dua puluh tujuh

1.2K 155 43
                                    

Kegiatannya hari ini bertambah karena Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegiatannya hari ini bertambah karena Mark. Tetapi setelah mengetahui akhir dari kalimat keluhan yang baru saja berdengung dalam otaknya, Naura rela-rela saja. Duh, demi Mark, Naura bisa tidak tidur hanya untuk menatapnya sepanjang hari, deh. Tapi, uh, astaga. Ini sangat berlebihan.

Setelah kembali berjalan masuk dalam gedung fakultasnya, rasa kantuk tak dapat lagi ditunda apalagi dingin yang masih membekas karena cukup lama duduk di area kampus saat musim salju. Secara reflek Naura menutup mulutnya yang menguap lebar sementara mengeratkan tangan kirinya yang menggenggam erat jari kelingking milik Mark. Iya, hanya satu jari saja.

"Mau dianter pulang ke asrama?"

Ketika satu suara mendadak menguar dan kembali memantul pada dinding pintu lift yang baru saja tertutup, sepasang mata coklat milik Mark agak melebar menatapnya yang masih setengah menguap. Tidak ada masalah dengan kata-kata tersebut, sebenarnya. Tetapi saat menyadari kalau Mark pertama kali menawarkan bantuan untuk mengantarnya ke asrama dengan selamat, Naura jadi agak terkejut mendengarnya (sebenarnya bukan pertama kali, tetapi karena Mark jarang sekali mengantarnya pulang apalagi dengan sikap dinginnya dulu, itu menjadi suatu kemustahilan dan Naura sudah lupa dengan itu semua).

"Di-dianter?" Naura terperangah. "Naik apa?" tanyanya lagi dengan gugup sekaligus heran. Mengingat ia sama sekali tidak melihat Mark berkendara dengan sepedanya sejak pagi tadi.

Seolah menunggu jawaban, Mark mengangkat alis dan menggedikkan bahunya singkat. "Naik bus. Atau bisa aja minjem sepeda Lucas. Kebetulan dia juga lagi ada di perpustakaan."

Sedikit paham kalau mendengar kata 'Lucas yang bisa berada di mana-mana' apalagi mengetahui fakta lama kalau pemuda itu salah satu yang paling dekat dengan Mark. Jadi dia sudah mengetahui kalau mendengar dan melihat Lucas yang tiba-tiba berada di ruangan yang bukan sepantasnya untuk dirinya, bisa saja pemuda menjengkelkan itu sedang tidak ada kerjaan atau meminta Mark untuk menolong tugasnya dengan wajah seperti anak anjing yang sedang memelas. Tidak, bukan itu.

Ada satu perasaan yang sejak tadi tersembunyi dan ingin segera keluar dengan gilanya saat ini. Mengantarnya pulang itu tidak masalah. Mark memang pemuda baik walau sikap dinginnya yang bisa saja membuat Naura menangis di pojokan ruang yang hampa. Atau mungkin itu berlebihan. Tetapi sepertinya, dalam pikirannya, pikirannya saja maksudnya, Mark seperti sudah mulai memperlihatkan perhatiannya kepadanya. Mungkin ini lagi-lagi berlebihan. Tapi baginya, begitulah adanya.

Mungkin terderngar seperti harapan baru dalam memulai sebuah hubungan barunya ini. Tapi, hei, sebaik dan seburuk apapun setiap personaliti manusia, mereka masih layak untuk berharap, bukan?

"Pulang, ya?"

Naura langsung mengangkat alis terkejut setelah nyaman melamunkan hal tidak penting. Mendengar kata pulang tentu saja sangat menggoda. Semuanya seperti lebih terasa saat ia membayangkan kasur kesayangan beserta penghangat ruangan yang dihidupkan Seohyeon. Apalagi saat bersantai sambil memakan beberapa camilan yang telah dibelinya kemarin untuk berjaga-jaga. Duh, benar-benar mengusik batinnya.

ᴍ ᴀ ʀ ᴋ ᴇ ᴜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang