Bab IX. The Fire Is Calling

607 81 151
                                    

Berita api yang berkobar itu terdengar hingga kepala sekolah. Profesor Jenny mengecek keluar dengan Profesor Jeem. Mereka terdiam tidak percaya. Api Abadi Phoenix bukanlah api yang mencolok. Alih-alih menunjukkan dirinya, mereka lebih senang diam-diam.

"Kenapa tiba-tiba api itu menunjukkan dirinya?" tanya Profesor Jenny.

"Ada sesuatu, yang berbeda." Profesor Jeem menggumam.

Kai sendiri yang tadinya tidak peduli sampai keluar. Ia, Arie, dan Tony terkejut sekaligus terkesima dengan besarnya Api Abadi Phoenix.

"Inikah api yang kau maksud itu, Kai?" tanya Arie.

Kai tidak mampu menjawab, hanya mengangguk. "Ya."

"Besar sekali!" Tony menceletuk. "Api itu yang mampu memikat Leona?"

Leona! Kai teringat pada gadis itu lalu pergi. "Sialan!"

"Kai, ada apa?" tanya Arie sambil mengekor di belakang Kai.

Tony pun mengikuti. Namun, ia merasa seseorang memanggil namanya, dan membuatnya menoleh. "Eh?"

"Tony!" Nam Byul berlari terengah-engah lalu berhenti di depan Tony. "Apa... hah... yang... terjadi?"

"Api Abadi Phoenix membara di sana. Dari mana saja kau? Apa kabar?" tanya Tony.

Nam Byul tersenyum. "Untuk... hah... ukuran anak terlambat... aku sudah bolos lama, ya?"

Tony mengangguk. "Begitulah. Bagaimana keadaan perusahaanmu?"

"Tidak begitu baik. Ingat bartender yang kubawa? Ternyata saat ia ditahan untuk diselidiki, ia bunuh diri dengan racun sianida," kata Nam Byul serius.

"Hmm, berarti dia memang pelakunya," sahut Tony menyimpulkan.

"Benar, tapi sayangnya, ada yang memerintahkan dirinya. Siapapun itu, kedudukannya di atas kita," ujar Nam Byul sambil menunjukkan beberapa foto di ponselnya. "Ini, ada beberapa dokumen yang dibakar di apartemennya sebelum ia tertangkap."

Tony mendekat lalu melihat dokumen yang terbakar tersebut. Tidak banyak yang bisa dijelaskan, tapi sudah jelas jika bartender itu pelakunya.

"Lalu, bagaimana sekarang?" tanya Tony.

"Kami masih menyelidiki, tapi sekarang, aku harus bersekolah," jawab Nam Byul.

Tony tersenyum. "Anak baik."

Nam Byul mengernyit. "Apa?"

"Kita pergi, Tony. Kecuali kau ingin di sini," ucap seseorang dari belakang Tony, yakni Kai.

Nam Byul menatap Kai yang tampak tergesa. Ia tidak perlu mencari tahu kenapa, karena alasannya sudah jelas.

"Kau tahu api itu tidak akan berbuat hal nekat, 'kan?" tanya Nam Byul dengan agak lantang sampai Kai yang tadinya berjalan menjauh kini berhenti. "Kau harus tahu apa yang kau lakukan."

Kai melirik Nam Byul tajam. "Apa yang kau tahu soal api itu?"

Nam Byul melipat kedua tangannya depan dada. "Api itu tidak main-main. Ia memperlihatkan diri karena ia ingin diperhatikan."

"Perhatikan?" Arie mengulang.

"Ya, dia mencari perhatian, dari orang yang sudah diincar oleh api itu agar menjadi tuannya. Menurutmu, bagaimana?" Nam Byul menyimpulkan.

Tony tersentak, lalu menatap Kai yang menunduk dengan tatapan tajam. Ia tahu Kai sudah memahami Nam Byul. Jelas-jelas ada kemungkinan Leona sudah bertemu dengan api itu.

Sialan! Kai membatin.

"Permisi! Astaga, jangan di jalan kalian!" teriak seseorang yang mereka kenal tepat di belakang mereka.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang