23.Secret

725 87 1
                                    

"kapan kau pulih,hm?kau membuatku khawatir saja"tangan itu terangkat, mengusap lengan kaku sang adik

"harusnya saat itu kau tidak datang, Jeongin..kau harusnya beristirahat"
lengkungan hitam di bawah matanya terlihat jelas, bibir serta wajahnya pun memucat

Chan benar-benar kacau sekarang,semalam ia sama sekali tidak tidur,tidak makan juga
tubuhnya terasa lemah sekarang, bahkan sesekali ia menguap karena rasa kantuknya
"Chan!kau seperti mayat saja!"

Chan menoleh, Jeno memutar bola matanya malas lalu menyodorkan kotak berbahan plastik pada Chan
"kata Woojin makan,bukannya tidak sopan karena kau lebih diatas ku tapi kau benar-benar tidak waras ya? berapa malam yang kau lewatkan tanpa tidur?berapa kali kau melewatkan jadwal makan mu,hah?"

Jeno duduk di sofa lalu melipat kedua tangannya, menatap Chan yang menatapnya balik
"aku tadi menyentuh tanganmu saja kau tidak merasakannya, kau tau? tanganmu dingin sekali! pantas jika kau disebut mayat hidup"

Chan berdecak sebal dengan perkataan Jeno lalu menatap kotak yang ia pegang
entah mengapa ia menerimanya begitu saja
"makan atau aku laporkan pada Woojin agar ia memukuli mu?"

Chan membuka tutup kotak itu,
"kimchi.."
tanpa basa-basi Chan menggunakan sumpit yang sudah disediakan itu, menyuapkan kimchi ke mulutnya

"sudah ku duga kau kelaparan,kau ingin mati, hah?"
Chan tak menjawab,lelaki itu kembali memakan makanannya dengan lahap
"kau tau sesuatu tentang Jisung? baru-baru ini"

Chan menggeleng,ia sudah selesai makan dan kini tengah minum
"memangnya ada apa?"

"tak ada..hanya bertanya"Jeno menyunggingkan senyumnya agar Chan tak curiga

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

lelaki Lee itu melangkah gontai menuju taman yang ada di panti itu
matanya berkaca-kaca setelah kejadian dimana Woojin memaksanya untuk menjelaskan semuanya
"kenapa jadi begini!"ujarnya mengacak rambutnya kasar

"gagal sudah rencananya!"nafasnya memburu, emosi mengambil alih dirinya
"sialan!"Felix menendang batu yang ada di dekatnya itu keras
bahkan batu itu terlempar dan mengenai salah satu lampu taman yang kebetulan posisinya ada dibawah
"dasar bodoh!"makinya pada diri sendiri

Felix memukul dinding panti itu kuat yang menyebabkan tangannya mengeluarkan darah
beberapa kali ia terus memukuli dinding itu hingga terdapat noda darah yang cukup jelas disana
tubuhnya merosot, terduduk di atas bebatuan kecil
mengusap wajah nya kasar lalu menatap tangannya yang sudah mengeluarkan banyak darah
"aku gagal Jisung..gagal jadi sahabat yang bisa nolongin kamu.."

bulir bening itu mengalir bebas, turun membasahi pipinya
tangannya yang terasa perih ia abaikan,Felix lebih memilih membenturkan kepalanya berkali-kali ke dinding
"Felix Felix.. kepalamu bisa berdarah jika seperti itu!"ujar bu Kyung-soo panik dan segera menahan kepala Felix yang hendak dibenturkan kembali

"ada apa?!kenapa kau seperti ini?!"

"maaf bu.. sayurannya tidak ku beli"ujarnya sembari memberikan tatapan kosong
"jelaskan pada ibu,nak.."

"aku...rencana ku gagal,bu.."

"rencana apa?"
Felix menggeleng, pertahanan nya roboh seketika
"aku ingin..Jisung bebas,bu.."

"jangan katakan pada ibu jika rencana kamu itu membebaskan Jisung?"Felix mengangguk lemah
"astaga,nak...ibu kan bilang padamu, ibu minta kamu menjaga Jisung,tapi bukan dengan cara seperti ini juga.."

•|||Young God|||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang