Bab XXXVIII. Hope

431 62 122
                                    

Pertarungan antara keempat Lachlers di bawah bersama Caroline, Eno, Nam Byul, dan juga Seo Byul dalam melawan pasukan bangsa Kegelapan benar-benar sengit. Tidak ada yang menduga bahwa Seo Byul dapat dengan mudah menghancurkan lapisan perlindungan mereka.

Kini delapan orang melawan satu pasukan. Arie, Amanda, Vinnie, dan Tony menggunakan kekuatan mereka dengan maksimal. Dengan begitu, mereka dapat melawan beberapa orang sekaligus. Caroline dan Nam Byul bergerak cepat untuk mengalahkan para vampir, sementara Eno berhadapan dengan para manusia serigala.

Seo Byul menjadi tameng dan prajurit terbaik mereka. Ia menggunakan mantranya pada para penyihir agar tidak menggunakan sihirnya pada teman-temannya. Seperti yang dikatakan Vinnie sebelum berangkat, markasnya lebih kecil, tapi jumlah pasukannya banyak.

"Kita harus hancurkan markasnya!" tunjuk Seo Byul pada Arie.

Arie mengangguk. "Baiklah!" Ia mengentakkan kakinya dan membuat tanah di sekitar markas mulai bergerak. Beberapa batuan muncul dari tanah dan menghancurkan sebagian markas.

Vinnie yang melihat itu juga tidak mau kalah. "Apa ada yang bisa memberiku tumpangan ke sana?" tanyanya.

Ketika Arie baru saja menawarkan tumpangan, Eno muncul dengan wujud serigalanya. "Naiklah!"

Vinnie pun menaiki Eno dan mereka berdua langsung menyerang markas. Banyak prajurit terkejut melihat mereka dan tentu saja Eno membukakan jalan untuk Vinnie, dibantu dengan Tynn dan para serigalanya.

"Nona, kami akan melindungi Nona. Jangan khawatir!" kata Tynn sambil menunduk.

Vinnie mengangguk. Ia meraba tanah dan memejamkan mata. Tanah pun bergetar dan muncullah sulur-sulur tebal dari bawah sana yang menghalangi pasukan bangsa Kegelapan untuk maju. Setelah itu, Vinnie berdiri. Matanya menjadi hijau dan terarah pada bangunan di sekitarnya. Cahaya hijau menyelimuti bangunan tersebut, hingga bergetar.

"Di-dia..."

"Semua menjauh!"

Vinnie tersenyum simpul lalu mengentakkan tangannya. Bangunan pun hancur dalam sekejap, membuat mereka melongo. Tidak sedikit prajurit yang akhirnya mengincar Vinnie. Ia berusaha melawan, namun jumlahnya terlalu banyak.

Tiba-tiba, sosok yang tak terlihat datang dan mengusir mereka. Vinnie terkejut. Perlahan, Tony menunjukkan sosoknya dan tersenyum ke arah Vinnie.

"Harusnya kau mengajakku juga!" kata Tony pelan.

Vinnie mendesah. "Iya. Bagaimana kau bisa ke sini?" Ia mendekat.

"Dengan caraku sen--" Tiba-tiba, ada prajurit yang datang dan mengayunkan pedangnya ke arah Vinnie. Dengan cepat, Tony meraih Vinnie dan menyingkapnya sementara tangan yang memegang pedangnya sedang menahan serangan prajurit itu.

Dengan gesit, Tony melawannya. Perlawanan mereka cukup sengit dan cepat. Tentu saja Tony berhasil mengalahkannya. Kini, tatapan lelaki iu beralih pada Vinnie. Untuk sejenak, mereka saling bertatapan satu sama lain.

Ka-kalau posisi begini... Tony terdiam menahan wajahnya yang memerah.

Si-sial! Vinnie terdiam.

"Hoi! Kerja bagus, Vin!" Arie menepuk pundak Vinnie.

Vinnie yang masih dalam dekapan Tony tercengang. Arie menyengir seolah tidak menyadari apa yang ada di hadapannya. Begitu tidak ada respon dari Vinnie maupun Tony, ia menjadi bingung, lantas menatap mereka berdua.

"Ada apa?" tanya Arie.

Tony tergagap dan langsung melepaskan Vinnie. Gadis itu buru-buru menjauh. Seketika, Arie pun sadar. "Ah! Barusan kau memeluknya, Tony?!"

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang