Bab VIII. Break The Wall

595 78 122
                                    

Suasana asrama putra tak pernah secengkam ini. Baru kali ini Kai merasakan aura dingin sepanjang ia bersekolah, bahkan di asramanya sendiri. Tatapan anak-anak lain tidak pernah ia hiraukan, bahkan mereka tidak pernah peduli. Namun, entah karena apa, Kai selalu merasa tidak nyaman.

Ia merasa takut akan sesuatu, ketakutan yang tidak pernah tergambarkan kejelasannya. Ia berusaha menenangkan diri dengan duduk di kasurnya selagi alarm dari istana terus berbunyi. Tanda adanya serangan.

Di sudut yang berbeda, Arie duduk sendirian menatap keluar jendela. Ia sangat marah dengan Jeanette tadi. Kai tahu jelas sahabatnya yang satu itu sangat emosional, bahkan jika dibandingkan dengan Tony--saat Tony menghajar Nam Byul--namun itu tidak dipermasalahkan sama sekali.

Tatapan Kai beralih pada Tony yang duduk di kasurnya sendiri sambil bermain gitar. Randy tampak mengobrol pelan dengan Eddie, itu pun bukan masalah besar. Anak-anak lain tampak sedang menyibukkan diri sendiri, entah dengan membaca buku, membuka ponsel, ataupun sekedar tidur.

Lagi-lagi ia mendesah. Ayahnya belum mengirim kabar terbaru soal Leona. Ia menjadi bosan. Akhirnya, ia pun mengambil ponselnya dan mulai mengirimkan pesan pada Leona. Ia berencana untuk mengajaknya mengobrol.

"Bisa bertemu sebentar di ruang pribadi? Aku ingin bicara." Setelah mengetik pesan, Kai langsung mengirimnya. Namun, setelah hampir setengah jam, pesannya tidak dikunjung dibalas.

Kai menatap arlojinya kebingungan. Kenapa Leona belum membalasnya hampir satu jam, ia tidak tahu alasannya. Ia hanya merasa aneh. Biasanya jika terkurung dalam kondisi seperti ini, Leona aktif dengan ponselnya. Namun, entah kenapa ini bukan seperti Leona.

Hmm, dia ke mana, sih? Kai mencoba berpikir jernih. Ah, mungkin dia tidur.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu yang terdengar seperti gedoran membuat anak-anak kaget. Beberapa bahkan berseru kesal.

"Siapa, sih?!" tanya Arie penasaran lalu membukanya. Seketika, ia terbungkam. "A-Amanda? Vinnie?"

"Hei, Arie." Amanda tersenyum terpaksa, seolah tadi mendengar ucapan Arie barusan yang terdengar tidak menginginkan siapapun masuk. "Kami ingin bicara dengan Kai."

"Kenapa bicara dengan Kai?" tanya Tony yang muncul tiba-tiba, bingung.

Kai penasaran lalu mendekat. "Ada apa?"

"Suka-suka kami," cibir Vinnie pada Tony. Lelaki itu hanya mengernyit. "Kai, kau tahu ke mana Leona?"

"Apa maksudmu?" Kai bingung, mencerna sejenak, lalu membelalak. "Jangan bilang--"

"Ya, tidak ada di asrama, kamar mandi asrama, dan juga ruang pribadi," sela Amanda.

Kai mengepalkan tangan lalu nyaris memukul apapun yang ada di sebelahnya. Untung saja Tony dengan sigap menahannya. Arie diam menunduk, gemas, sementara anak-anak lain hanya diam tanpa menghiraukannya.

"Ke mana lagi?" tanya Kai dingin.

"Tidak ada yang tahu. Terakhir, Vinnie melihatnya sedang diam di ruang pribadi, ingin sendiri. Sekarang, kami cari tidak ada. Padahal sebelumnya dia belum masuk asrama, dan juga tidak ada di manapun," jelas Amanda.

Kai mencoba berpikir jernih sejenak, lalu berkata, "Kita bicarakan bersama. Jangan di sini. Mereka hanya mendengar tanpa mengharapkan kita."

Hening tanpa ada satupun yang berani menjawab. Kai berjalan keluar, diikuti Tony dan Arie yang menatap sinis teman-teman mereka. Amanda dan Vinnie hanya mengekor sambil terdiam. Keadaan Arie dan Tony pun sama saja seperti keadaan mereka di asrama putri, namun bedanya, tidak ditunjukkan langsung.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang