziz.

Hidung keduanya sudah bersentuhan, Aziz bisa merasakan embusan napas Vira di wajahnya.

Sekali lagi, Aziz tidak mengerti situasi dan kondisi saat ini, hanya bisa mematung dengan detak jantung yang tidak terkendali.

Vote and commentnya dongsss🤗

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang