dua puluh delapan

798 127 36
                                    

"Kita makan tteokbokki instan!" Seohyeon berteriak keras di jalanan yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita makan tteokbokki instan!" Seohyeon berteriak keras di jalanan yang sepi.

Hari semakin larut. Namun tidak membuat gadis itu merasakan takut sedikit pun. Apalagi kedua teman di sampingnya yang sibuk menempelkan badan mereka masing-masing karena cuaca yang semakin dingin. Melihat itu, Seohyeon menoleh dengan wajah malas, menyilangkan kedua lengannya dan menyenggol kuat bahu Naura yang berada di samping kanannya. "Jadi, lo bener-bener udah pacaran sama Mark?"

Naura merespon cepat dengan senyum konyolnya. "Nggak tahu juga."

"Apaan, sih, Nau?" Hinaya memotong kesal. "Lo itu udah pacaran! Tau? Pa. Ca. Ran."

"Apa buktinya? Gue masih nggak yakin, Hin." Naura menghela napas karena belum merasa puas dengan pengakuan Mark yang baginya masih biasa-biasa saja. Maksudnya, masih sama seperti dulu. Aneh sekali. Seohyeon dan Hinaya lantas mengernyitkan alis heran. "Gue kira bakal mendadak spesial kayak kembang api! Tau, 'kan? Nakutin, tapi indah banget akhirnya."

Di waktu itu juga suasana mendadak membingungkan. Naura membuat Hinaya dan Seohyeon terdiam tidak mengerti. Kala gadis itu masih tersenyum lebar dengan wajah yang penuh harapan, kedua temannya lantas merasa semakin aneh dan memasang wajah ingin muntah serta berkata secara serempak, "Nggak jelas."

"Ah, pokoknya, ya, Nau," Hinaya mengeratkan rangkulannya, berusaha mengirim sinyal semangat kepada Naura dan kembali melanjutkan, "Lo harus yakin! Gue juga yakin banget kalo kalian udah pacaran. Atau mau diselidiki? Boleh! Mulai kapan? Sekarang? Besok? Perlu pakek perlengkapan kayak Sherlock Holmes?"

"Heh," Seohyeon memperingati.

"Boleh!" Tetapi Naura lantas mengangguk dengan riang.

Perlakuan itu membuat Hinaya dan Seohyeon menggoyang-goyangkan kepala Naura dengan perasaan kesal yang sudah tidak tertolong lagi.

"Udahlah, Nau," ujar Hinaya kembali. "Sepengetahuan gue, lo itu cewek ceroboh yang selalu milih keputusan tanpa berpikir lama terlebih dahulu. Bukan kayak detektif yang selalu gue tonton—penasaran banget orangnya—lo bukan gitu. Kenapa sekarang lo bertindak di luar dugaan gue?"

Naura mengangguk-angguk setuju. Kalau dipikir-pikir lagi, kenapa harus diselidiki kayak di film Sherlock Holmes? Emangnya perasaan Mark itu bagai kasus rumit yang susah dipecahin oleh orang biasa kayak dia? Tetapi lebih anehnya, Naura malah menjawab pertanyaan Hinaya yang semakin aneh, "Itu karena pengakuan Mark terlihat kayak dia itu pura-pura karena ada misi yang harus disele—"

"Bego. Diem nggak?!" Perkataannya terpotong sebab Seohyeon memelototinya sambil membekap mulut gadis itu yang tidak bisa diam. Tentu saja Naura merasa takut. Tapi pemikiran tidak masuk akal ini bukan salah dia. Ini karena Hinaya yang memulainya. Begitu pikirnya.

Entah mengapa, Hinaya juga ikut takut melihatnya. Tetapi alih-alih menolong Naura yang sudah mengirimkannya sebuah sinyal merah, ia malah bertepuk tangan dan berjalan lebih cepat mendahului Seohyeon dan Naura. "Oke!" Dan memilih untuk mengakhiri percakapan ribut di jalanan yang semakin senggang saat ini. Menolehkan kepala ke depan dan mendapati toserba Hankyul sudah di depan mata, ia akhirnya kembali melanjutkan, "Harus dirayain ini!"

ᴍ ᴀ ʀ ᴋ ᴇ ᴜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang