Bab XXXV. A Piece of Trouble

300 50 99
                                    

Sementara itu, Henri memacu kudanya ke tempat yang ditandai Seo Byul di petanya. Kata Seo Byul, tempat itu adalah pondok rahasia yang menjadi tempat persembunyian Kai. Ia baru tahu jika Kai bersembunyi atas sesuatu dan ia harus membawa Kai sebelum kakaknya dibawa.

Saat dirasa hampir mencapai tempat itu, ia mendengar langkah kuda lain di belakangnya. Ia mendengus, tidak bisa membawa penjaga Greta pada Kai. Setidaknya, ia harus menghentikan penjaga itu sebelum mencapai Kai.

Dengan perlahan, ia menghunuskan pedangnya. Suasana masih gelap walau sudah menjelang fajar. Dengan berani, ia pun memacukan kudanya mendekati penjaga itu. Benar saja, penjaga itu sudah siap dengan pedangnya.

Pertarungan tidak terhindarkan. Henri berusaha sebisa mungkin untuk melawan. Penjaga itu cukup ganas, Henri agak kewalahan. Untung saja, berkat pelatihannya sedikit ia bisa mengimbanginya.

Penjaga itu menyudutkan Henri dengan mendorong kuda Henri dan Henri hampir jatuh. Tangannya masih berpegangan pada tali kekangnya dan itu membuat kudanya agak sedikit meringkik.

"Hah... sudahlah, Nak. Menyerah saja!" kata penjaga itu.

Henri menggeram. "Mana mungkin aku menyerah." Ia menjejakkan kakinya untuk mendapat tenaga agar bisa menaiki kembali kudanya.

Setelah seimbang kembali, ia mendorong pedang penjaga itu sekuat tenaga. Kembalilah mereka saling bertarung dengan cukup ketat. Bagi Henri, ini pertama kalinya ia melawan musuh yang cukup berat.

Penjaga itu melihat Henri agak sedikit kelelahan. Ia pun menyerang Henri dengan cepat hingga pedang Henri terlucuti. Henri pun hanya bisa menghindar dan turun dari kudanya. Ia cepat-cepat mengambil busur dan memanah orang itu dari bawah kudanya.

Panah pun tertancap di dada penjaga itu dan penjaga itu langsung jatuh. Henri menghela napas lega. Belum pernah ia bertarung seintens ini. Ia pun berdiri dan mengambil pedangnya lagi. Ia harus menemukan Kai secepat mungkin.

Wah, aku harus memutar tadi sampai titiknya jauh lagi. Tidak boleh buang-buang waktu! Henri pun kembali menaiki kudanya dan memacu kudanya dengan cepat.

Namun ia memutar cukup jauh. Perlu waktu untuk ke pondok yang sudah ia lihat sebelumnya. Sebisa mungkin ia memacu kudanya memecah keheningan dari hari yang dingin. Angin pun menjadi teman selama perjalanan setianya.

Saat ia memastikan lagi peta yang ia bawa, ia melihat pondok itu sudah tidak jauh. Pondok itu cukup tertutup oleh rimbunan tanaman akar dan nyaris tidak bisa dilihat dari sini. Walau begitu, Henri menemukan adanya tanda kehidupan di sana. Asap dari cerobong asap yang keluar membuatnya yakin itu pasti pondoknya.

Henri berhenti cukup jauh dari pondoknya. Ia takut Kai mungkin melarikan diri. Walau jendelanya tertutup, ia harus bersiap dalam setiap kondisi. Ia membelai kudanya sebelum mengendap mendekat ke pondok itu dari semak ke semak. Saat itulah pintu pondok terbuka dan keluarlah seorang lelaki yang mengenakan jubah hitam. Ia hendak mengenakan penutup wajahnya dan Henri bisa melihat wajahnya itu.

Hyung! Henri langsung menaiki kudanya dan memacu sambil memanggil nama Kai. Ia yakin kalau itu adalah Kai. Ia bisa melihat dua orang keluar setelah Kai. Ia harus menghentikan mereka.

"HYUNG! Hyung, berhenti!" Henri berteriak.

Beruntung Kai mendengarnya dan berbalik. Tampak wajah lelaki itu terkejut. Ia bisa melihat seseorang dari belakang Kai menarik Kai namun Kai tidak menghiraukannya, justru Kai mendekat pada Henri.

Henri pun tiba di hadapan Kai dan turun. "Hyung, kumohon! Jangan pergi!"

Kai tampaknya bingung harus berkata apa. "Ada apa, Henri? Bagaimana kau tahu aku di sini?"

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang