satu

11.4K 591 15
                                    

Naura mengetuk-ngetuk meja dengan kelima jari kanannya secara perlahan namun merasa kehilangan kesabarannya saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naura mengetuk-ngetuk meja dengan kelima jari kanannya secara perlahan namun merasa kehilangan kesabarannya saja. Dua cangkir americano yang dilihatnya masih penuh pun mulai tidak terlihat lagi asap mengepul di atasnya.

Tiga puluh menit adalah waktu yang sangat lama untuknya berdiam diri di kafe tanpa melakukan apapun. Namun pikirannya mengenai tujuannya datang ke sini lagi-lagi membuat bibirnya kembali menarik senyum simpul yang teramat kecil. Nyaris tak terlihat.

Naura menghela napas gusar, ingin menyerah dengan menyampirkan kembali tas punggungnya kalau saja lonceng berbunyi yang segera menarik atensinya.

Finally. Naura tersenyum lebar, pupil matanya membesar karena merasa bersemangat sambil sedikit berteriak, "Mark! Di sini!"

Pemuda yang sebelumnya ingin mencari sendiri keberadaan orang yang selama ini membuatnya merasa jengkel, lantas menoleh ke sumber suara yang membuatnya membuang napas pelas, menatap Naura dengan raut muka yang kentara masamnya. Berjalan dengan langkah lunglai dan malas ke arahnya.

"Gue lama nunggu, loh."

Tanpa membalas, Mark duduk dengan tergesa-gesa karena ingin cepat pergi dari hadapan gadis di depannya ini. "Apaan?" tanyanya dengan suara ketus.

Naura menaikkan alis. "Hmm? Bantuin ngerjain tugas, lah. Kita 'kan partner-an, Mark."

"Harus ketemuan di sini?"

Naura menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil mengangguk pelan. Yang dibalas hanya dengan helaan napas dari Mark.

Naura kemudian membuka tasnya dan segera mengeluarkan dua buku tebal dan laptop miliknya. Gadis itu tidak main-main dengan ucapannya. Ia memanggil Mark memang karena hal yang penting. Tetapi, teredam sebuah keinginan yang mendalam untuk menikmati waktu berdua dengan lelaki yang saat ini berhasil membuatnya terus menerus tersenyum dalam diam.

Lelaki yang kadang merespons gangguannya dengan tenang, dingin, juga tak jarang bersikap ketus padanya, temannya yang sebaliknya, Mark malah tidak pernah mengganggap demikian, telah membuat Naura jatuh hati kepadanya.

"Lo udah selesai buatnya?"

Naura menggangguk semangat. Merasa bangga karena menjadi partner yang mungkin membuat Mark ingin selalu membuat tugas kelompok bersamanya.

Tetapi senyumnya luntur seketika, berganti mengedip polos ke arah Mark yang mengela napas kasar dan menatapnya datar.

"Kenapa?" tanya Naura dengan ragu.

ᴍ ᴀ ʀ ᴋ ᴇ ᴜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang