14. Kehujanan Bareng

10.5K 530 6
                                    

Selamat membaca,,,

Satu jam sudah Vira dan Aziz berada di ruko kosong untuk berteduh dari hujan. Vira dengan tidak sadarnya tidur bersandar di pundak Aziz, Aziz sendiri tidur bersandar di kepala Vira.

Aziz membuka matanya perlahan, sadar dengan posisinya. Ia melihat wajah tenang Vira, mata gadis itu tertutup rapat.
Aziz tersenyum kecil, ia lebih suka Vira yang diam, tetapi ia juga merindukan Vira yang cerewet, meski perkataannya pedas dan kasar didengar.

Hujan sudah tidak sederas sebelumnya, Aziz menepuk pipi Vira pelan.

Perlahan mata gadis itu terbuka, ia mengangkat kepalanya, mungkin terlalu nyaman bersandar di pundak Aziz.

"Hujannya udah ngga sederas tadi. Mau pulang sekarang?" tawar Aziz.

"Kita langsung pulang aja," ujar Vira dengan suara bergetar karena menggigil.

Aziz mengangguk kemudian menuju motornya diikuti Vira.

Vira sudah duduk di jok belakang motor Aziz, ia mencoba untuk tetap terjaga, tetapi rasanya sangat berat untuk membuka matanya.

"Vira, jangan tidur!" peringat Aziz dari balik helm fullface-nya.

Vira hanya bergumam tidak jelas kemudian menjatuhkan kepalanya di punggung Aziz. Aziz sudah bisa merasakan jika gadis di belakangnya ini kehilangan kesadarannya, ia meraih kedua tangan Vira kemudian melingkarkannya di perutnya.

Aziz menyetir dengan satu tangan, karena tangan lainnya untuk menahan tangan Vira yang melingkar di perutnya.

Begitu sampai di rumah Vira, Aziz dengan hati-hati menurunkan gadis itu dan menggendongnya ala brydal memasuki rumah Vira.

Tika syok melihat Vira yang digendong oleh Aziz, ditambah wajah putrinya itu sangat pucat.

"Vira kenapa, Ziz?"

"Tadi kita kehujanan, Tante."

"Ya udah, tolong bawa ke kamarnya ya. Tante mau siapin teh hangat buat kamu," ucap Tika.

Aziz mengangguk kemudian berjalan menuju kamar Vira yang berada di lantai dua.

Aziz menurunkan Vira di tempat tidur dengan hati-hati, Vira sama sekali tidak terbangun, wajahnya masih terlihat pucat.

Aziz memperhatikan wajah Vira, ia sangat khawatir. Ia melirik nakas samping tempat tidur, terdapat figura foto warna biru dengan stiker bergambar Stitch, dari situ Aziz bisa menyimpulkan kesukaan Vira, gadis itu masih menyukai Stitch, pikirnya.

Aziz meraih figura itu, dilihatnya foto sepasang anak kecil. Tunggu dulu, sepertinya tidak asing.

"Ini ... foto aku sama Vira dulu. Dia masih nyimpen foto ini?" gumam Aziz pelan, ia tersenyum senang. Vira tidak melupakannya, ia hanya tidak mengingatnya.

Aziz kemudian bangkit dan meninggalkan Vira yang tertidur. Ia keluar dengan wajah senang, membuat Tika bingung melihat anak muda itu. Apa yang membuatnya terlihat begitu bahagia.

"Aziz mau ke mana?" tanya Tika begitu Aziz hampir membuka pintu utama.

Aziz menoleh ke belakang dan tersenyum, ia menyalami punggung tangan Tika.

"Aku langsung pulang aja, Tante."

♧♧♧

Aziz samlai di rumahnya, dengan wajah berseri ia maasuk dan mengucapkan salam, "Assalamualaikum, Yah, Bun."

"Waalaikumusalam, kamu dari mana aja?" tanya Halimah khawatir karena anak semata wayangnya baru pulang, dan hari sudah sore.

"Tadi aku kehujanan bareng Vira, terus sekalian main ke rumah tante Tika," jelas Aziz.

Halimah dan Hadi menampilkan senyum jahilnya.

"Mentang-mentang udah deket, jadi ngga mau pulang," ucap Hadi dengan jahil.

"Tadi kebetulan aja Vira ngga pulang bareng pacarnya, jadi aku ajak pulang bareng, taunya kehujanan," kekeh Aziz.

"Vira punya pacar?" tanya Hadi dengan eskpresi serius.

Aziz mengangguk sambil tersenyum.

Hadi balas tersenyum.

"Ya sudah, sekarang kamu mandi, ganti baju, terus makan. Nanti sakit," ucap Halimah.

Aziz mengangguk kemudian berlalu memasuki kamarnya yang ada di lantai dua.

Aziz duduk di tepian kasur king size nya ia masih tidak percaya jika Vira masih menyimpan foto kecil mereka dulu.

♧♧♧

Vira masih terbaring di ranjangnya, perlahan mata gadis itu terbuka, keringat bermunculan di wajah pucatnya.

Vira sangat sulit menggerakkan tubuhnya, rasanya sakit dan kepalanya seperti berputar.

Terdengar suara pintu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang tersenyum ke arahnya.

Tika memasuki kamar anaknya sambil membawa sebuah nampan berisi bubur, air putih dan obat.

"Udah bangun, sayang?" Tika duduk di sisi ranjang, ia menempelkan punggung tangannya di kening Vira. "Masih panas," gumamnya pelan.

"Mom, aku sakit? Badan aku kayak terpisah dari tempatnya," ucap Vira dengan suara lemah.

Tika terkekeh pelan.

"Iya sayang, kemarin kamu kehujanan bareng Aziz, terus Aziz juga yang gendong kamu sampai ke kamar," ucap Tika.

Vira terlihat berpikir, dan dia baru mengingatnya. Tetapi tunggu dulu, Aziz menggendongnya sampai ke kamar? Vira tidak percaya.

"Kamu makan dulu ya, terus minum obat."

Vira menurut, ia bersusah payah merubah posisinya menjadi duduk. Vira menatap nakas samping tempat tidurnya, tatapannya jatuh pada figura foto berukuran sedang berwarna biru dengan stiker stitch.
Vira meraihnya, menatap foto itu dengan tatapan sendu.

Tika memperhatikan wajah putrinya dan tersenyum hangat. "Kamu kenapa? Kok sedih gitu?"

"Kira-kira, Aji masih inget sama Vira, ngga ya? Padahal Vira selalu inget sama Aji."

Tika tersenyum, ternyata anaknya belum mengetahui jika teman kecilnya itu sudah kembali bersamanya, bahkan bertemu setiap hari dengannya di kelas.

Dulu Vira memanggil Aziz dengan sebutan Aji, ia sama sekali tidak mengetahui nama panjang Aji sahabat kecilnya itu, sampai sekarang. Vira berpikir mungkin sahabat kecilnya sudah melupakannya dan pergi jauh darinya.

"Mommy yakin kalau Aji ngga bakal lupa sama kamu, mungkin belum waktunya kalian ketemu."

"Iya, Mom."

Vote and comment😊

Aku sedang berusaha merivisi niih😁

AZIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang