Aliya dibuat kaget saat Zain berniat untuk menikahinya.
"Apa? Menikahiku?".
Zain sejenak tersenyum, kemudian ia menurunkan tangannya dari atas kepala Aliya, perlahan Zain membantu Aliya berdiri dari duduk bersimpuh.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Zain malah berlutut di hadapan Aliya lalu meraih jemari tangan kanannya.
"Bismillahirrohmanirrohim! Aliya Ghulam Zulaikha, aku Zain Osman Abdullah ingin melamar dirimu. Maukah kau menikah denganku?" Tanya Zain menengadahkan wajahnya untuk memandang lekat Gadis yang baru saja ditinggal oleh Ibunya.
Aliya sejenak terdiam, air matanya tak henti-hentinya keluar dari pelupuk matanya. Kini dua orang yang telah hadir dalam hidupnya kini sudah membuatnya banjir air mata.
Yang pertama, karena sosok Ibu! Seorang Ibu yang sudah ia anggap sebagai sosok malaikat pelindung bahkan sebagai pelita hidupnya, kini telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Yang kedua, karena sosok Pria muda! Seorang Pria yang sukses menggeluti keahliannya dibidang kedokteran, kini telah melamar dirinya di depan pengunjung Rumah sakit.
"Apa Dokter berniat menikahiku tulus?" Tanya Aliya memastikan, serak suaranya masih terdenger jelas ada sisa serak isakan.
Sejenak Zain tersenyum kecil. "Tentu saja, Aliya! Aku tulus ingin menikahimu, bahkan aku sangat tulus ingin menjadi sosok pelindung bagimu, kalau kau tidak percaya, akan aku buktikan." ucap Zain hendak saja berdiri, namun di cegah oleh Aliya.
"Tidak Tuan, tidak perlu!" sahut Aliya salah tingkah kala Zain ingin membuktikan ketulusannya itu.
"Jadi? Apa kau mau menjadi Istriku? Mendampingiku setiap hari?" Tanya Zain kembali.
Aliya menarik napas panjang. "Bismillahirrohamnirrohim. Aku Aliya Ghulam Zulaikha insyaallah siap menjadi Istrimu Dokter Zain Osman Abdullah," jawab Aliya dengan lantang.
Zain tersenyum girang, sekilas ia mencium punggung tangan Aliya, lantas kedua pipi Gadis itu menjadi memerah karena malu.
Para pengunjung Rumah sakit yang awalnya hanya terdiam, kini tersenyum haru karena Aliya telah berhasil membuat Zain melamar dirinya di depan mereka.
Selanjutnya, Zain bangkit dari lututannya, lalu berdiri menghadap ke arah semua Para pengunjung.
"Kalian sudah menyaksikan aku melamar Aliya, maka dari itu, aku ingin mengumumkan bahwa Pernikahanku dan Aliya akan dilangsungkan pada esok hari." ucap Zain.
Sontak saja mata Aliya membulat ketika mendengar Pernikahannya akan di laksanakan esok hari.
"Apa? Secepat itu Tuan?" Tanya Aliya agak terbata-bata.
"Tentu saja Nona, aku ingin secepatnya kau selalu ada disampingku." timpal Zain sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Aliya. Alhasil Aliya menunduk tersipu malu.
---------
Pukul 18.30 malam, jasad Surraiya sudah di kuburkan, tidak ada kejanggalan saat proses pemakaman, semuanya berjalan dengan lancar.
Para Warga mulai berjalan meninggalkan Kuburan setelah mereka puas melihat ritual terakhir penguburan sang Ibu kandung Aliya. Tak terkecuali Zain dan Aliya, mereka berdua masih stay di kuburan.
"Hiks.. hikss.. hikss. Bu, kenapa Ibu meninggalkan Aliya secepat ini. Aliya gak mau ditinggal sendirian, Aliya mau Ibu ada disini menemani Aliya." tangis Aliya sambil memeluk batu nisan kuburan Surraiya.
Zain berjongkok di samping Aliya. "Sudahlah, Aliya! Cobalah ikhlasin kepergian Ibumu, aku yakin Ibumu akan bahagia di alam sana jika melihat Putrinya bahagia juga." ucap Zain.
Aliya mengangguk lemas. Sebenarnya ia belum ikhlas melepaskan kepergian Surraiya, namun demi sang Ibu tenang di alam sana, Aliya berusaha mengikhlaskannya walau terasa berat untuk dilakukan.
"Lebih baik kita pulang," ajak Zain hendak membantu Aliya berdiri, namun Aliya malah menahan diri.
"Dok, boleh aku bertanya padamu?" Tanya Aliya sambil menatap sendu Pria tampan yang berjongkok di hadapannya.
"Silahkan!" Seru Zain.
"Kenapa Dokter tiba-tiba ingin menikahiku? Pasti dokter punya alasan untuk hal itu."
"Aku akan jujur padamu, sebenarnya sebelum meninggal, Ibumu memintaku untuk menikahimu," timpal Zain, lantas Aliya terkejut.
"Apa? Ibu memintamu untuk menikahiku?"
"Iya! Begini ceritanya."
• FlashBack On •
Zain langsung masuk ke dalam Ruang UGD, tampak disana Dr Sarah sedang menangani Surraiya dimana kondisinya semakin parah.
"Dokter Sarah, bagaimana kondisi Ibu Surraiya saat ini?" Tanya Zain sambil menghampiri Sarah dan beberapa perawat.
"Kondisinya semakin parah, Dok, apa yang harus kita lakukan sekarang?".
Zain sejenak memandang Surraiya dengan tatapan iba, terlihat saat itu Ibu kandung Aliya dalam kondisi setengah sadar dan napasnya sudah mulai tak teratur.
"Tak ada pilihan lain selain oprasi Pasien," ucap Zain.
"Kau benar, Dokter Zain, lebih baik kita melakukan oprasi untuk pasien," ucap Sarah.
"Sus, tolong persiapkan ruang oprasi, kita akan segera bertindak untuk Pasien sebelum dia kehilangan nyawanya," titah Zain pada Suster.
Belum sempat Suster itu melaksanakan perintah, tiba-tiba saja Surraiya memegang pergelangan tangan Zain, alhasil Zain terkejut.
"Dokter.." lirih Surraiya.
Zain memandangi Surraiya, tampak Surraiya mengedipkan mata sekali untuk memberi kode agar Zain mendekat.
Menurut! Zain pun segera mendekatkan telinganya pada wajah Surraiya.
"Dokter, a..aku minta pa..padamu, tolong buat bahagia Putriku, Aliya, jagalah dia dan lindungilah dia." lirih Surraiya dengan nada yang sangat lemas.
"Maksud Ibu apa?" Tanya Zain.
"Nikahi Aliya." Jawab Surraiya. Sontak saja Zain terkejut.
"Apa? Menikahi Aliya? Tapi Bu..
"Dok, aku mohon! Aliya tidak punya siapa-siapa lagi jika aku sudah tiada. Dia akan sendirian, tolong temani dia dan jadikanlah dia sebagai Istrimu," lirih Surraiya sambil menggenggam tangan Zain penuh pengharapan.
Zain dilanda kebingungan, apakah ia harus menuruti pesan yang disampaikan Surraiya?
"Baiklah, aku akan menikahi Aliya, tapi Ibu..
Belum sempat Zain melanjutkan ucapannya, tangan Surraiya sudah ambruk di atas perutnya, bahkan kedua bola matanya perlahan terpejam yang hanya menyisakan air mata.
Bersamaan dengan itu, layar monitor menunjukan garis lurus, itu artinya Surraiya sudah menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.
"Hiksss.." Zain mencoba menahan air matanya, tak sanggup melihat Surraiya telah meninggal dunia.
"Semoga Ibu tenang di alam sana, aku berjanji, aku akan menikahi Aliya dan membuatnya bahagia," lirih Zain sambil mengahapus sisa air mata Surraiya.
• FlashBack Off •
"Hiksss .. Hiksss, kenapa takdir Ibu harus seperti itu?" Tangis Aliya usai mendengar cerita dari Zain.
"Sudahlah, Aliya, mungkin sudah saatnya Ibumu dipanggil oleh Maha Kuasa. Kamu doakan saja, semoga Ibumu tenang di alam sana!" seru Zain sambil merangkul bahu Aliya, lalu membelai rambutnya.
Aliya mengangguk kecil, terlebih dahulu ia mengusap batu nisan sang Ibu.
"Aku akan selalu menyayangimu, Ibu, semoga nanti kita bertemu kembali," ucap Aliya menatap sendu kuburan Ibunda tercinta.
_____TBC____
NextOrStop???Disini akan ada beberapa part lgi so, pertemuan kita akan berakhir.. Huahh😭😭lebay emng hehe,, eits tapi aku punya rencana mau buat lgi hehe so jgn sedih yoo😆😆😚cup cup..
See you next time
Thanksss⭐⭐⭐⭐😁
![](https://img.wattpad.com/cover/209674084-288-k293523.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU DOKTER TAMPAN (selesai)
Teen FictionFollowme @sriwulandari_13 ♥happyreading♥