37. Hukuman Bersama

7.9K 384 23
                                    

Selamat membaca,,,

Vira dengan setia menunggu Aziz di depan masjid yang ada di sekolah. Terlalu lama menunggu, membuat Vira merasa bosan, ia membuka aplikasi chatting yang ada di ponselnya. Namun, tidak ada satu pun notifikasi masuk dari sahabat atau pacarnya.

Vira menghela napas pelan, ia merasa diasingkan oleh sahabat dan pacarnya.

Pada dasarnya, yang membutuhkan akan datang tanpa diundang. Batinnya.

Vira menoleh ke belakang, terlihat Aziz tengah duduk bersila dengan kedua tangan yang menengadah di depan dada. Dia pasti sedang berdo'a, pikir Vira.

Vira kembali memalingkan wajahnya. Melihat ketaatan Aziz dalam beribadah, membuat hati Vira merasa tersentil karena rasa malu. Ternyata ia benar-benar lupa dengan bacaan salat, ia terlalu lama meninggalkan salat dan menyepelekan urusan akhirat.

Vira berhasil dibuat insecure oleh Aziz karena laki-laki itu benar-benar menaati kewajibannya, sedangkan Vira? Vira sudah terlalu jauh dari ibadah.

"Vira," panggil Aziz, lalu duduk di samping Vira untuk memakai sepatu.

Vira menoleh ke sumber suara. "Lo ... udah selesai?"

Aziz tersenyum. "Udah. Yuk, kita ke kantor nyari Bu Rita," ajak Aziz.

Mereka lantas bangkit dari duduk dan pergi menuju ruang guru.

♧♧♧

Bel berakhirnya pelajaran sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, di dalam kelas hanya tersisa Vira, Aziz, Agam dan Bagas.

Ketiga sahabat Vira sudah pulang lebih dahulu, mereka tidak bertegur sapa sekalipun dengan Vira, tetapi Vira tidak terlalu memikirkannya.

"Kalian bolos terus dikasih tugas sama Bu Rita?" tanya Agam.

Aziz menangguk tanpa menoleh, ia terus berkutat dengan buku Sejarah di depannya begitupun Vira, mereka berdua mendapat tugas untuk mencatat materi yang tertinggal, serta tugas tambahan berupa mengerjakan soal-soal.

"Gila lo, Ziz. Keliatan anak baik-baik ternyata bolos juga," puji Bagas sambil menggelengkan kepalanya tanda tidak percaya.

"Paling gegara dia nih." Agam menunjuk Vira lewat dagunya.

Vira menatap Agam malas, ingin sekali Vira mengulek mulut Agam yang tidak berhenti mengoceh sedari tadi. Apalagi saat Agam terus saja menyalahkannya atas bolosnya Aziz.

"Bacot lo!" desis Vira kesal.

"Iih, kasar banget, sih, jadi cewek," balas Agam.

"Mirror please," ucap Vira disertai wajah ketusnya.

"Sudah, sudah. Kalian udah kayak Tom and Jerry, tiap ketemu pasti berantem," ucap Aziz melerai.

Vira menutup rapat mulutnya setelah Aziz mengeluarkan suara. Bukannya melanjutkan mengerjakan tugas, Vira malah melamun.

"Vira," panggil Aziz.

Vira terkejut lalu menatap Aziz yang duduk di sebelahnya.

"Kamu udah selesai belum? Aku mau ngumpulin."

"Bentar lagi," balas Vira sambil mengecek catatannya. "Punya lo mana? Gue lihat." Tanpa menunggu persetujuan Aziz, Vira langsung merebut buku catatan Aziz kemudian menyalin jawabannya di buku catatannya.

Agam dan Bagas dibuat menganga dengan apa yang Vira lakukan, gadis ini beran-benar tidak tahu malu, pikir mereka.

Aziz tidak keberatan sedikit pun karena Vira melihat catatannya, lebih tepatnya Vira mencontek hasil berpikirnya.

♧♧♧

Vira dan Aziz berjalan menuju ruang guru, hanya ada mereka berdua karena sebelumnya Agam dan Bagas memutuskan untuk pulang duluan.

Vira berjalan dengan tatapan lurus ke depan. Sekolah kini sudah sangat sepi, mungkin hanya tersisa beberapa orang yang mengikuti kegiatan diluar jam pelajaran.

"Oh iya, kamu nunggu jemputan?" Suara Aziz berhasil memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Kenapa emang?"

Aziz bergumam pelan. "Ngga, maksud aku, kalau kamu pulang nunggu jemputan supir, takutnya keburu gelap, aku ngga tega lihatnya, apalagi ini udah sore, bentar lagi maghrib."

Helaan napas keluar dari mulut Vira. Aziz kembali dengan kebiasaannya yang suka berbicara tidak langsung pada intinya, Vira pun bingung apa inti dari ucapan Aziz barusan.

"Bentar, jadi intinya, lo mau gue pulang bareng lo, kan?" papar Vira berusaha menyingkat ucapan Aziz.

Aziz tersenyum dan mengangguk pelan. "Tapi kalau kamu ngga m-"

"Siapa yang bilang ngga mau?" potong Vira cepat.

"Kamu 'kan biasanya nolak tiap kali aku ajak pulang bareng."

"Terus, ngapain tadi lo bilang ngga tega liat gue nunggu jemputan sendirian?" tanya Vira sambil menampilkan senyum miringnya, berharap ucapannya tadi mampu menjadi bumerang untuk Aziz.

"Iya, Ra. Aku ngga tega tiap kali liat kamu duduk di depan halte buat nunggu jemputan, sendirian lagi. Waktu aku mau nyamperin, ternyata udah ada Ken yang nyamperin kamu duluan," jelas Aziz dengan senyum yang dipaksakan. "kirain sekarang juga sama. Siapa tau Ken udah nungguin kamu di depan."

Vira menghentikan langkahnya, membuat Aziz menoleh dan mengikuti gadis itu, dia melihat Vira yang menunduk.

Vira mengangkat sedikit wajahnya untuk menatap Aziz, Vira tahu jika senyum yang ditampilkan Aziz adalah senyum keterpaksaan. Tetapi mengapa begitu? Hati Vira sedikit sesak saat Aziz kembali mengingatkannya tentang Ken. Sudah jelas laki-laki itu tidak mempedulikannya lagi, mungkin memang sudah habis masanya untuk mereka berdua.

"Gue ngga bareng Ken, kita lagi ada masalah."

Aziz hampir lupa kejadian tadi pagi. Vira menangis dan penyebabnya adalah Ken, laki-laki itu membentak Vira di depan umum. Aziz ikut tersentak saat melihat kejadian itu, Aziz tidak pernah melihat Vira dibentak oleh orang lain selain keluarganya. "Yaudah, kita taruh buku ini dulu, terus pulang."

Vira hanya mengangguk, ia menjadi malas jika sudah membahas Ken.

VOTE AND VOMMENT!!!🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang