Leona duduk di ranjangnya sambil menunggu. Ia dan Kai memang sudah janji akan pergi dan ia menunggu balasan dari lelaki itu. Namun ia tidak melihat adanya Kai membalas pesan darinya. Ia kembali melamun, berpikir apa yang selalu terjadi padanya.
Flashback : On.
Pelajaran bahasa hari ini terbilang mungkin kurang efektif karena guru-guru ada keperluan sebentar lagi. Leona dan Amanda ditugaskan membawa buku-buku yang dikumpulkan beberapa hari yang lalu.
"Jadi, tugas kita segitu saja, 'kan?" tanya Leona.
Amanda mengangguk. "Benar!"
Tiba-tiba, Leona mendengar suara bisikan. Ia tahu bisikan siapa itu. Api?!
"Hei, Leona. Kau tahu bagaimana keadaanku sekarang?"
Tidak dan aku tidak mau tahu sebenarnya, balas Leona dalam hatinya. Lagipula kenapa kau selalu memasuki pikiranku seenaknya?
"Kita sudah terkoneksi sejak pertama kita bertemu. Jadi, tampaknya sudah jelas siapa Tuanku."
Leona terbelalak. Tidak, aku belum siap!
"Oh, aku tidak meminta."
Bisakah kau menjauhiku? Aku tidak bisa berpikir jernih! batin Leona. Tanpa sadar, ia sudah sampai di kelas. Ia tidak ingin ada yang memcurigainya, lantas ia langsung duduk di bangkunya. Kenapa kau selalu memasuki pikiranku tentang keberadaanmu?
"Aku lakukan supaya kau bisa menemukanku jika kau siap. Mau tak mau, kau harus menjadi Tuanku."
Leona mendesah kasar, tidak suka dengan pilihan di depannya. Nanti kalau aku siap.
"Apa kau selalu terganggu kehadiranku?"
Leona terdiam, mulai mengerjakan tugasnya tanpa menghiraukan api itu lagi. Ia mulai kesal, kenapa api itu selalu mengganggunya. Padahal api itu selalu bisa menemukannya. Jadi untuk apa api itu mengirimkan lokasi terbarunya setiap saat pada dirinya?
Ia menghela napas kasar. Ia tidak sadar kalau Amanda dan Tony sudah pergi. Ia pasti tidak mendengar ajakan mereka. Namun ia tahu di mana mereka.
Ia pun keluar dan menuju ke cafetaria. Benar saja, teman-temannya di sana. Kemudian, ia mendengar desisan yang ia benci.
"Psst, Leona!"
Apalagi?! Leona mulai kesal.
"Mereka membicarakanmu."
Leona mendengus. Lalu kenapa? Bukankah ini karenamu? Sudah kubilang pergilah! Kau membuatku gila! Aku nyaris tidak pernah mendengar kapan mereka berbicara padaku.
"Yeah... kau punya aku!"
Lebih baik tidak! Leona membalas gusar.
"Hah, baiklah. Aku mengalah. Aku pergi. Namun, kalau aku memberitahu posisiku, harapnya kau mengingat."
Leona mendengus pelan. Tentu saja.
Flashback : Off.
Apa pengaruhnya memang sekuat itu, ya? Leona mengernyitkan dahi.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Kai sudah mengirimkan jawaban. Lelaki itu ada di ruang pribadi. Tanpa basa-basi, ia langsung melesat ke ruang pribadi di mana Kai sudah menunggunya.
Kai memakai jaket hitamnya dan juga celana panjang. Ia juga mengenakan sepatu kets dan tatanan rambutnya rapi kala itu. Leona menjadi minder melihat dirinya sendiri hanya memakai kaus lengan panjang dengan celana panjang dan juga sepatu sandal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loctus : The Owner Of The Fire - [4]
Fantasia#Book 4 of Loctus History. Kepemimpinan berganti membawa suasana berbeda. Namun apakah suasana itu akan membaik atau memburuk? Sebagian tidak setuju karena guru tercinta mereka harus meninggalkan Hadlewood di tangan orang baru yang masih awam. Sebag...