sepuluh

1.8K 293 18
                                    

Sambil memakan suapan terakhir es krim yang di belinya dari vending machine ice cream di depan perpustakan tadi, Naura berjalan dengan tergesa-gesa sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil memakan suapan terakhir es krim yang di belinya dari vending machine ice cream di depan perpustakan tadi, Naura berjalan dengan tergesa-gesa sekali.

Berulang kali ia berusaha untuk tidak mengumpat kasar karena itu tidaklah baik. Mendapat hari sial memang sudah biasa, tetapi untuk kali ini Naura ingin menangis saja. Ada banyak sekali kendala yang harus dia lewati, mulai dari ban sepeda miliknya yang jarang dipakai tiba-tiba meletus di jalan, lalu harus menempuh perjalanan menuju ke bengkel selama sepuluh menit, kemudian menunggu di sana dengan perasaan yang diliputi cemas kala melihat waktu yang sudah lewat tiga puluh menit perjanjian.

Kesel banget.

Dari kejauhan sekitar dua puluh meter, perasaan cemas dalam dirinya meleleh begitu saja. Naura perlahan mengembangkan senyumnya, mulai mengabaikan waktu yang sudah berjalan satu setengah jam dari perjanjian, ia melangkah lebar dan cepat ke arah Mark yang sudah sibuk sama buku sambil dengar lagu menggunakan headphone saja (mungkin).

Tetapi tepukan di bahunya yang cukup keras membuat Naura terlonjak kaget dan menoleh dengan cepat.

Naura membulatkan matanya semakin kaget melihat Lucas yang di sampingnya lantas merangkulnya dengan kuat. Itu nyaris membuat kepalanya tenggelam kalau saja Naura tidak menegapkan badannya.

"Lucas?" Naura masih tidak percaya dengan kehadiran Lucas yang tersenyum konyol ke arahnya.

Jangan bilang kalau

"Pas banget gue habis liat-liat buku." Nggak nanya padahal. Tetapi Lucas hanya tersenyum sambil mengacak-acak rambut Naura dengan gemas.

"Eh, eh, eh? Lepas, Cas!"

"Nggak mau. Kangen ngerangkul lo, nih."

Naura mengernyitkan alisnya, padahal mereka baru kenal dan semakin dekat karena Lucas yang ngegas terus. Lalu ia baru ingat saat terakhir kali Lucas membantunya yang hampir tersandung dan terjatuh saat ingin menghampiri Mark di area kampus, sedang duduk di kursi taman dengan Lucas yang juga ingin menghampiri pemuda itu. Itu bahkan membuatnya mengurungkan niat untuk memanggil dan mengajak Mark untuk menunggu di kantin, berakhir tersenyum meringis sambil meninggalkan Mark yang agak bengong dengan wajah datar sementara Lucas tertawa geli setelah menolong Naura yang hampir terjungkal. Kemudian jadi kesenengan ngeremukin badannya dengan alasan enak ngerangkul orang pendek. Nyebelin banget emang.

Mendengar balasan Lucas, Naura langsung ingin muntah angin saja, tidak peduli apa respons Lucas nanti ia malah berujar, "Gue malah seneng lo diskors, Cas. Berantem lagi aja sana sama siapa itu Jenon atau Jeno apalah itu."

"Kalo khawatir ngomong aja."

"H—hah?" Naura terkekeh patah-patah. Dan Lucas hanya terus terkikik senang. Ini orang baru kenal juga.

Naura tentu saja merasa sumpek. Badan Lucas itu gede, loh. Apalagi kebiasaan Lucas yang suka sekali mengacak-acak rambutnya hingga berantakan seperti habis kesamber petir.

ᴍ ᴀ ʀ ᴋ ᴇ ᴜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang