Terimakasih untuk belasan tahun terindah yang telah kita lalui bersama, hoseokie-Jung Namjoon-
Yoongi dan seokjin duduk berjauhan diruang tunggu. Mereka masih menunggu namjoon berjuang di ruang icu. Setidaknya mereka berharap namjoon mau membuka mata lagi. Sesekali seokjin mengedarkan pandangan di lorong rumah sakit. Sekarang sudah masuk pukul satu dini hari, dan esok hari namjoon akan menjalani operasi untuk mengatasi cedera kepalanya. Seokjin memejamkan mata mengingat pesan dokter, namjoon harus berhasil membuka mata agar peluang keberhasilan operasi nya semakin besar. Seokjin takut, seokjin takut putra kecilnya masih tidak mau bangun esok hari. Meskipun dokter mengatakan kesempatan namjoon juga cukup besar untuk sembuh, namun resiko lain juga menghantui, lumpuh atau bahkan yang terburuk adalah kematian. Seokjin tak sanggup, ia tak sanggup kemungkinan yang membahayakan putranya. Digenggamnya kalung miliknya, sejak kecil seokjin selalu tenang jika menggenggam benda kesayangannya itu. Pandangannya teralihkan kala ponselnya bergetar, dengan segera ia lekas mengangkat panggilan dari adik ipar nya itu.
"Iya ji eun-ah, ada apa?"
"......"
"Iya dia ada di dekatku sekarang,Apa terjadi sesuatu dengan jungkook? Mengapa jungkook menangis keras seperti itu"
"......"
"A--ah benarkah, akan aku minta yoongi pulang sekarang, mm ya ji eun-ah, tidak apa-apa sungguh, anakku akan bangun sebentar lagi, tenang saja tidak usah meminta siapapun kemari--aku akan menjaga namjoon malam ini"
" ....."
"Ya"
Seokjin mengakhiri panggilannya dan beralih menatap yoongi yang terpejam sambil bersandar pada dinding. Sedikit ragu pada awalnya, namun mengingat keponakan yang sedang sakit seokjin lekas beranjak mendekati yoongi. Ia sempat menepuk bahu yoongi dan menemukan adik iparnya yang mulai terbangun.
"Yoon pulanglah-" yoongi mengalihkan pandangannya dan menatap seokjin sengit.
"Kenapa kau memintaku pulang? Apa yang akan kau lakukan lagi pada namjoon hah?!"
"Yoon--tolong dengar dulu-"
"Tidak!" jawab yoongi tajam, yoongi hanya takut kakaknya menyakiti namjoon lagi.
"Jungkook demam tinggi yoon, ji eun baru saja mengabariku" yoongi menegakkan tubuhnya, sempat mengecek ponselnya dan menghela nafas kasar.
Seokjin lekas duduk di samping yoongi dan berusaha berbicara dengan tenang.
"Aku tahu aku dan mirae bersalah besar, tapi tolong percaya padaku yoon. Demi Tuhan, aku tidak akan melukai putraku lagi--kau bisa membunuhku jika aku melukai namjoon lagi" jelas seokjin lugas, yoongi menimbang sesaat lekas bangkit.
Yoongi berjalan menuju kaca pembatas ruang icu, memerhatikan keponakan nya yang masih tertidur lelap disana. Yoongi sedikit mengusap kaca, seakan menyentuh namjoon dengan lembut.
"Paman pulang dulu ya, jungkookie sedang sakit sekarang. Cepat bangun kak, kookie pasti senang. Jaga diri ya, paman akan segera kembali jika demam kookie sudah turun" yoongi sedikit memerhatikan elektrokardiograf yang sedikit bergerak naik.
"Kau mendengar paman kan kak? Paman tahu. Lekas bangun ya, paman pergi dulu" yoongi sedikit tersenyum dibalik kaca sambil memerhatikan keponakannya sekali lagi.
Seokjin menyerahkan kunci kendaraannya pada yoongi, mengingat jika mobil yoongi digunakan oleh ibu dan ayah nya untuk pulang ke penginapan.
"Jangan naik taksi, gunakan mobilku saja" yoongi mengangguk dan mengambil kunci mobil milik seokjin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
FanfictionUntuk Hobari dan Namu, tumbuhlah menjadi putra ayah yang selalu memberi kebahagiaan untuk keluarga Jung serta keluarga Min~