ANGKASA 07

2K 76 0
                                    

Jangan lupa tambahin cerita ini ke library ataupun reading list kalian ya!
____

SUDAH REVISI

Angkasa mengumpat pelan ketika sepeda motor di depannya menerobos melalui celah kecil yang terhimpit diantara kendaraan lainnya. Hampir saja membuat Ferrari kesayangannya tergores. Untungnya hal itu tidak terjadi. Angkasa mengucap istighfar berkali-kali guna meredam amarahnya yang ingin keluar.

Entah lah, Angkasa selalu merasa kesulitan untuk mengendalikan amarahnya. Tak jarang teman-temannya menjadi korban pelampiasannya sampai babak belur. Bahkan terakhir kali Bumi sampai di rawat di rumah sakit.

Angkasa selalu menggebu. Amarahnya selalu meledak sekuat apapun cowok itu berusaha menahannya. Tak heran jika sosok dirinya banyak disegani oleh warga kampus. Bahkan sejak dia SMA entah sudah berapa orang yang dia buat sekarat. Jika saja Papinya bukan pemilik yayasan tempat dia menempuh pendidikan, mungkin sudah sejak dulu Angkasa putus sekolah.

Cowok itu sendiri juga tidak memahami akan dirinya. Dia juga menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang sama tentang dirinya. Mengapa setiap kali amarahnya terpancing, dia seperti dirasuki iblis yang kejam dan tak berperasaan? Apa yang menyebabkan dirinya seperti itu?

Angkasa membuang nafas kasar memilih menyudahi lamunannnya. Karena kini cowok itu sudah sampai di pelataran kampus.

Angkasa melangkah masuk kedalam setelah sebelumnya memarkirkan mobilnya di basement khusus VVIP. Kaki panjangnya melangkah pelan berniat mencari teman-temannya. Tetapi baru saja jarinya berusaha mendial nama Mars di layar hp, ke-tiga makhluk berisik itu muncul tepat di hadapannya.

Angkasa tersenyum lepas melihat itu kemudian mereka ber-tos ria. Kegiatan yang sudah menjadi kebiasaaan mereka sejak SMA.

"Asik bro, akhirnya hari ini formasi kita lengkap lagi." Ucap Bumi dengan girang.

"Iya nih, lo ngapa Ang nggak ngampus sampe dua hari? Ada masalah lagi sama bokap?" Tanya Langit ingin tahu.

Kini ke-empat cogan itu berjalan beriringan memasuki lorong panjang yang akan membawa mereka ke gedung FISIPOL. Ya, mereka semua mengambil jurusan yang sama dan di kampus yang sama pula.

Padahal dulu Bumi dan Mars memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan di boston, kemudian Angkasa dan Langit yang tidak tahu mau lanjut kemana juga sudah memutuskan untuk ikut. Tapi karena kedua orang tua Angkasa yang tiba-tiba saja menentang keras keputusan Angkasa untuk kuliah di LN jadilah yang lain juga merubah keputusan mereka kemudian mengikuti jejak Angkasa melanjutkan pendidikan di Indonesia saja.

Parahnya lagi mereka juga memilih univerisitas serta jurusan yang persis sama dengan yang diambil Angkasa. Angkasa saja dibuat geleng-geleng oleh kelakuan sahabat-sahabatnya yang diluar logika. Meskipun pada akhirnya mereka semua akan diwariskan perusahaan keluarga, tapi kan setidaknya mereka bisa memilih jurusan kuliah yang mereka sukai dan sesuai dengan passion mereka bukannya malah ikut-ikut dia. Ada-ada saja memang.

"Lo katanya mau ikut nge-OSPEK maba ya, Ang?" Tanya Mars.

"Nggak lah, liat-liat aja kita." Jawab Angkasa santai membuat yang lain tertawa.

"Demen nih gue kalau gini. Kali aja ada yang bening kan! Iya nggak, Ang?" Tanya Bumi sembari menarik turunkan kedua alisnya.

Puk!

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang