Bab XXIX. Execution

347 66 77
                                    

"Semua harap duduk dengan tenang. Cepat!" perintah Greta dengan nada dingin.

Seluruh murid langsung mencari tempat duduk mereka. Kelima Lachlers tidak mau saling berjauhan. Bahkan di belakang mereka terlihat Eno dan Caroline. Nam Byul duduk tepat di belakang Eno.

"Apa yang terjadi? Kenapa ada cambukan? Kenapa Seo Byul di sana?" tanya Amanda bingung.

"Pasti terjadi sesuatu." Leona menyipitkan matanya tajam.

Setelah tenang, Greta mendekati Seo Byul, berbisik sesuatu padanya. Tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan mereka. Murid-murid tampak ketakutan. Terlebih banyak penjaga yang berjaga di pintu masuk aula.

Leona mengamati sekitar. Guru-guru juga berkumpul di depan dengan kepala tertunduk dan mereka juga diapit oleh dua penjaga Greta. Leona tahu ada sesuatu yang salah dan ini sudah berbeda dari sebelumnya.

"Kalian pasti heran kenapa aku mengundang kalian sepagi ini. Terus terang saja, aku ingin menyampaikan bahwa anak ini merupakan ancaman. Dia melakukan sesuatu yang melanggar aturan dan dapat membahayakan kita semua," kata Greta dengan lantang.

Semua murid berbisik. Leona tersentak mendengarnya. "Bukankah... Greta tahu Seo Byul penyihir?" bisiknya.

Vinnie dan Amanda yang mendengarnya mengangguk. "Kenapa malah menyudutkan Seo Byul?" tanya Amanda pelan.

"Ada yang salah dengan nenek itu. Lama-lama ingin kutebas kepalanya," gumam Vinnie kesal.

"Nah, aku juga mendapat laporan, bahwa ada kegiatan yang seharusnya tidak boleh dilaksanakan tetapi tetap berjalan dengan normal," lanjut Greta.

Kali ini, semua terkejut. Leona bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Amanda, Vinnie, Tony, dan Arie juga terkejut. Mereka juga heran bagaimana bisa Greta mengetahui hal itu.

"Hei, bagaimana dia tahu?" tanya Arie.

"Apa ada yang bilang?" Tony berpikir.

"Aneh kalau ada yang bilang. Tapi mungkin bisa saja ada," kata Vinnie kesal.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Amanda, mulai panik.

Leona mengepalkan tangannya. Apa yang terjadi?

"Yah, kau tidak tahu banyak apa yang terjadi, Leona. Aku juga. Kurasa kau harus berhati-hati."

Greta tersenyum, senyum sinis penuh kemenangan. "Aku meminta kalian untuk mengakui. Salah satu atau dua atau beberapa anak yang bertanggung jawab harus maju. Mereka harus mengaku apa yang sudah mereka lakukan dan siapa saja yang terlibat atau..." Tatapan Greta tiba-tiba tertuju pada Seo Byul. "... seseorang harus terbongkar aibnya."

Seluruh murid panik. Mereka tidak tahu harus apa. Leona dan keempat temannya juga panik dan bingung. Greta tidak mungkin menepati janjinya. Mereka tahu itu.

"Sekarang bagaimana?" tanya Amanda panik.

"Arrgh... kuambil saja pedang untuk menebas kepalanya!" kata Vinnie jengkel.

"Kita mengaku saja?" tanya Tony.

Leona mengepalkan tangannya lagi, lebih erat. Ia mencengkeram roknya penuh amarah. Greta mungkin saja belum tahu. Mungkin dia hanya memancing. Namun, bagaimana dia bisa berpikir begitu? Sekarang, harus ada yang mengaku jika tidak mau identitas Seo Byul terbongkar. Greta tidak akan menyakitiku karena aku diberi perintag untuk menerima kekuatan api itu.

"Kalau begitu, kita maju?" tawar Arie.

Amanda dan Vinnie tampak ragu. Namun, mereka harus menerima konsekuensinya. "Benar, kita yang memulainya," gumam Vinnie.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang