tujuh

1.8K 305 19
                                    

Hampir seminggu ini Naura tidak memiliki teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir seminggu ini Naura tidak memiliki teman. Rasanya hampa sekali. Sejenak merasa kesal dengan kepribadiannya yang berbeda seperti Hinaya—mudah mencari teman, di mana saja dan kapan saja. Atau mungkin aura mereka yang jelas berbanding terbalik.

Entahlah.

Naura sedikit tersentak saat ponsel miliknya yang digeletakkan di meja, bergetar begitu saja. Ia segera mengambil benda tersebut dengan perasaan yang tidak semangat.

Hinaya
aduh maaf lagi nau
gabisa
kuis dadakan bener-bener menghalangi kita:(
read

Naura menghela napas kasar. Hinaya sibuk. Atau mungkin sok sibuk. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Mencari teman? Serius, itu adalah hal tersulit baginya. Maksudnya, teman yang membuatnya sedekat ini dengan Hinaya. Itu sulit dan Naura tidak bisa melakukannya lagi. Entah kenapa.

Ia lalu memilih untuk melanjutkan tugasnya yang tertunda, sekalian belajar untuk ujian besok. Sejenak melupakan semuanya. Terutama perasaan konyolnya yang mendadak ia utarakan dengan buru-buru terhadap Mark sekitar tiga bulan yang lalu. Benar sekali. Tiga bulan yang lalu. Sedih, sih, menyadari kalau Mark memang tidak ada reaksi apa-apa —setelah mengungkapkan perasaan itu—lagipula ini memang tidak wajar. Agak gila dan memalukan.

Naura sadar. Jadi jangan mengatainya lagi. Ia sudah merasa lelah dengan kedua telinganya yang mendengar ledekan Hinaya secara habis-habisan. Tertawa terbahak-bahak dan menguyel kepalanya sambil berkata gemas saat itu, "Aduh, Naura. Sesukanya gue sama seseorang, gue nggak sanggup bilang begitu cepet-cepet.  Wajar, sih, kalo Mark masih bersikap biasa aja. Mungkin karena kaget dan aneh liat lo."

"Heh!" Naura melototkan matanya marah sementara Hinaya hanya mendapati tatapan lucu dari temannya itu sambil membalas dengan nada malu, "Gue, gue ... nggak sengaja. Sebelum berucap begitu, gue inget kenangan buruk tentang Nina yang makin gencar deketin Mark." Ia mencebikkan bibir kesal saat mengingatnya. "Terus gue agak iri. Dia ngedeketinnya selalu ada alasan yang pasti. Nggak ngebuat Mark risih karena alasan praktek dan tugas lainnya. Sedangkan gue apa, Hin? Apa??!"

Hinaya melipat bibirnya yang ingin meledakkan tawa. "Lo kebalikannya?"

"Betul!"

"Yaudah." sahut Hinaya dengan tenang. "Ayo, nyerah! Gue udah nggak suka lagi sama Mark. Karena gue pikir itu cuma sebates kagum aja—"

"Jangan curhat, Hin." Naura mendesis kesal dan Hinaya menyengir lebar. "Gue beda! Gue suka sama Mark! Suka. Tau, nggak? Suka! Dia itu temen sekelas gue, temen sebangku, dan partner terfavorit!"

"Oh,"

Ah, jadi kesal.

"Hai, kak."

Naura menghentikan lamunanya, lantas melunturkan ekspresi masamnya saat mendongak. Berdehem merasa sedikit malu melihat seorang pemuda yang memanggilnya, mendadak kembali berpaling saat tahu siapa orangnya.

ᴍ ᴀ ʀ ᴋ ᴇ ᴜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang