Mungkin saja benar, aku salah karena telah menghantung harap pada orang lain.
*
**
"Namjoon sudah sadar dan ia mencari mu-"seokjin masih tetap menatap brankar sang anak yang dari balik kaca kecil.Aku kesal dengan namjoon. Mama dan ayah tidak pernah menganggapku
Suara hoseok seakan menjadi boomerang di kepala seokjin.
"Namjoon, kali ini kau harus mengalah pada kakak" batin seokjin dalam hati
"Seokjin-ah"
Seokjin mengalihkan pandangan lantas menatap ayah mertuanya jengah.
"Ayah aku mohon,aku masih ingin menunggu hoseok. Setidaknya hingga ia keluar ruangan. Lagipula disana ada ibu-" tuan min agak kecewa saat seokjin mengatakan itu dan beranjak duduk kembali.
"Maafkan putra ku tuan, ia hanya sedang panik. Biar aku yang ke kamar namjoon sekarang-" tuan jung beranjak menuju ruang rawat sang cucu bungsu nya.
Seokjin menatap brankar sang putra yang sudah dibawa keluar dan segera mengikuti langkah para perawat untuk membawa putra nya ke ruang rawat.
Ia tidak tega mengingat bagaimana penjelasan dokter, bahwa hobi menari hoseok harus dihindari bahkan ditinggalkan jika ingin pemulihan ini berjalan sempurna. Ia tidak tahu apakah hoseok akan mampu melepas impiannya untuk menjadi dancer profesional seperti yang telah ia impikan sejak dulu.
Dilain sisi, tuan min juga mengikuti langkah seokjin mengiring brankar hoseok menuju ruang rawat yang telah ditempati namjoon lebih awal. Ia tahu betapa khawatirnya seokjin pada hoseok, tapi seharusnya seokjin bisa menempatkan diri menjadi ayah dari dua anak. Mereka memerlukan perlakuan yang sama adil.
"A..yah-"namjoon terus memanggil nama sang ayah meski kedua neneknya sudah terus membujuknya.
"Aku..hh..aku mau ayyahh..-"nyonya min mengusap air mata yang terus keluar dari sudut mata sang cucu.
Perhatian mereka tersita kala pintu ruang rawat kembali terbuka dan menampilkan lelaki paruh baya dengan pakaian jas yang cukup berantakan.
"Seokjin mana yeobo?-"nyonya jung mendekati suaminya lantas menghela nafas saat suaminya menggeleng pelan.
"Dia masih begitu panik,jadi ia masih menunggu hoseok disana-" nyonya min semakin mengeratkan pelukan pada cucu nya yang makin terisak,
"Sa..kit ayah-" keluh namjoon sambil meremat sisi pakaian milik sang nenek
Ia akui jika namjoon agak egois namun dalam keadaan seperti ini namjoon juga berhak mendapat perhatian seokjin. Tuan jung mendekat kearah sang cucu dan nyonya min segera melepas pelukannya.
"Jagoan kakek sudah bangun hm?-" namjoon mengangguk kan kepala dan kembali memejamkan mata.
"tunggu sebentar,kakak sedang operasi dan ayah menemani disana, joonie mau menunggu?" namjoon mengangguk pasrah lantas mendusalkan kepalanya ke arah sang kakek.
Tuan jung membawa cucunya untuk duduk dan mempererat pelukannya. Diusapnya punggung sang cucu yang memang berpostur kurus itu, nafas putus-putus juga begitu terasa oleh tuan jung.
"Sa..kit-"tuan jung terus menepuk lembut cucu nya kala namjoon meremat punggungnya erat
"Yang mana? Katakan pada kakek. Panggilkan dokter ya?-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Fiksi PenggemarUntuk Hobari dan Namu, tumbuhlah menjadi putra ayah yang selalu memberi kebahagiaan untuk keluarga Jung serta keluarga Min~