Pusing. Itulah yang Namira rasakan saat ini ketika baru saja membuka mata. Matanya mengitari sekeliling, melihat ruangan yang asing baginya.
"Kata dokter kamu hamil. Apa kamu sudah menikah atau..." Aldi menggantungkan kalimatnya.
"Apa kamu orang yang dua bulan lalu tidur di sofa ketika hujan dan jam kerja sudah selesai?" Sambung Aldi.
"Tidak. Jangan sampai pak Aldi tahu itu aku. Bagaimana jika nanti anakku diambil olehnya." Kata Namira dalam hati.
"Bu-bukan pak. Saya sudah pulang saat itu." Sungguh Namira sangat gugup ditanya seperti itu.
"Kalau begitu saya permisi dan terimakasih bapak sudah menolong saya." Namira segera keluar, ternyata tadi saat pingsang dia berbaring di tempat tidur ruangan pribadi Aldi.
🍂🍂🍂🍂
Tak terasa sekarang sudah saatnya pulang,Namira dan Nia sudah berada di angkot saat ini. Nia tak berhenti bicara membahas pekerjaannya tadi, karena walaupun sama-sama office girl tapi Namira dan Nia punya tugas masing-masing yang berbeda.
Asyik mengobrol sampai tak terasa mereka pun sampai di depan kontrakan. Karena rumah kontrakannya berada di pinggir jalan.
"Mbak, kayaknya aku akan berhenti kerja. Tadi aku pingsan di ruangan pak Aldi dan sekarang pak Aldi tahu aku hamil, bahkan pak Aldi menanyakan kejadian dua bulan lalu sepertinya curiga padaku. Aku takut mbak jika pak Aldi tahu aku hamil anaknya dan nanti pak Aldi mengambil anakku mbak." Jelas Namira khawatir.
"Gimana ya? Kamu tenang dulu, nih minum." Kata Nia sambil memberikan air minum pada Namira.
"Gimana kalau kamu mulai besok saja berhenti kerjanya, terus kamu tinggal dirumah ibu aja di Bandung Ra. Soalnya kalau disini takutnya pak Aldi menemukan kamu."
"Iya mbak aku mau. Tapi.. apa ibu gak apa-apa kalau aku tinggal disana?"
"Enggaklah. Kan kamu sudah di anggap anak sama ibu Ra. Gak mungkin ibu keberatan. Lagian mbak udah cerita tentang yang terjadi padamu ini. Maaf ya mbak gak minta ijin dulu sebelumnya Ra." Jelas Nia.
"Iya mbak tak apa, aku maafin kok." Kataku sambil tersenyum.
🍂🍂🍂🍂
Flashback on...
"Apa? Hamil?" Aldi sangat terkejut mendengar pekerja yang dia tolong hamil.
"Iya perempuan itu hamil. Apa itu anakmu?" Tanya Lucy.
Saat menolong pekerjanya yang tiba-tiba pingsan, Aldi langsung menghubungi Lucy temannya. Lucy adalah dokter dirumah sakit dekat perusahaan miliknya."Sembarangan kalau ngomong. Udah selesaikan? Sekarang silahkan pergi dan terimakasih." Lucy cemberut mendengar ucapan aldi lalu bergegas pergi.
Hamil? Tiba-tiba saja Aldi berpikir mungkinkah dia ayah dari bayi dalam kandung perempuan setelah ia ketahui namanya Namira. Perempuan orang yang telah dia nodai? Benarkah dia?
Aldi memilih menunggui Namira sampai sadar. Aldi berniat untuk menanyakan tentang kandungan perempuan itu dan Aldi akan meminta orang untuk mencari tahu tentang Namira. Bisa saja bukan bayi itu adalah anaknya.
Flashback off..
Hari ini Namira bergegas menyiapkan semua barang-barangnya untuk dibawa ke Bandung, kampung halaman Nia. Tapi sayang karena harus bekerja Nia tak ikut jadi Namira hanya pergi sendiri.
Setelah menempuh waktu 3 jam sampailah Namira dirumah ibu Ajeng, ibunya Nia.
"Assalamualaikum bu." Namira langsung menyalami Bu Ajeng.
"Wa'alaikumussalam. Ayok masuk neng Rara." Bu ajeng mempersilahkan Namira masuk.Begitu masuk rumah Bu Ajeng mengajak Namira duduk dan mengobrol.
"Ibu sudah tau semuanya neng, Nia sudah cerita sama ibu. Yang sabar ya, ibu teh yakin neng Rara pasti bisa melewati semua ini." Ujar ibu sambil mengusap rambut Namira sayang.
"Iya bu doain Rara ya supaya kuat. Terimakasih ibu udah mau terima Rara disini." Namira langsung memeluk Bu Ajeng yang sudah dia anggap seperti ibunya.
"Enggak usah bilang makasih atuh neng. Kan neng Rara sudah ibu anggap anak sendiri." Kata ibu sambil tersenyum lalu membalas pelukan Namira.
Bersambung....
Jangan lupa vote & comment ya gaes... 😉😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (End)
General FictionSeorang perempuan yang bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan terkenal terlah terenggut kehormatannya oleh bosnya sendiri.