Bab XXXIX. Truth

347 62 92
                                    

Beberapa hari kemudian...

Setelah Greta berhasil ditemukan mayatnya, seluruh kepemimpinan dikembalikan kepada Adion. Ternyata Adion pun digerakkan oleh Greta selama ini dengan ramuan yang sama seperti yang diberikan Leona. Saat Greta tewas, seluruh efek ramuannya pada Adion habis. Adion pun baru sadar dan menyadari segala kesalahannya.

Akhirnya, kepemimpinan Sekolah Achler dikembalikan pada Raja Zandars. Setelah rapat berkepanjangan termasuk dengan saran para Lachlers, Profesor Al mendapat kembali jabatan kepala sekolahnya. Adion--dengan tulus dan juga tanpa pikiran lain--memutuskan untuk mundur dari Ketua Dewan Sekolah Achler. Meskipun bukan kesalahan Adion, pria itu tetap bersalah.

Leona pun kembali bersekolah bersama dengan para Lachlers lain dan juga para makhluk non manusia. Seluruh sekolah meminta maaf kepada mereka, bahkan memberikan penghargaan dan juga penghormatan kepada mereka. Tentu saja, mana mungkin mereka menolak. Tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kedua.

Jasad Greta dan Mr. Pevill pun dimakamkan. Walau ia adalah musuh, ia tetap diperlakukan dengan hormat sama seperti Mr. Pevill. Leona masih ingat bagaimana pemakaman Greta. Ia menghadirinya dan memberikan hormat. Walau Greta sering menyusahkannya, tanpa Greta, ia juga tidak akan mendapatkan kekuatan ini.

Dark Area pun hancur setelah mereka kembali dari Gua Thelzo. Menurut kabar yang beredar, sekelompok orang menghancurkannya beserta pasukan lain, tapi pasukan itu bukan Achler. Entah apa alasannya, tidak ada yang tahu, kecuali para Lachlers dan makhluk non manusia. Namun mereka hanya diam.

Untuk anak-anak di sana, sebagian besar tewas karena ledakan. Sementara Linda, So Hee, Jacques, dan Eva berhasil kabur. Namun mereka menghilang. Kwon sendiri juga tidak ada yang tahu kabarnya. Jenner dan bawahan-bawahannya jelas menghilang.

Sekarang, Leona tengah menatap dirinya di depan cermin, memandangi dirinya. Ia dan api itu sudah menyatu. Namun mereka membuat perjanjian. Api itu hanya akan keluar dalam keadaan terdesak. Sekiranya Leona bisa menahan, maka api itu tidak akan keluar.

"Leona, punyaku sudah rapi belum?" Amanda menghampiri Leona dan ikut mematut dirinya depan cermin sambil merapikan dasinya. "Sudah, ya?"

Leona menatap Amanda dari rambut hingga ujung kaki lalu tersenyum. "Ya, sudah rapi."

Amanda menatap cermin lalu tersenyum. Matanya kembali beralih pada Leona yang masih menatapnya. "Ada apa?"

Leona hanya menggeleng pelan sambil menarik napas panjang. "Setelah semua kejadian ini, kau masih mau memaafkanku? Kudengar, kau terluka saat mencoba menahanku."

"Kalau bilang aku terluka tidak, tentu saja aku terluka. Namun, aku tetap melakukannya--kami semua. Sampai kapanpun, kami akan tetap membawamu kembali bersama kami. Kita datang bersama, kita bertarung bersama, dan kita pulang bersama," ujar Amanda sambil menggenggam kedua tangan Leona.

Leona terdiam lalu memberikan senyuman pada Amanda. Gadis itu tidak tahu harus berkata apa, tapi ia lega memiliki teman seperti Amanda dan juga yang lain. "Terima kasih."

Amanda mengangguk. "Ya, walau kau memang sangat kuat aku akui. Aku penasaran, seberapa besar kekuatanmu itu?"

"Besar... sangat besar." Leona menggaruk tengkuknya, bingung harus menjelaskan bagaimana.

"Hei, kalian mau di sini sampai kapan? Sampai aku menonton drama persahabatan kalian selesai?" tanya Vinnie yang ternyata duduk di kasur Leona, menunggu Amanda dan Leona bersiap.

Leona dan juga Amanda terkejut. "Vin!"

Vinnie mendesah lalu ikut bergabung. "Kalian sudah rapi dan aku menunggu kalian selesai berbincang. Dramanya sudah selesai?"

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang