Bab XX. Investigation (I)

519 72 88
                                    

DUAK!

Suara pukulan Kai terdengar amat keras. Saat ini, ia sedang berlatih melawan Caroline. Untuk ukuran prajurit muda vampir, Caroline cukup tangguh. Kai sendiri dibuat sangat kewalahan.

"Kau harus bisa lebih cepat dari itu, Kai. Vampir di luar sana lebih gesit dan lebih kiat dibandingkan aku!" kata Caroline di sela pertarungan.

Kai maju, hendak memberikan tendangan mautnya, tapi Caroline lebih gesit sehingga ia bisa menghindarinya dengan mudah dan menjatuhkan Kai dengan tinjuan tepat di wajahnya.

"Argh!" Kai mengerang. Ia pun berusaha berdiri. "Ternyata, lawan vampir sepertimu sulit juga."

Caroline mendengus. "Yah, itu baru aku. Di luar sana, banyak vampir yang jauh lebih kuat. Kurt misalnya, yang kamu kejar saat itu."

"Kurt?" Aiko menaikkan satu alis.

"Ya, Kurt Gerendall. Kau ingat dia, 'kan? Vampir legendaris yang mampu membunuh dengan kekuatan vampir murninya," jelas Eno.

Aiko mengangguk pelan. "Ya, aku tahu."

BRUK!

Lagi-lagi, Kai ambruk dalam sekali serangan. Caroline tersenyum sementara Leona, Amanda, Vinnie, Tony, dan Kai meringis. Jika Kai saja tidak mampu melawan Caroline, apa nasib mereka?

"Sudah menyerah?" tanya Caroline. "Sekarang giliran siapa?"

Tidak ada yang mau maju. Akhirnya, Leona pun melangkah. "Aku dulu."

Caroline tersenyum. "Oke."

Keduanya pun bersiap ambil posisi. Leona tampak familier dengan keadaan ini. Ia jadi teringat malam di mana Caroline menyerangnya. Saat itu, insting vampir Caroline benar-benar berjalan. Namun, saat itu Leona gagal mengalahkan Caroline. Justru Caroline hampir menyantapnya sebagai makan malam. 

Serangan awal mampu Leona hindari dengan baik. Perlahan, Leona meluncurkan serangan dengan tendangan ringan dan pukulan yang cukup ringan. Ia lebih sering menghindar ketimbang menyerang.

Tiba-tiba, Caroline mengubah serangannya, membuat Leona refleks mundur. Ia nyaris saja tersungkur jika tidak hati-hati.

Nyaris sekali! Leona menatap Caroline tajam lalu maju.

Ia memberikan serangan tiba-tiba pada Caroline dan Caroline mampu menghindarinya. Pukulan-pukulan Leona sangat mampu diprediksi Caroline, walau cepat. Namun tanpa disadari, Leona melayangkan tendangannya hingga membuat Caroline terkejut sampai tidak bisa menghindar. Alhasil, ia pun tersungkur.

"Whoa!" Amanda, Vinnie, dan Arie berseru.

Tony dan Kai melotot melihat Leona mampu menjatuhkan Caroline yang terkenal sangat lincah. Mereka berdua tahu Caroline sangat sulit dikalahkan karena kelincahannya.

"Baru lihat ada yang bisa menjatuhkan Caroline," gumam Tony.

"Yeah." Kai menggumam.

"Ayo, Leona! Kau bisa!" Amanda menyemangati.

Vinnie pun tak mau kalah dan ikut bersorak, "Ayo Ratu Taekwondo!"

Caroline memperhatikan gerakan Leona selama beberapa saat ketika Leona menyerang. Ia tersenyum singkat lalu melompat dan menyerang bagian belakang Leona, membuat gadis itu terjerembab.

Leona meringis, menahan bahunya yang sakit terkena tendangan Caroline. Lumayan.

Keduanya kembali berhadapan. Kali ini, Caroline melancarkan serangannya. Walau Leona kewalahan, ia masih bisa menghindar. Caroline dapat dibilang sebagai vampir tergesit di sekolah mereka.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang