04. Menjalani Hukuman

17.4K 710 9
                                    

Selamat membaca,,,

Esok paginya, Vira bangun seperti biasa, jam menunjukkan pukul enam tepat, ia bangkit dan melihat penampilannya di cermin rias.

Benar-benar buruk bagi seorang Zavira Adzania, ia berjalan menuju kamar mandi, beberapa menit berlalu, ia sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Vira kembali memperhatikan penampilannya di cermin, mata bengkaknya belum hilang.

Vira mengambil kaca mata hitam lalu memakainya agar tidak terlihat keadaan matanya.

Gadis itu keluar dari kamarnya dengan tidak bersemangat, ia menuju meja makan untuk sarapan, sudah ada kedua orangtuanya di meja makan. Vira duduk tanpa kalimat sapaan, ia mengambil dua roti dan mengolesinya dengan selai cokelat kemudian memakannya cepat.

"Kamu kenapa pakai kaca mata hitam?" tanya Beni membuka percakapan.

Vira tidak menjawab, ia menurunkan kata matanya dan memperlihatkan matanya yang bengkak dan sedikit memerah.

Setelahnya Vira bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja, tanpa menyapa dan pamit kepada kedua orangtuanya.

Beni ingin memberinya teguran, tetapi Tika mencegahnya. Ia tahu jika anak gadisnya itu semalaman menangis.

♧♧♧

Sampai di sekolah, Vira berjalan seorang diri menuju kelasnya, tiba-tiba ada seseorang yang berjalan di sampingnya.

Vira menoleh ke samping kanannya dan mendapati Aziz tengah tersenyum ke arahnya. Namun, Vira menatap cowok itu tanpa minat dan tetap menegakkan pandangannya ke depan.

"Assalamualaikum, Ra!" salam Aziz sambil tersenyum ramah untuk Vira.

Di balik kaca mata hitamnya, Vira memutar bola matanya malas. "Sok kenal, lo!" decaknya.

Aziz tersenyum tipis, sampai tidak terlihat jika ia tengah tersenyum. Dalam hatinya, Aziz benar-benar tidak percaya melihat sifat dan sikap sahabat kecilnya yang berubah seratus delapan puluh derajat.

"Kita'kan sekelas, Ra, udah pasti aku kenal sama kamu," balas Aziz. Masih dengan tutur katanya yang sopan.

Vira melongo mendengar kalimat Aziz. Aku-kamu? Batin Vira dengan rasa jijik.

"Apaan sih, jauh-jauh dari gue!" bentak Vira kemudian berjalan mendahului Aziz.

Aziz hanya diam dan menerima semua kalimat pedas dari Vira. Ia membalasnya dengan senyuman.

Sampai di kelas, Aziz kembali memperhatikan Vira. Gadis itu seperti tidak semangat, bahkan saat berlangsungnya pelajaran pun Vira malah tidur, kepalanya tertutupi dengan buku Biolongi yang tebalnya beribu halaman.

Tidak ada yang mengetahui bahkan guru Biologi pun asik dengan celotehannya, tanpa mengetahui jika salah satu muridnya ada yang tertidur pulas.

Bel istirahat berbunyi, semua murid bergegas keluar kelas untuk mengisi perut mereka.

Kelas mendadak senyap, yang tersisa hanya Vira dan Aziz. Vira masih dengan posisinya, sebelumnya ketiga sahabatnya itu mengajaknya ke kantin, tetapi Vira menolak dengan alasan malas berjalan.

"Vira, aku bawa bekal, kamu mau?" tanya Aziz yang masih duduk di bangkunya.

"Ngga laper."

"Kamu harus makan, ngga papa makan sedikit, biar ngga sakit."

Vira mengubah posisinya menjadi duduk tegak dan menatap Aziz kesal, sebenarnya siapa laki-laki ini? Mengapa ia selalu ada dan mengganggu hidupnya. "Gue bilang ngga ya ngga! Maksa banget sih jadi orang, dasar cupu!" hardik Vira yang sudah tidak bisa bersabar.

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang