Bab XXXII. Despair

382 63 104
                                    

"Lagi-lagi dengannya..." Kai menggumam pelan saat melihat Leona sedang makan di cafetaria bagian luar. Ia mendengus kesal melihat Leona di sana makan dengan Ken.

"Kau kesal karena apa?" tanya seseorang mendekat. Ia menoleh dan melihat Aiko terbang dengan sapunya. Maklum, ia sendiri sedang duduk di atas pohon.

"Dia. Berani-beraninya mendekati Leona saat aku tidak ada," gerutu Kai sambil menyilangkan kedua tangan depan dada.

Aiko mengambil sesuatu dari tasnya, sebuah cup berisi puding susu yang lezat. Ia langsung menyuapnya tanpa berpikir lama. "Wah, ada yang panas."

Kai mendengus. "Seenaknya saja ambil kesempatan." Ia melirik Aiko dengan tajam. "Ini juga karenamu!"

"Lho? Kenapa jadi aku yang salah?" tanya Aiko santai.

"Karena kau dan Jenner memintaku bergabung, kalian melarangku bertemu dengan teman-temanku." Kai menopang dagunya dengan kesal.

Aiko berdeham. "Koreksi. Satu, aku tidak pernah memintamu bergabung, hanya menawarkan kesempatan untuk bergabung, sama halnya juga Jenner. Jadi, tidak ada satu pun dari kami yang meminta atau memaksamu."

"Kau ini--hmmph!"

Tiba-tiba, Aiko sudah menjejalkan puding di mulut Kai supaya lelaki itu diam. "Kedua, risikonya sangat besar kalau kau bertemu dengan mereka, belum lagi dengan gadismu itu."

Kai menelan puding susu tadi. Lezat... "Apa hubungannya?!"

"Kalau kau bertemu dengan mereka--khususnya Leona--aku yakin sekali kau akan terbawa suasana. Kau bisa saja mengatakan rencana kita atau... dia akan mengikutimu ketika kau pergi," jelas Aiko sambil menyuap pudingnya lagi. "Kau sendiri tidak ingin membahayakan dia, 'kan? Misi kita ini cukup berbahaya."

"Benar. Aku tidak menyangka Jenner akan menawarkan kesempatan bagus itu, untuk bergabung dan menghancurkan bangsa Kegelapan dari dalam." Kai menggumam pelan, sampai Aiko sendiri tidak mendengarnya. "Apa kau yakin ini akan berjalan?"

Aiko mengangguk. "Tentu saja. Kita akan menghancurkan wilayah mereka cukup besar. Penempatan bom dan sumbu-sumbunya harus disesuaikan. Saat ini, kita harus menunggu sampai para penyihir bawahan Gary untuk menghancurkan lapisan sihir terkuat di bagian bawah istana. Lalu, belum lagi nanti Greta akan mengunjungi Dark Area setelah kunjungan singkat ke Fireblood."

"Jadi, Greta suruhan Boss tanpa di bawah kendali Jenner?" tanya Kai.

"Benar. Sebelum Boss menghilang--jauh lamanya--Greta dikirim sebagai orang yang kabur dari bangsa Kegelapan. Dia menjadi mata-mata terbaik di sebelah Adion setelah mendapat kepercayaan pria itu. Kelasnya jauh di atas kembaran Profesor Queena di tahun kedua kita." Aiko berujar sambil menghela napas lalu membuka mulut hendak menghabiskan sesuap puding terakhir. Namun Kai menghentikannya.

"Hei, aku mau sesuap lagi!" Kai mendengus. "Sudah lama aku tidak makan puding. Kalian tidak pernah memberiku makanan yang manis atau pun lezat di mulut."

Aiko menggeram. "Banyak bicara kau!"

Kai menghela napas. "Dasar peli--hmmph!"

Dengan kesal, Aiko menjejalkan lagi sesuap puding terakhir itu. "Sudah puas?! Dasar banyak bicara!"

Kai menelan puding itu dan tersenyum. "Rupanya  kau bisa diajak bercanda juga, kukira kau dingin."

Aiko tersentak mendengarnya dan memalingkan mukanya. "Tidak." Tidak boleh! Aku... tidak boleh berperasaan seperti ini.

"Oh, ya. Jadi setelah memastikan Greta percaya jika Dark Area masih ada, baru kita hancurkan?" tanya Kai lagi.

"Benar." Aiko mengangguk. "Setelah itu kita awasi Leona. Semoga mendengar Dark Area hancur akan membuat Greta kembali. Lalu kita bisa mendapatkan api itu untuk Leona dan mengalahkan mereka."

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang