06. Pameran

12.9K 591 21
                                    

Selamat membaca,,,

Setelah salat Isya, Aziz bersiap ke pameran dengan Agam dan Bagas, padahal belum satu minggu Aziz menjadi murid baru, tetapi ia sudah memiliki sahabat seperti Agam dan Bagas yang sangat baik padanya.

Aziz menuruni anak tangga untuk menemui kedua orangtuanya, dengan penampilan yang berbeda. Aziz memakai celana jeans navy panjang, kaos putih polos, sepatu snikers putih dan memakai topi hitam.


Sebenarnya Aziz adalah seorang most wanted boy saat di pesantren, ia dianggap sebagai santri yang paling mencolok diantara santri lainnya. Selain memiliki wajah tampan, Aziz memiliki otak yang pintar, cerdas, atitude yang baik dan kemampuan bela diri yang tidak bisa diragukan, bagaimana bisa santriwati tidak tertarik padanya.

Meskipun begitu, Aziz tidak pernah menyombongkan dirinya.

"Mau ke mana Ziz? Rapi banget," tanya Hadi yang duduk di depan televisi bersama Halimah di sampingnya.

"Mau ke pameran sama Agam, Bagas. boleh 'kan?"

"Jangan pulang terlalu malam, kamu ngga ajak Vira sekalian?" tanya Hadi sambil tersenyum penuh arti pada Aziz.

Aziz jadi salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian menggeleng pelan. "Aziz berangkat Yah, Bun. Assalamualaikum," pamitnya, ia segera menuju garasi dan mengendarai motor sport hitamnya.

Tiba-tiba Aziz memikirkan Vira. Saat mereka kecil, Aziz selalu mengajak Vira yang biasa ia panggil Zavi ke pameran, mereka akan naik bianglala dan membeli permen kapas.
Saat itu usia mereka masih delapan tahun, dan hal itu menjadi kebiasaan mereka berdua.

"Kamu banyak berubah. Zavi yang aku kenal berubah jadi Vira yang sangat lain dari Zavi," gumam Aziz sembari menatap jalanan dengan wajah sendu.

Lama memikirkan Vira, me.buat Aziz hampir melupakan tempat perjanjiannya dengan Agam dan Bagas. Dengan cepat Aziz menepikan motornya di sebuah warung pinggir jalan, di sana sudah ada Agam dan Bagas yang melambaikan tangannya.


"Lama banget lo, mandi kembang dulu, ya?!" tuduh Agam sambil memicingkan matanya.

"Maaf, aku banyak ngelamun tadi," kekeh Aziz.

"Ayo, nanti kemaleman!" seru Bagas dan mereka menaiki motor masing-masing menuju pameran.


♧♧♧

Sampai di pameran, suasananya sangat ramai dan padat. Semua kalangan ada di pameran, yang tua yang muda, anak-anak, dewasa,
Yang berpasangan dan yang berjombloan.

Tiga laki-laki tampan berjalan menyusuri pameran, entah apa yang akan mereka lakukan di sana.


"Ini serius kita bertiga ke pameran tanpa pacar? Ngenes banget dah," keluh Agam sambil melirik kanan dan kirinya. Hampir semua orang yang dilewatinya adalah sepasang kekasih.

"Bacot mulu lo, Gam!" celetuk Bagas.

"Gue bingung aja gitu, masa kita ...."

"Udah, Gam. Jangan ngeluh aja, kalau kita banyak mengeluh, nanti Allah ngasih kita cobaan yang lebih berat," potong Aziz.

Bagas tertawa puas. "Mampus lo, udah tau di samping lo ada Ustadz."

"Iya iya maaf, bukan gitu maksud gue." Ucapan Agam terjeda karena Aziz kembali memotongnya.

"Lagian nih ya, kita tetep bisa hidup kok tanpa pacaran. Pacaran itu cuma jagain jodoh orang," jelas Aziz.

Agam mengangguk patuh dan Bagas kembali terkekeh.

"Itu bukannya Ken sama Vira? Ngapain mereka ke sini?" ucap Bagas sambil menunjuk tempat Vira dan Ken.

Agam menoyor kepala Bagas dengan kencang. "Lo bego apa gimana sih, ini pameran. Jelas semua orang boleh ke sini, apa pun alesannya."

"Mana?" tanya Aziz.

Agam dibuat menganga karena pertanyaan Aziz, ia melayangkan jitakan di kepala Aziz yang saat itu tidak memakai topinya.

"Ini lagi, dengar kata Vira langsung nyari," kesalnya, ia menarik tengkuk Aziz dan mengarahkannya ke tempat Vira berada. "Tuh di sana, lagi ngantri beli tiket bianglala," lanjut Agam sambil melepaskan tengkuk kepala Aziz.

Aziz mengikuti arah pandang Agam dan ternyata benar, ada Vira di sana dengan pakaian yang terbuka.

Dulu, kita sering ngantri bareng buat beli tiket bianglala. Batin Aziz kemudian tersenyum miris.

"Kita naik bianglala juga." Aziz ikut mengantri di loket tiket bianglala.

Bagas dan Agam bingung dengan sikap Aziz, lewat kode mata keduanya sepakat menuntut penjelasan lebih akurat tentang Vira kepada Aziz. Mereka segera menyusul Aziz.

Aziz dan kedua temannya sudah memasuki bianglala, posisi Aziz berada di atas bianglala Vira.

Sedari tadi Aziz mengawasi Vira yang satu tempat dengan Ken hanya berdua saja.

"Ziz!"

....

"Aziz!"

....

"AJIS!!" teriak Bagas dan Agam bersamaan.

Jika sudah kesal karena Aziz yang tidak mendengarkan, Agam dan Bagas akan memanggil Aziz dengan ejaan lebih mudah 'Ajis' contohnya.

"Eh iya ada apa, kenapa?" tanya Aziz dengan wajah linglung yang minta dipukul.

"Lo tuh bener-bener ya ...! Gue sama Bagas manggil lo dari tadi."

"Sikap lo kayak lagi mata-matain Vira sama Ken, tau gak."

"Hah? Ng ... ngga kok," ucap Aziz terbata.

Agam dan Bagas menatapnya sambil menyipitkan mata, seolah sedang menerawang Aziz. Laki-laki ini bisa saja alibinya, padahal Agam dan Bagas sudah memergoki Aziz yang tengah memperhatikan Vira.


"Lo jujur sama kita. Kita janji ngga bakal bocorin rahasia lo tentang hubungan lo sama Vira," ucap Agam yang diangguki Bagas.

Aziz terlihat khawatir, ia sebenarnya tidak yakin jika mengatakan yang sebenarnya kepada Agam dan Bagas.

"Jangan khawatir Ziz, kita janji jaga rahasia lo. Asal lo jujur sama kita, tentang hubungan lo sama Vira. Apa yang buat lo selalu merhatiin dia," timpal Bagas.

Aziz mengembuskan napas pelan dan mulai menceritakan kisah dibalik ia dan Vira.

Vote and comment!!!

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang