Bab IV. The Decision

603 77 78
                                    

Untuk pertama kalinya, Kai merasa mempercayai ucapan Vinnie yang terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ucapan Vinnie yang mengatakan bahwa Seo Byul ada rapat dengan para petinggi lain membuatnya berpikir di mana Leona sekarang. Seharusnya Leona mendatangi mereka usai urusannya dengan Seo Byul karena pesan yang Amanda kirim. Namun, entah kenapa Leona belum menampakkan batang hidungnya.

Kai memberanikan diri untuk menghubungi Leona namun tiba-tiba, ponselnya tidak aktif. Padahal jaringan di sini sangat bagus untuk ukuran 'Negeri Dongeng'. Ia tahu ponsel Leona tidak mati karena baterai. Salah satu kemungkinannya adalah Leona sengaja menonaktifkan ponselnya. Entah untuk apa ia tidak tahu. Namun, itu membuatnya menjadi semakin penasaran.

Rapatnya ada di istana, ya? Apa aku temui Seo Byul saja di sana? pikir Kai sambil memandang istana.

"Kai, ayo cepat!" ajak Tony yang ternyata sudah jauh di depan bersama Amanda, Vinnie, dan Arie.

"Iya." Kai membalas sambil menatap Tony sekilas lalu kembali memandang istana. Ia pun memikirkan sesuatu saat itu sebelum berjalan mengejar teman-temannya.

Kai melihat Nam Byul yang kini berbicara serius dengan bartender tadi di pinggir hutan. Ia berhenti sejenak, lalu mengepalkan tangan.

"Ka-kalian duluan. Aku meninggalkan sesuatu di kafe," kata Kai sambil berbalik.

"Eh? Mau ditemani?" tawar Arie, tampak curiga.

Kai menatap datar teman-temannya beberapa saat lalu menggeleng. "Tidak." Ia pun berlalu.

Awalnya, ia berjalan ke arah kafe tadi untuk meyakinkan teman-temannya bahwa ia memang ke sana. Ia merasa bahwa teman-temannya mengawasi gerak-geriknya--entah kenapa--dan ia sadar. Itu kenapa ia kembali masuk ke kafe lalu memutar otak.

Ia pun melihat bagian dapur yang terbuka lalu menyelinap masuk, melewati para koki dengan gesit dan cepat, lalu membuka pintu belakang. Setelah itu, ia keluar dan menutup pintu lalu pergi tanpa meninggalkan jejak ke hutan. Ia pun berusaha mencari tempat di mana ia bisa meihat kafe seutuhnya lalu mendengus.

Sudah kuduga! Kai membatin begitu melihat teman-temannya menunggu di depan kafe. Entah kenapa teman-temannya securiga itu padanya, sampai tidak melepasnya sendirian seolah ia penjahat kelas kakap yang baru saja ditangkap.

Ia kembali menatap istana, terdiam, seolah memikirkan sesuatu dengan amat dalam.

***

Sementara itu, perdebatan dalam pengadilan juga memanas. Greta tampak dipermalukan oleh Leona sehingga wajahnya memerah menahan marah sedangkan Leona juga menatap Greta tajam.

"Saya di sini, mewakili seluruh teman Lachlers, untuk meminta maaf sebesar-besarnya pada Yang Mulia Raja, Pangeran, serta Putri, dan juga pada para dewan, para kepala sekolah, para pemimpin bangsa lain. Mohon, pertimbangkan pendapat saya soal hukuman yang perlu diberikan pada Profesor Aldivarius Georgiio karena beliau tidak sepenuhnya salah," ucap Leona sembari membungkukkan badannya.

Semua terhenyak dan terdiam dengan tindakan Leona, sampai kehabisan kata-kata. Adion sendiri juga bingung harus menanggapi Leona dengan apa. Ia juga sadar bahwa sebetulnya, bukan salah Profesor Al sepenuhnya. Namun, ia tidak bisa merisikokan para Lachlers bahkan dalam menjalani hukuman.

"Baiklah, kupertimbangkan pendapatmu kali ini. Untuk sekarang, kami--para anggota tinggi dewan--akan merapatkannya dengan para pemimpin bangsa dan kepala sekolah. Selain yang kusebutkan harap keluar, itu artinya para wakil dan guru-guru harap keluar," ujar Adion setelahnya.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang