12. Ditinggal Ken

10.9K 505 6
                                    

Selamat membaca,,,

Dua minggu setelah perkelahian Vira dan Ria. Hubungan Aziz dan Vira semakin buruk, mungkin gadis itu benar-benar membenci Aziz.

Hari jum'at adalah hari di mana kelas XI IPA 2 akan berolahraga di jam pertama, semua murid sudah berada di lapangan untuk pemanasan.

Sedari tadi, perasaan bersalah menyelimuti Aziz. Ia diam-diam Aziz meperhatikan Vira.

"Aziz!" sapa Agam dan Aziz menoleh. "Lo tau ngga, Vira sering jalan ke mana?"

Aziz menggeleng.

"Dia sering ke kelab bareng Ken dan temen-temennya," jawab Agam sembari berbisik pada Aziz.

Aziz membulatkan matanya tidak percaya, dalam hati Aziz sudah mengucapkan istighfar. Apakah benar Vira sering memasuki tempat seperti itu?

"Biasanya mereka ke sana kalo liburan," tambah Bagas yang kebetulan mendengar obrolan Agam dan Aziz.

Tidak mungkin, bagaimana bisa Vira seperti itu. Aziz harus membuktikannya, liburan nanti ia harus mengikuti Vira ke mana pun, ia tidak peduli dianggap sebagai penguntit atau semacamnya, karena ia hanya ingin menyelamatkan Vira dari teman-temannya yang tidak baik.

"Tenang aja Ziz, kalau lo punya rencana buat ngikutin Vira, gue sama Bagas, selalu siap bantu lo."

♧♧♧

Semua murid berhamburan keluar kelas dengan tas punggung yang mereka pakai, ekspresi mereka pun yang bahagia dari jam-jam sebelumnya. Ya, bahagia karena pelajaran sudah berakhir dan saatnya pulang ke rumah.
Mereka akan bertemu lagi hari Senin, tersisa dua hari bagi murid SMA Angkasa mengistirahatkan otak dan tubuh mereka,

Aziz sebelumnya pergi keluar sekolah menemani Bagas untuk membeli alat pompa bola yang baru. Hari ini ada jadwal latihan basket.

Di depan gerbang, terlihat Vira berkali-kali menempelkan ponselnya di telinga dengan wajah ditekuk dan raut wajah kesal.

Aziz yang melihat Vira menyuruh Bagas untuk masuk lebih dulu, karena ia ingin menemui gadis itu. Bagas menurut, setelah itu ia menghentikan motornya tepat di hadapan Vira, Aziz segera turun dan menemuinya.

"Vira, kamu belum pulang?" tanya Aziz saat sudah berdiri di samping gadis itu.

"Lo lihat gue masih di sini, pakek nanya," celetuk Vira sambil terus berkutat dengan ponselnya.

"Kalau masih belum dijemput, pulang bareng aku aja. Aku ada latihan basket."

"Gue bisa pulang sendiri."

"Naik apa? Sama siapa?" tanya Aziz.

"Lo jadi cowok bawel banget sih, gue bisa naik angkot, bus, taksi, ojek atau minta jemput sama sopir."

"Kalau berubah pikiran, tunggu aku di pinggir lapangan. Ngga baik anak gadis sendirian di sini," saran Aziz.

Vira hanya membalasnya dengan deheman sambil membuang muka ke arah lain.

"Aku latihan basket dulu, Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," balas Vira cepat.

Sepeninggalan Aziz, Vira terus berkutat dengan ponselnya. Ia terus menghubungi nomor seseorang yang sangat dicintainya.

Berkali-kali Vira menelpon Ken, tetapi tidak ada satu pun panggilan yang dijawab dari lelaki itu. Vira bingung mengapa sulit sekali menghubungi Ken.

"Ken mana sih, aku udah nunggu satu jam lebih di sini," geritu Vira.

"Apa Ken masih di parkiran? Atau di kelasnya? Aku samperin aja kali, ya?" gumamnya lagi.

Vira akhirnya memilih kembali memasuki sekolah untuk mencari keberadaan Ken. Koridor sudah sepi, hanya di lapangan yang sedikit ramai karena ada latihan basket.

Vira berdiri di depan pintu kelas berwarna cokelat yang terkunci, semua jendela tertutup rapat, mustahil jika masih ada murid di dalam. Pintu dengan papan kecil bertuliskan XI IPS 1 itu merupakan kelas Ken.

Vira mencebikkan bibirnya kesal, ia bergegas menuju parkiran dan ia tidak menemukan mobil atau motor milik Ken. Apakah Ken tidak masuk sekolah? Atau sengaja meninggalkannya?

Saat tengah berperang dengan pemikirannya, seorang siswi melintas di depan Vira, dengan cepat ia menghentikan langkah gadis itu.

"Eh tunggu! Lo temen sekelasnya Ken, kan?"

"Iya, kenapa?" Gadis itu balik bertanya kepada Vira.

"Apa Ken ngga masuk sekolah hari ini?"

"Dia masuk, cuma tadi buru-buru pulang. Katanya ada urusan gitu."

Kenapa Ken ngga langsung hubungi aku? Pikir Vira.

"Oh gitu, thanks ya."

Gadis itu mengangguk kemudian meninggalkan Vira seorang diri di tempat parkiran.

"Gila ya tuh cowok! Kenapa ngga bilang kalau ada urusan, aku udah terlanjur berharap malah ditinggal, sialan!" sungut Vira sambil menendang kerikil yang ada di dekat kakinya.

Dengan cepat Vira merogoh sakunya, uangnya hanya tersisa lima ribu rupiah, ia lupa jika sekarang uang jajannya dibatasi karena masih dalam masa hukuman.
Dengan jumlah uang yang tidak seberapa, bagaimana bisa ia menaiki angkutan umum? Apalagi memesan ojek online. Uangnya benar-benar tidak cukup.

Vira kembali mengutak atik ponselnya dan sialnya lagi, ponsel Vira mati karena lowbat. Mungkin karena ia lupa men!cargernya waktu di kelas.

Vira berteriak kesal. "Kenapa aku jadi sial gini?!"

"Gue terpaksa nebeng sama si cupu. Eh tunggu ... kan dia yang nawarin tadi," ucap Vira sambil menampilkan smirk-nya, dengan langkah pasti ia menuju lapangan.

Vote and comment!!!

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang