"Kakkh" suara lirih itu mengejutkan semua orang.
Hoseok yang bereaksi sejak awal, mengusap pipi namjoon yang masih betah terpejam dengan bibir tergumam. Sedang mirae dan seokjin lekas saling memeluk, tak menyangka bahwa Tuhan cepat sekali membalas do'a mereka.
"Namjoonie, kakak disini. Bangunlah.." dengan lirih hoseok terus membisikkan kalimat di telinga namjoon.
Namun hingga hampir lima menit, namjoon bahkan tak berhasil membuka mata dan hanya bibir yang terus bergumam. Dokter yang baru saja datang karena tombol emergency yang di tekan seokjin lekas mendekat untuk memeriksa keadaan pasiennya.
"Kalian bisa tunggu diluar" seokjin membawa hoseok yang masih dalam kondisi demam keluar ruangan.
Kedatangan mereka disambut haru oleh seluruh anggota keluarga, hoseok bahkan langsung merengkuh sang bibi yang ada di dekatnya.
"Adikku kembali bi, adikku memaafkanku" ji eun mengusap puncak kepala hoseok dan tersenyum hangat.
"Kau benar, adik memaafkan-" ucapan ji eun terpotong kala dokter keluar dan menghampiri keluarga mereka.
"Adakah yang bernama yoongi disini?" yoongi yang sejak tadi terdiam lekas menegakkan posisi nya.
"Aku--aku yoongi, pamannya"
Seokjin, mirae dan hoseok menatap yoongi dengan perasaan berantakan. Mengapa namjoon tidak mencari salah satu dari mereka, mengapa tidak seperti itu. Mengapa harus yoongi yang ia cari saat ia kembali membuka mata. Mengapa tidak mereka, mengapa tidak mereka yang diberi kesempatan pertama untuk menatap mata bungsu keluarga mereka. Hoseok bereaksi, meradang mendengar permintaan dokter.
"Kenapa bukan aku?? Kenapa bukan aku yang dia cari??" hoseok bertanya menggebu di hadapan dokter.
Dokter sendiri mengerti akan kondisi sang pasien, namjoon hanya ingin merasakan ketenangan tanpa tekanan apapun. Dokter bisa menilai karakter keras keluarga jung hanya dari sikap yang ditunjukkan hoseok, dan itu tidak akan menjadi hal yang baik untuk namjoon yang baru saja pulih dari koma.
"Namjoon mencari anda tuan, silahkan anda masuk ke dalam" hoseok hampir saja memaksa masuk dengan yoongi jika tidak ditahan oleh seokjin.
"Apa yang ayah lakukan!! Aku ingin bertemu adikku!!" seokjin menahan rontaan sang anak dan membawa nya ke dalam pelukan.
"Menangislah sayang, jangan ditahan. Jangan meluapkan emosi pada namjoon lagi, ayah mohon. Sudah cukup, sudah cukup kita melukainya terlalu dalam" hoseok tergugu dipelukan seokjin, dan mirae menangkup wajah di hadapan ji eun.
"Apa namjoon kecewa pada kami? Apa namjoon benar-benar tak memberi kami kesempatan??" ji eun lekas memeluk sang kakak ipar dengan erat, sesekali mengusap punggung sang kakak yang bergetar.
"Aku rindu namjoonie ayah, aku rindu, rindu sekali. Aku tahu aku bersalah, aku ingin meminta maaf" seokjin mengusap punggung sang putra yang terisak lirih, dengan tubuh yang semakin menghangat.
Baru saja seokjin hendak menangkup wajah sang putra, hoseok sudah hampir terhuyun dipelukannya. Seokjin tak serta merta panik, ia lekas membawa putra nya ke atas kursi roda dan dokter yang melihat itu lantas ikut bereaksi.
"Letakkan di kamar rawat saja tuan jung, dia terlalu kelelahan sepertinya" ujar sang dokter setelah memeriksa tubuh hoseok sesaat.
Yoongi memasuki ruangan dan tersenyum hangat menatap mata kecil keponakannya. Saat tangan namjoon terangkat lemah, yoongi lekas menggenggam tangan itu.
"Terimakasih sudah berjuang namjoon-ah, kau hebat" namjoon mengangguk lemah dan menggumam kata tanpa suara.
"Kakkhak" yoongi mengusak anak rambut namjoon yang sedikit menjuntai berantakan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
FanfictionUntuk Hobari dan Namu, tumbuhlah menjadi putra ayah yang selalu memberi kebahagiaan untuk keluarga Jung serta keluarga Min~