tiga puluh satu

543 99 18
                                    

Satu kejadian yang ia ingat, di mana ia menginjakkan kaki di rumah dengan keadaan basah kuyup di malam hari akibat membeli aspirin dan bubur abalone untuk Ayah, kesialan menimpa dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu kejadian yang ia ingat, di mana ia menginjakkan kaki di rumah dengan keadaan basah kuyup di malam hari akibat membeli aspirin dan bubur abalone untuk Ayah, kesialan menimpa dirinya. Ia jatuh sakit, demam dan flu menganggunya yang sedang ujian akhir semester.

Saat itu sang Ayah mengomelinya, karena ia memaksakan diri untuk membeli obat untuk Ayahnya. Dan berakhir dirinya yang ikut sakit-sakitan. Tetapi di samping mengomelinya yang beberapa kali bersin saat ingin sarapan, ang Ayah hanya menghela napas dan menyuapinya dengan perlahan. Mengantarnya ke sekolah (biasanya Naura selalu pergi sekolah menggunakan bus karena Ayahnya takut terlambat bekerja), memberinya semangat dengan wajah ketus, dan menjemputnya pulang.

Ah, jadi mendadak merindukan rumah lama beserta isinya. Tapi sayangnya, Naura masih harus mengikuti studi penelitian selama satu pekan. Dan satu pekan itu, ia harus menahan dirinya untuk tidak pulang ke rumah. Tidak terlalu sedih, sejujurnya. Selai berjanji untuk menjadi mahasiswi rajin seperti Mark yang entah berjalan lancar atau tidak, ada alasan lain kalau dirinya antusias mengikuti studi penelitian saat liburan nanti—karena Mark ada di sisinya. Hehe.

"A-choo!" Naura kembali bersin. Untuk yang ketiga kalinya, dan sukses membuat lamunannya membuyar hilang.

Gadis itu awalnya sudah mendga kalau ia akan mendapatkan flu setelah pulang dalam keadaan tubuh yang basah semalam—mendapati Hinaya yang mendadak khawatir sementara Seohyeon yang merasa perutnya tergilitik dan tak sanggup menahan tawa ketika menatap wajah kusut Naura yang membuka pintu secara kasar. Rambutnya lepek, tubuhnya lengket. Tidak nyaman sekali. Tapi tidak apa-apa. Yang penting bisa kencan sama Mark. Apapun itu, bersama Mark pasti berdampak baik baginya. Mark memang ditakdirkan untuknya. Begitu jiwa bucin Naura keluar secara berlebihan.

Kalimat sebelumnya yang terlintas mendadak membuatnya bertanya-tanya. Apa Mark baik-baik saja? Apa Mark suka dengan kencan pertama mereka? Atau malah mengecap hari kencan sebagai hari sial baginya?

"Serius, lo ikut studi penelitian saat liburan nanti?" tanya Seohyeon setelah melongokkan kepala dari selimut yang sedari tadi membuatnya nyaman. Nyaman sekali karena semua tugas beserta laporannya telah selesai. Karena yang dia tahu, Naura pernah mengikuti program tidak wajib tersebut dan ini adalah yang kedua kalinya. Yang pertama itu karena ingin mencari pengalaman selain menjadi murid pasif. Tetapi setelah mendengar penjelasan dari Dosen dan mengingat Naura sedikit payah dan tidak banyak membantu, gadis itu memilih untuk tidak ikut campur dan pulang ke rumah saja dengan nyaman.

Yang ditanya hanya mengangguk semangat. Tidak sanggup berkata-kata sebab lidahnya terasa pahit setelah menenggak dua butir obat flu milik Hinaya. Sempat curiga kalau temannya itu diam-diam tersenyum setan karena memberinya obat yang sudah kadaluwarsa, tetapi sepertinya dia masih baik-baik saja.

Naura mencebikkan bibirnya sebal saat Seohyeon menatapnya dengan rasa tidak puas. Berdeham guna mengecek apakah suaranya masih ada, lantas berujar meyakinkan dan terlihat berwibwa padahal kenyataannya sama sekali tidak begitu, "Gue, mau jadi orang yang teratur."

ᴍ ᴀ ʀ ᴋ ᴇ ᴜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang