Part 8

40.2K 1.9K 36
                                    


Setelah toko tutup, Namira langsung pulang ke rumahnya. Duduk lalu menghubungi Nia, menceritakan apa yang terjadi tadi.

"Apa?" Namira pangsung menutup telinganya mendengar suara Nia yang berteriak.
"Ih mbak kalau mau teriak kasih tau dulu sih.  Jadi aku persiapan nutup telinga dulu." 
"Ish.. kan aku refleks Ra. Gimana sih kamu." Ujar Nia kesal.
"Iya.. iya.. deh.."
"Ngapain sih itu pak bos nyamperin kamu? Bukannya enak ya gak perlu tanggung jawab eh malah nyamperin gitu." Kata Nia dengan nada tak sukanya.
"Aku juga gak tahu mbak. Tadi mending disuruh pergi sama mbak Ina. Tapi katanya besok mau dateng lagi, gimana dong aku mbak?" Tanya Namira pasrah. dia sudah lelah bermain kejar-kejaran, bingung harus bagaimana lagi.
"Mbak punya ide.." kata Nia  sambil tersenyum. Namira mengerutkan dahi tak mengerti.
"Besok kamu ke rumah ibu aja Ra. Kan lumayan tuh jaraknya agak jauh dan lagi dia gak tau rumah ibu, jadi gak akan ketemu." Jelas Nia.
"Ide yang bagus, kenapa aku baru ingat itu, ya sudah mbak, aku mau mandi terus pesen taksi mau ke rumah ibunya sekarang aja. Udah dulu. Assalamu'alaikum." Jelas Namira lalu memutuskan sambungan sepihak bergegas mandi dan bersiap.

Setelah selesai membersihkan diri, namira segera memesan taksi dan pergi ke rumah ibu.
Tak lama kini Namira sudah sampai di rumah ibu. Setelah makan malam ia menceritakan tentang pertemuannya dengan Aldi tadi. Lalu Ibu memintanya untuk tenang.
"jangan banyak fikiran, kasihan dedek bayinya" kata ibu. Lalu ibu mengajak Namira  ke kamar untuk beristirahat.

🍂🍂🍂🍂

PoV Aldi

Keesokan harinya.....

Hari ini aku akan menemui Namira lagi. Aku harus bicara dengannya hari ini juga, aku sudah siap dan akan pergi sekarang.

"Al tunggu." Mama. Itu suara mama. Aku membalikkan badan menghadap mama.
"Kamu mau kemana udah rapih gini?" Tanya mama.
"Aku mau pergi dulu ma. Jalan-jalan" kataku nyengir. Tak mungkin bukan aku tiba-tiba bilang ingin menemui Namira.
"Eh gak bisa. Anterin dulu mama ke pasar. Sudah lama mama gak ke pasar."
"Mama dianter mang Ujang aja ya? Kan biasanya juga kalau pergi sama mang Ujang." Kataku coba membujuk mama.
"Kamu pikir yang anak mama itu mang Ujang? Buat apa ada kamu kalau harus sama mang Ujang?." Kata mama.
Aku tak menjawab perkataan mama, aku langsung membukakan pintu mobil dan menuntun mama untuk masuk lalu aku memutari mobil dan duduk dibalik kemudi meninggalkan halaman rumah.

"Al kamu tuh sekali-kali kalau mama ngajak itu langsung bilang iya, gak usah ngebantah dulu bisa gak sih? Mama tuh capek harus debat dulu sama kamu. Gak inget dulu waktu kecil kamu selalu kemana-mana pengen sama mama, giliran sekarang udah gede boro-boro pengen sama mama. Mama ajak aja kayaknya susah banget." Kata mama dengan nada yang sengaja dibuat sedih.
"Iya ma. Al minta maaf. Gak lagi begitu." Kataku sungguh-sungguh memegang tangannya dengan sebelah tanganku.

Setelah setengah jam perjalanan sampailah di pasar yang kata mama sudah lama tak kesini.

Aku hanya mengekor mengikuti kemana mama pergi. Disinilah aku sekarang, berdiri di depan penjual sayuran.

"Loh Rara. Ke pasar juga?" Tanya mama ku lihat ternyata benar ada Namira. Pantas saja aku baru tahu kami terhalang tiga orang pembeli.
"I-iya bu. Ini sama ibu." Kata Namira.

Setelah selesai berbelanja kami keluar dari pasar bersama. Aku menawarkan tumpangan pada Namira dan ibu yang disampingnya.

Awalnya dia menolak tapi karena mama memaksa mereka akhirnya setuju.

🍂🍂🍂🍂

PoV Namira

Aku pergi ke rumah ibu untuk menghindari pak Aldi. Kenapa sekarang malah bertemu lagi di pasar?

Married by Accident (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang