24

2.5K 271 59
                                    

Seokjin sudah berdiri di depan rumah nya di daegu. Ia meniti setiap sudut ruangan yang ada di rumah ini, jika keputusannya disetujui mirae, mungkin ia tak akan sesering ini melihat sudut rumahnya. Dia tersenyum kala mengingat namjoon dan hoseok kecil berlari di petak kebun strawberry milik sang kakek. Seokjin lekas duduk di taman milik mertuanya itu dan mengingat namjoon yang sering main sepatu roda disini atau hoseok yang sering sekali bermain skuter di sini. Kenangan itu tanpa sadar membuatnya menitikan air mata, ia takut keputusannya salah.

"Yeobo" mirae menatap sang suami dengan terheran.

Seokjin menyeka sedikit air matanya dan tersenyum hangat di hadapan mirae.

"Duduklah sayang, aku ingin membicarakan sesuatu padamu"

"Kau tahu sayang, aku sangat menyayangimu lebih dari apapun" mirae berkerut samar, terheran dengan pembicaraan seokjin.

Seokjin sendiri masih mengusap punggung tangan mirae yang dingin, ia tak tahu apakah ia masih bisa memegang tangan lembut ini kedepannya.

"Aku menyayangi anak-anak dengan porsi yang sama. Meski kemarin aku lalai akan tanggung jawabku pada namjoon, tetapi sungguh rasa sayangku padanya juga sama besar dengan hoseok" mirae tahu mungkin seokjin hanya sedang penat dengan segala bebannya, terlebih keadaan namjoon juga masih mengkhawatirkan.

"Aku juga menyayangimu dan anak-anak lebih dari apapun yeobo-- sebentar aku akan menyiapkan bento untuk anak-anak, kita akan ke rumah sakit setelah ini" belum sempat seokjin mencegah, mirae sudah beranjak kembali masuk ke dalam rumah.

Seokjin menggenggam jemarinya, ia takut jika keputusannya salah.  Sekali lagi ia berpikir, bagaimana tanggapan mirae mendengar semua ini. Ia lekas mengambil ponselnya dan mengadakan janji dengan paman kim.

Ibu min yang baru kembali dari kebun belakang  menyempatkan diri untuk menyapa sang menantu nya yang ia tahu baru saja kembali dari seoul.

"Mengapa tidak masuk, seokjin-ah?" seokjin terkesiap mendengar sapaan sang ibu.

"Tidak bu, aku hendak ke rumah sakit setelah ini, aku menunggu mirae keluar" ibu min tersenyum sambil mengusap bahu sang menantu dan menepuknua perlahan.

"Baiklah, kau harus melapangkan hatimu untuk namjoon seokjin-ah" seokjin mengangguk mendengar nasihat sang ibu, dalam hati memohon maaf untuk keputusan yang akan ia ambil nanti.

Mirae datang dengan beberapa bawaan untuk kedua putranya, menyapa sang ibu sesaat dan lekas mengajak seokjin untuk ke rumah sakit

"Titipkan salamku untuk namjoon. Sore nanti aku akan berganti menjaga nya" mirae menganguk dan segera memasuki mobil.

"Aku pergi dulu bu-" nyonya min mengangguk lekas kembali ke halaman belakang.

***

Yoongi membolak balik majalah otomotif yang ia pegang saat ini. Dilihatnya mobil-mobil terbaru itu, ia ingin membelikan satu untuk jungkookie, mengingat terakhir kali ia ke sekolah jungkook,jungkook mengeluh karena teman-teman nya tidak bisa ikut pulang bersamanya.

"Sudah kak-" namjoon menolak untuk melanjutkan makannya, hoseok dan yoongi hanya mendesah maklum.

Yoongi bergegas meninggalkan kedua nya kala mendapatkan sebuah panggilan dari kantor.

"....."

Yoongi sempat menengok kedua keponakannya itu dan lekas kembali berbicara dengan rekannya.

"Ya aku kesana,  biarkan tuan shin melihat-lihat proses produksi-"

"...."

"Ya"

Yoongi melihat bagaimana hoseok menaikkan namjoon ke atas tempat tidur, merapikan posisi sang adik hingga nyaman, juga membuat sedikit lelucon hingga lesung pipit namjoon terlihat. Yoongi tersenyum, yah walaupun namjoon harus mengalami semua ini setidaknya ada hikmah dari segala musibah. Namjoon yang melihat pamannya melamun lekas melempar yoongi dengan bantal boneka bawaan jungkook.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang