lima belas

1.8K 258 32
                                    

Rasa gugup adalah hal yang paling utama dalam suasana ramai yang jelas tidak memengaruhi apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa gugup adalah hal yang paling utama dalam suasana ramai yang jelas tidak memengaruhi apapun. Duduk tegap dengan punggung yang mulai pegal, berkali-kali menenggak saliva bulat-bulat, lalu diam-diam menggerakkan kedua kakinya. Tetapi semua hal yang dilakukannya tak membuat ketenangannya meningkat.

Agaknya semua hal yang dilakukan Naura malah membuat alis Mark berkerut-kerut dengan herannya. Tetapi tetap terdiam menatap seseorang di sampingnya, seolah-olah sedang mengapresiasi patung di sampingnya.

Terlihat dari sudut matanya, kepala Naura mendadak panas ketika Mark memerhatikannya dalam kebungkaman. Gadis itu lantas menoleh, mengangkat alisnya bertanya ke arah Mark yang terlihat sekilas melipat bibir di hadapannya. Matanya sontak menyipit, ikut memperhatikan Mark dalam diamnya. Dan, astaga. Mereka hanya bisa saling menatap. Tanpa berkata-kata. Tanpa pergerakan. Seolah mereka di dalam dimensi yang berbeda, bisa merenggut waktu sepuas mereka.

"Kenapa?"

Lah?

Dalam hitungan nanodetik kebungkaman mereka, lantas memiringkan sedikit kepala. Suara mereka akhirnya meluncur mulus dengan waktu dan intonasi yang sama.

Sekian detik kemudian, mereka berdua terkejut dan hanya bisa memalingkan wajah masing-masing. Naura yang terkekeh. Mark mendadak terbatuk-batuk. Aneh sekali.

Masih tertawa, Naura memaksakan mulutnya untuk mengeluarkan suara, "Mark, kenapa?"

"Lo yang kenapa."

"Eh? Gue, kenapa?" Naura sedikit menoleh saat Mark sudah tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit tenggorokan.

Mark menoleh. "Gugup. Tadi duduknya terlalu formal. Nggak jelas."

Naura mendelik, ikut menoleh seperti Mark menoleh ke arahnya. "Apanya yang nggak jelas? Ini wajar, Mark. Ketemu orang yang lebih tua, apalagi mau ketemu Mama lo, hehe."

Mark tidak menjawab. Dan Naura hanya bisa kembali terkekeh karena sudah biasa sering dikacangin. Mengobrol tidak jelas seperti sekarang, membuatnya menjadi lebih rileks. Bahunya lantas mengendur, tangan yang semula dilipat berpindah haluan memangku dagunya. Tatapannya menerawang ke depan dengan senyum yang amat lebar.

"Mark,"

"Apa?"

Naura menoleh, menatap Mark dengan ragu. Ada suatu hal yang ingin ditanyakannya. Perasaan Mark saat ini sedikit buruk. Dan itu memenuhi isi kepalanya hingga rasanya pening sekali. Tapi saat ingin membuka mulutnya, Naura mendadak menciut dan mengurungkannya, malah berkata dengan lancarnya, "Mama lo itu ... orangnya kayak lo sendiri, ya?"

Aduh.

Mark itu tidak suka basa-basi. Apalagi kalau mengenai hal pribadi lelaki itu sendiri. Naura merutuki dirinya yang selalu mengatakan hal-hal yang sangat tidak disukai Mark. Alih-alih meraih Mark, Naura pikir dia semakin membuat Mark ingin membangun jarak antara bumi dan matahari saja dengannya.

ᴍ ᴀ ʀ ᴋ ᴇ ᴜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang