Selamat membaca,,,
Aziz menaruh tas punggungnya di atas meja lalu duduk sambil mengembuskan napas lelah, ia tidak menyangka jika dirinya menjadi idola di sekolah dalam waktu singkat. Kejadian di parkiran membuatnya banyak menguras tenaga.
"Woy, Ziz!" panggil Agam dan Aziz menoleh menatapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Lo kenapa?" tanya Agam.
"Dikejar banyak adik kelas waktu di parkiran," ucap Aziz sambil mengatur napasnya yang sedikit tersengal.
"Sekarang lo cerita sama kita kenapa lo bisa dikejar banyak cewek," pinta Bagas.
"Mereka tiba-tiba dateng, minta foto, ngasih makanan, minta tanda tangan dan banyak lagi."
"Selamat, Bro. Lo udah jadi most wanted boy di SMA Angkasa." Agam menepuk pundak Aziz beberapa kali.
Aziz terkekeh, ia mengeluarkan beberapa cokelat batangan yang ia dapat dari para penggemarnya, ia memberikannya kepada Agam dan Bagas., karena ia tidak terlalu suka cokelat.
♧♧♧
Kegiatan belajar mengajar berjalan lancar, sampai pelajaran terakhir, yaitu pelajaran Prakarya.
Bu Astri yang merupakan guru mata pelajaran, sekaligus wali kelas XI IPA 2 memasuki kelas dan memberikan materi pelajaran.
"Sekarang kerjakan tugas kelompok halaman enam puluh dua, satu kelompok anggotanya empat orang. Ibu akan pilih acak, dan jangan ada yang mengeluh apa lagi protes!" jelas Bu Astri.
Sebagian murid mengeluh karena mendapatkan tugas, sedangkan sebagian lainnya sangat senang mendapat tugas, yang senang tentunya hanya orang-orang tertentu.
Bu Astri mulai menyebutkan nama anggota per kelompok.
"Kelompok tiga. Azizky, Zavira, Agam dan Bagas."
Mata Vira terbelalak karena terkejut. Bagaimana bisa ia terpisah dari ketiga sahabatnya. Tidak, Vira harus disatukan dengan teman-temannya. Gadis dengan rambut berwarna merah gelap itu mengangkat tangan kanannya, belum sempat ia menyampaikan keluhan, Bu Astri sudah mendahuluinya.
"Tadi saya bilang apa? Jangan ada yang mengeluh dan apalagi protes. Pemilihan nama secara acak!" peringat Bu Astri.
Terpaksa Vira menurunkan kembali tangannya dengan wajah di tekuk. Satu kelompok dengan Bagas dan Agam, tidak masalah baginya, tetapi dengan Aziz? Rasanya ia tidak sanggup.
Agam dan Bagas bersorak senang karena mereka satu kelompok.
Aziz lebih senang karena satu kelompok dengan Vira. Hanya saja, Aziz menyembunyikan rasa senangnya"Sekarang ketua kelas pimpin teman-temannya untuk berdo'a," ucap Bu Astri.
Agam berdiri dari duduknya, membuat beberapa pasang mata menatap ke arahnya, Agam bukan lah ketua kelas, lalu apa yang dilakukan laki-laki itu?
"Bu, saya mau ngusulin Aziz buat jadi ketua kelas yang baru. Gimana teman-teman pada setuju?" tanya Agam dengan suara lantang.
Semua murid berkata setuju dan bersorak terkecuali Vira. Ia hanya diam dengan ekspresi wajah bosan.
"Bagimana, Ziz? Apa kamu mau menjadi ketua kelas?" tanya Bu Astri.
Aziz terlihat bimbang sampai akhirnya ia mengangguk setuju. "Saya bersedia, Bu. Mohon bantuannya semua."
Semua murid kembali bersorak dan bertepuk tangan, menurut mereka Aziz adalah orang yang tepat untuk jadi ketua kelas.
Bagas ikut senang, sebelumnya Bagas lah yang menjadi ketua kelas, tetapi ia menyerah dengan tanggung jawabnya, karena ia merasa tidak sanggup. Namun, sekarang Bagas menjadi lebih tenang karena ada Aziz yang bisa menggantikan posisinya.
"Baiklah, semuanya setuju. Sekarang pimpin teman-teman kamu untuk berdo'a."
Aku ngga setuju. Batin Vira dengan perasaan kesal.
Semua murid berhamburan keluar kelas, hanya tersisa Aziz, Agam dan Bagas di kelas.
"Jadi, di mana kita kerja kelompoknya?" tanya Bagas.
"Di rumah gue aja, gimana?" usul Agam.
"Setuju, lagian rumah Agam ngga jauh dari sekolah," ujar Bagas.
Aziz mengangguk setuju. "Eh, Vira mana?" tanyanya sambil menoleh kesana-kemari, tetapi tidak menemukan keberadaan gadis itu.
Agam dan Bagas mengedikkan bahunya tidak tahu.
Buru-buru Aziz mencari keberadaan Vira, ia yakin Vira masih berada di sekitar sekolah. Aziz berlari menuju parkiran, ia tidak menemukan keberadaan gadis itu, saat berbalik ia menemukannya. Vira berjalan bersama ketiga temannya, hendak memasuki mobil Rere.
Aziz segera mencegah Vira sebelum gadis itu pergi. "Vira!" panggilnya, Aziz berhasil mencegat Vira, ia berdiri di samping gadis itu sambil mengatur napasnya.
"Apa?"
"Kita ngerjain tugas prakarya dulu, di rumah Agam," ucap Aziz.
"Yaudah Ra, kita duluan ya. Ziz kita duluan," ucap Diva mewakili teman-temannya, kemudian pergi meninggalkan Vira dan Aziz di parkiran sekolah yang sudah sepi.
"Gue mau pulang," ucap Vira sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Tapi Ra, kita ngerjain tugas dulu. Nanti aku anterin kamu pulang," bujuk Aziz.
"Ngga mau! Maksa banget sih, lo siapa gue?!" balas Vira tidak terima.
Aku orang yang dijodohin sama kamu, Zavira. Tentu saja Aziz menjawabnya dalam hati, tidak mungkin ia terang-terangan mengatakan itu.
"Kalau kamu ngga mau, aku bakal laporin ke Bu Astri," ancam Aziz.
Vira berdecak kesal. "Dasar tukang ngadu! Yaudah, gue ikut. Tapi gue ngga ikut ngerjain."
Aziz menghmbuskan napas pelan dan mengangguk. "Iya, asal kamu ikut ke rumah Agam," ucapnya pasrah.
VOTE AND COMMENT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIRA
Fiksi Remaja(SUDAH END) [CERITA HANYA ADA DI WATTPAD, BUKAN DI PLATFORM LAIN] #1 in Goodboy #1 in Imam #1 Selalusabar #13 Highschool #6 fakefriends #1 setia Ketika GOOD BOY dijodohkan dengan BAD GIRL Ketika takdir kembali mempermainkan nasib kedua insan yang me...